"Ger!" teriak Kai sambil mengangkat tangannya mengajak highfive pada Alger yang baru saja selesai menghabiskan sebotol minumannya.
"Ga pulang?" tanya Alger sambil membalas highfive Kai. Sebenarnya, ia dan Kai itu tidak terlalu dekat. Mereka hanya sering kumpul bersama di kantin belakang, dan berbicara pun hanya sekenanya saja. Kai adalah anak IPS, dan setahunya Kai itu adalah salah satu lelaki yang 'berpengaruh' di sekolahnya ini. Kai anak yang nakal, rusuh, dan selalu mencari sensasi di sekolah. Dan itu adalah penyebab Alger tidak suka terlalu dekat dengan anak-anak sejenis Kai.
Kata Alger temenan sama cowok sejenis Kai itu, bikin ribet.
"Belum nih, gue lagi nunggu sobat gue." Alger mengangguk malas sambil menghapus keringatnya dengan handuk kecil yang dibawakan oleh Ibunya tadi pagi. "Lo tau nggak siapa sobat gue?" tanya Kai, dan hanya Alger hanya bisa mengangkat sebelah alisnya. Apa penting Alger harus tahu siapa sahabatnya Kai?
"Ga."
"Dira. Tau nggak?"
"Adira?" Kai mengangguk mantap.
"Lo tau siapa Dira?" Alger mengangguk. Ya jelas lah ia tahu, ia sudah dua tahun berturut-turut satu kelas dengan Dira. "Wah si Dira pasti seneng ini!" ucapan Kai membuat dahi Alger mengerut. Apa maksdunya?
"Gimana?" tanya Alger memastikan ucapan Kai.
"Ah enggak. Kok lo bisa tau si Dira sih?" tanya Kai terlihat antusias. Aneh sekali.
"Kan sekelas."
"Ohiya gue lupa!" Kai menepuk jidatnya. Bodoh sekali ia bisa melupakan fakta itu. "Lo tau nggak sekarang Dira ada dimana?" tanya Kai, dan lagi-lagi itu membuat Alger kebingungan.
"Ga." Alger mengangkat bahunya acuh.
"Dia ada disitutuh." Ucap Kai sambil menunjuk pohon besar yang berada di sudut kanan lapangan.
"Di pohon?" tanya Alger heran. Kai mengangguk sambil menahan tawanya. "Ngapain?"
"Dia lagi ngukir." Jawab Kai asal.
"Ngukir?" Kai mengangguk.
"Iya ngukir, dia lagi ngukir di batang pohon." Alger semakin heran saat ini. masalahnya, untuk apa seseorang mengukir batang pohon mangga seperti itu? Dan intinya, untuk apa pula Kai memberitahunya?
"Suka ngukir?" tanya Alger akhirnya, dan Kai malah menggeleng. Astaga, Kai ini maunya apa sih!
"Dia sukanya sama lo, bukan sama ngukir."
"Hah?"
"Hee becanda boss. Udah ah gue balik ya." Alger mengernyitkan dahinya sebentar lalu akhirnya menggangguk. Bagus lah jika Kai pergi, jadi ia tidak pusing mendengar ucapan lelaki itu yang sangat abstrak seperti tadi. "Ohya, lo udah punya doi belum sih?"
"Pacar?" tanya Alger, Kai mengangguk sambil mendehem tanda mengiyakan. "Belum."
"Mau gue jodohin nggak?"
"Ga."
"Beneran? Temen cewek gue cantik-cantik loh Ger, siapa tau nyantol satu gituh?" Alger tersenyum kecil, lalu menggeleng.
"Gausa."
"Beneran?" Alger megangguk malas. "Yauda kalo lo butuh cewek, lo calling calling gue aja ya? Gue punya stok yang paling bagus buat lo. di jamin, yang satu ini masih di segel lebel halal."
***
Ketika pintu kelas terbuka, munculah sosok wanita yang menegangkan. Sontak anak-anak di kelas XI IPA 1 ini langusng terduduk di kursinya masing-masing tanpa berbicara sepatah kata pun. Takut. Maklum, guru Seni Budaya yang menjabat sebagai wali kelas mereka yang satu ini terkenal dengan ke killeran dan kearogantnannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Algeraldi [Completed]
Teen FictionAlger story. Untuk menjadi pribadi yang supel itu susah, apalagi untuk orang yang sudah di anugrahi irit berbicara tetapi otak bekerja seperti Alger. Sedih, diem. Marah, diem. Seneng, diem. Sampe suka sama orangpun, dia diem. Pinginnya action, tap...