"Lo udah makan?" tanya Dio pada Dira yang kini sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya. Dira sudah mandi, dan Dio juga sudah tidak terlihat lelah lagi karna lelaki itu sudah tidur beberapa jam setelah kejadian Dira menangis di pelukannya itu.
"Belum."
"Cari makan yu?"
"Pesen online aja."
"Males ah, gue ingin keluar." Mendengar ucapan Dio, Dira mengernyitkan dahinya heran. biasanya nih ya, setiap Dira mengajak Dio makan diluar, Mas nya ini selalu menolak dengan alasan lelah, malas, macet, dan alasan alasan lainnya agar menolak permintaan Dira yang selalu ingin makan diluar. Dan kali ini?
"Tumben?"
"Lo mau makan apa? Dimana?"
"Kalo gue maunya abisin uang lo aja gimana?" tanya Dira jahil.
"Kuy, bentar ya gue mandi dulu. Lo siap-siap, kita keliling Bandung sore ini."
***
"Lo mau makan apa?" tanya Dio saat mereka kini berada disalah satu pusat perbelanjaan di daerah Bandung.
"Sebenernya gue belum laper-laper amat sih Mas." Jawab Dira sambil menyengir kearah Dio.
"Ck, yauda lo mau belanja?"
Mendengar tawaran yang sangat jarang terdengar dari bibir Mas nya itu, Dira sontak langsung mengangguk mantap. "Mau mau!" mendengar nada yang sangat amat semangat dari bibir adiknya, Dio tertawa kecil lalu merangkul atau lebih tepatnya menghapit kepala Dira di ketiaknya.
"Ayo belanja!"
Setelah Dira menemukan toko langganannya, Dira langsung berhambur menuju beberapa pakaian yang bergantung didepannya. Melihat itu, Dio hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil mengikuti pergerakan Dira dari belakang.
"Mas, bagus yang mana?" tanya Dira sambil memamerkan dua pasang baju yang berbeda model.
"Lo sukanya yang mana?"
"Dua-duanya sih, makanya gue tanya bagusan yang mana?"
"Yauda kalo suka dua duanya, ya ambil aja dua-duanya."
"Boleh?" tanya Dira senang, Dio mengangguk. "Seri—" ucapan Dira terhenti saat matanya menangkap seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya.
"Kenapa?" tanya Dio saat melihat Dira yang tiba-tiba terdiam.
Melihat Alger yang tengah duduk didepan ruang ganti, bibir Dira jadi menyunggingkan sebuah senyuman. Setelah beberapa hari tidak bertemu Alger rasanya Dira benar-benar merindukan lelaki itu, dan saat ini Tuhan mempertemukannya kembali dengan Alger seperti sebuah kebetulan. Dan Dira senang.
Tapi senyum Dira tiba-tiba hilang saat melihat seorang perempuan yang baru saja keluar dari ruang ganti menghampiri Alger. Dan yang lebih membuat Dira terdiam adalah, Alger langsung berdiri dan tersenyum pada perempuan itu.
Anjir.
"De, kenapa sih?" tanya Dio sambil menyentuh pundak Dira.
"Ah—Mas tunggu diluar toko aja ya? Gu-gue mau cobain bajunya dulu, nanti gue panggil."
"Gue nunggu disini aja."
"Em—disitu aja." Dira menunjuk sebuah kursi panjang yang berada di deretan dekat pakaian laki-laki.
"Hm, oke." Dio menurut dan berjalan menuju kursi yang ditunjuk Dira.
Setelah Dio pergi, Dira kembali melihat kearah tempat duduk yang berada didepan ruang ganti itu. Ternyata Alger dan perempuan itu sudah tidak ada. Buru-buru Dira menyimpan baju yang tadi di pegangnya, dan berlari untuk mencari keberadaan Alger dan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Algeraldi [Completed]
Ficção AdolescenteAlger story. Untuk menjadi pribadi yang supel itu susah, apalagi untuk orang yang sudah di anugrahi irit berbicara tetapi otak bekerja seperti Alger. Sedih, diem. Marah, diem. Seneng, diem. Sampe suka sama orangpun, dia diem. Pinginnya action, tap...