"Ger kenapa sih? Dari tadi kamu aku liatin ngelamun aja." Ucap Dira sambil mencolek bahu Alger disampingnya. Kini mereka tengah berada di pemandian air panas. Mereka telah selesai berendam dan sudah berganti baju. Dan Alger hanya melamun saja sedari tadi. Jajkan saat mereka berendam pun Alger tidak henti-hentinya melamun. Dira jadi penasaran apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.
"Alger."
"Hem?"
"Ngelamunin apa sih? Dari tadi kamu ngelamun terus."
"Ng-nggak."
Dira mengehela nafasnya panjang. Yasudalah terserah Alger. Dira malas dari tadi menanggapi Alger yang hanya diam tidak jelas. Dira jadi bingung kan apa salahnya dan apa yang dipikirkan lelaki itu, sehingga bisa tiba-tiba diam seperti ini.
Dikeheningan yang menyelemuti mereka, tiba-tiba ada telpon yang berdering diantara mereka. Itu bunyi dari ponsel Alger. Dan buru-buru lelaki itu mengangkatnya tanpa melihat id caller nya, seperti sudah tahu siapa yang menghubunginya.
"Halo? Gimana?" Tanya Alger panik. Mendengar suara Alger yang begitu, sontak membuat Dira menjadi ikutan panik. Sebenarnya, ada apa?
"Tapi dia gapapa? Udah sadar?" Tanya Alger lagi dengan penelepon yang Dira tidak tahu itu siapa.
"Syukur deh. Gue kesana nanti malem. Lo tolong temenin dia dulu ya sampe gue dateng."
"Oke, thanks." Dan Alger pun menutup ponselnya dengan wajah yang bisa dibilang lebih baik dari sebelumnya. Disitu Dira menyimpulkan. Mungkin, hal itulah yang membuat Alger melamun dan hanya diam saja sedari tadi. Dan mungkin tadi itu sebenernya Alger bukan melamun, melainkan menunggu seseorang menelponnya. Pantas saja tumben-tumbenan lelaki itu memegang ponselnya, dan tidak memasukannya ke tas seperti biasa. Tetapi yang menjadi pertanyaan Dira adalah, siapa yang sakit? Siapa yang Alger khawatirkan sampai-sampai lelaki itu mengabaikannya? Dan siapa pula tadi yang meneleponnya? Beribu pertanyaan seperti mengiang-ngiang di kepala Dira. Alger selalu saja seperti ini. Lelaki itu selalu saja membuat teka teki yang rumit sekali untuk dipecahkan oleh Dira. Dan semakin lama, bukannya semakin terpecahkan, justru teka teki itu semakin menumpuk dan semakin membuat Dira penasaran.
Sebenarnya, Alger itu kenapa sih?
"Ger, tadi siapa yang tel-"
"Dir, kita pulang sekarang." Ucap Alger dan langsung menarik tangan Dira menuju parkiran.
Ya, ternyata Alger masih ingin menyembunyikan darinya.
***
Jam menujukan pukul 11 malam, dan mungkin biasanya saat jam segini Alger sudah terlelap dalam mimpinya. Tapi beda dengan malam ini. Lelaki itu, justru tengah berlarian di dalam Rumah Sakit untuk mencari seseorang yang ingin ditemuinya malam ini. Alger khawatir, tentu khawatir mendengar telepon dari seseorang tadi sore. Dan sialnya, saat diperjalanan pulang jalanan macet parah. Makanya Alger baru bisa datang sekarang.
Alger sebenarnya tidak tahu jika hal seperti ini akan terjadi. Setahunya, tadi dia baik-baik saja makanya Alger memberanikan diri untuk pergi dengan Dira ke Puncak. Entahlah, saat ini Alger jadi merasa bersalah dan merasa tidak becus untuk menjaga orang itu. Ya Alger pun tahu jika ini semua bukanlah semua salahnya. Mungkin memang kondisi dia yang makin kesini makin kurang stabil, makanya hari ini harus kembali kerumah sakit.
11 Ranvanzel B.
Akhirnya mata Alger menangkap satu ruangan yang sedari tadi dicarinya. Alger tahu jika ini bukanlah jam besuk, tapi mau bagaimana lagi. Alger tidak bisa menunggu besok untuk melihat keadaan orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
Dengan perlahan pintu itu pun Alger buka.
Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah ranjang rumah sakit dengan seorang lelaki yang terlelap diatasnya. Alger perlahan masuk dan kembali menutup pintunya. Semakin Alger masuk ke dalam, Alger melihat seorang wanita paruhbaya tidur disofa samping ranjang. Alger bingung, harus bangunkan wanita itu atau membiarkannya. Tapi Alger tahu jika wanita itu pasti telah menunggu lama, dan kini Alger putuskan untuk membangunkan wanita itu dan membiarkannya pulang karena berhubung jaraknya ke rumah majikannya itu hanya berjarak beberapa meter dari rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Algeraldi [Completed]
Teen FictionAlger story. Untuk menjadi pribadi yang supel itu susah, apalagi untuk orang yang sudah di anugrahi irit berbicara tetapi otak bekerja seperti Alger. Sedih, diem. Marah, diem. Seneng, diem. Sampe suka sama orangpun, dia diem. Pinginnya action, tap...