D e l a p a n ; shocked

9K 966 151
                                    

Kecelakaan yang menguntungkan, terjadi di pertengahan jalan pulang Alger mengantarkan Dira.

Ban mobil Alger bocor.

Dan terpaksa mereka berdua kini harus berada di bengkel mobil untuk menunggu Ban mobil Alger di perbaiki. Mungkin bagi Alger ini musibah. Tapi bagi Dira, ini anugrah.

Dari tadi, Dira sudah merasa salah tingkah sendiri di kursinya. Padahal Alger sedang memainkan ponselnya sendiri, tetapi entahlah Dira selalu merasa salah tingkah jika sedang di dekat Alger. Dimanapun itu, dan kapan pun itu. Perasaan Dira tetap saja seperti itu.

Sambil duduk memandangi Aa Aa bengkel yang sedang memperbaiki ban mobil Alger, tiba-tiba Dira menangkap suara desahan dan decakan kesal dari kursi samping. Siapa lagi jika bukan Alger.

"Dir." Tiba-tiba Alger memanggilnya dan membuat Dira menoleh kearah lelaki itu.

"Kenapa Ger?" tanpa menjawab, Alger justru memberikan ponselnya kearah Dira. Dira yang bingung, hanya diam sambil memandangi ponsel Alger yang ternyata sedang ada panggilan yang masuk. "Maksudnya?"

"Tolong gue."

"Tolong gimana?"

"Angkat telepon ini." Dira kembali melihat layar ponsel Alger dan terlihatlah si penelepon dengan caller name 'Alya' disana.

"Terus gue harus jawab apa?"

"Bilang gue ga ada." Dengan ragu Dira mengangguk dan mengambil ponsel itu. Sebenarnya Dira penasaran juga apa yang membuat Alger memintanya untuk mengangkat telepon itu. Tapi apa boleh buat, Dira belum terlalu berani untuk bertanya lebih lanjut kecuali Alger yang bercerita duluan.

"Halo?" ucap Dira sambil menyimpan ponsel itu disebelah telinganya.

"Ini siapa? Alger mana?" mendengar jawaban seorang perempuan dari sebrang, Dira melirik kearah Alger yang ternyata kini tengah mengobrol dengan Aa Aa bengkel.

"Em—Alger nggak ada." Jawab Dira sambil terus memperhatikan Alger, yang diperkirakannya sedang melakukan transaksi.

"Nggak ada? Emang dia kemana? Terus ini siapa?"

"Algernya lagi ada urusan. Hp nya ketinggalan di gue." Jawab Dira berbohong.

"Lo siapa nya?"

"Gue—" kini Dira kembali menatap Alger yang kebetulan sudah kembali duduk di kursinya—meminta bantuan. "Dia nanya gue siapa, gue jawab gue temen lo ya?" bisik Dira pada Alger sambil menutup ponsel Alger dengan telapak tangannya.

"Bilang pacar aja." Ucapan Alger membuat Dira membulatkan matanya. "Cepet." Dengan ragu Dira mengangguk.

"Halo? Ini siapa sih?"

"Gue—gue pacarnya Alger."

"Hah? Pacarnya Alger?"

"I-iya." Dira seberusaha mungkin tidak melirik kearah Alger. Bukan apa-apa, Dira malu.

Tuttt.

"Di-dimatiin." Ucap Dira sambil menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.

"Iya." Ucap Alger sambil mengambil ponselnya. "Makasih." Ucapnya, dan Dira hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Mengaku sebagai pacar Alger itu rasanyaaaa, benar-benar menakjubkan.

Rasanya Dira benar-benar ingin menjadi pacar sungguhan lelaki itu saja.

***

"Kakak, tadi Tante Susan nelpon. Katanya kamu nggak jemput Alya ya?" tanya Milan saat Alger hendak menaiki tangga rumahnya.

My Algeraldi [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang