E n a m ; Too cute

9.1K 841 34
                                    

"Ini sapu tangannya. Makasih ya." Ucap Dira saat Alger baru saja mendudukan dirinya di samping Dira.

"Buat lo aja." ucap Alger tidak mengambil sapu tangan yang di sodorkan oleh Dira.

"Eng—nggak usah, gue udah nggak pake kok. Lagian ini sapu tangannya udah gue cuci." Ucap Dira sambil terus menyodorkan sapu tangan itu pada Alger.

"Oke." Akhirnya Alger pun mengambil sapu tangan miliknya yang kemarin dipakai oleh Dira.

Diam.

Kini keduanya saling diam. Alger sudah sibuk dengan dunia ensiklopedianya, dan Dira sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sebenarnya, ingin sekali Dira mengajak ngobrol Alger dan membahas sesuatu yang mungkin biasa dia obrolkan dengan teman lelaki lainnya didalam kelas ini. tapi, lagi-lagi nyali Dira belum terlalu kuat untuk mengobrol dengan Alger terlalu lama. Bukan apa-apa, ngobrol sesekali dengan Alger pun Dira masih suka salting. Lah, apalagi jika Dira harus mengobrol panjang dengan Alger. Huft, jantunganya akan terus berolahrga jika seperti itu.

Jika dengan jarak sedekat ini, wajah Alger tampannya lebih berlipat ganda. Hidungnya yang mancung tercetak sempurna. Dagunya yang lancip membuat siapapun iri melihatnya. Dan kulit yang mulus tanpa jerawat, membuat pria manapun menginginkan kulitnya.

Yang lebih tampan dari Alger itu memang banyak. Bahkan sangat banyak. Tetapi, Alger itu tampan dengan caranya sendiri. Karismanya, dan aura Alger itu sangat kuat. Dan itulah yang menyebabkan hawa keberadaan Alger itu sangat besar walaupun lelaki itu hanya diam sambil membaca buku. Hanya diam membaca buku pun, Alger akan terlihat sangat keren. Coba bayangkan jika Alger melakukan hal lain? Emmmmmzzz.

"Kenapa liatin gue?" ucapan itu membuat Dira tersadar dari lamunannya.

"Eh—gue liatin lo ya?" tanya Dira pura-pura karna malu merasa ke gap.

Alger mengernyitkan dahinya lalu mengangkat bahunya. "Gatau." Jawabnya acuh dan kembali membaca ensiklopedianya.

Dira menghembuskan nafasnya. Antara malu dan kesal karna Alger kembali mencuekinya, berkumpul menjadi satu. Huft, Dira tidak paham dengan pemikiran lelaki yang satu ini. kok bisa ya hidupnya gitu-gitu aja?

"Dira."

"Astaga."

"Kaget?" tanya Alger saat melihat reaksi Dira.

Dira mengangguk sambil menghela nafasnya. Yaiyalah kaget. Orang lagi melamun terus di panggil dengan nada datar nan singkat seperti itu, gimana nggak kaget coba?

"Iya kaget." Ucap Dira sambil menggaruk ujung pelipisnya. "Kenapa?"

"Gue mau ke kantin." Ucapan Alger membuat Dira mengernyitkan dahinya.

Tumben mau ke kantin bilang? Biasanya main pergi-pergi aja tu anak kayak jalangkung.

"Sekarang?" Alger mengangguk.

"Kalo ada Bu Fitri, line gue." Dira terdiam sebentar lalu akhirnya mengangguk. Speechless guys. "Line gue ada?" tanyanya lagi. dan Dira kembali mengangguk. Masih speechless guys.

"Oke."

Guys, hari ini Alger menganggapnya!!!

***

"Nih, dari Bunda." Kai menyimpan sebuah kotak makan bewarna pink di depan meja yang sedang diduduki Dira.

"Wah Bundaku sayangggg." Ucap Dira semangat sambil membuka kotak makan pink tersebut. "Yes, rendang. Bunda tau aja gue lagi boke."

"Gue ngiler nih Geb. Masa yang dibekelin cuma lo doang, gue kaga anjir." Ucap Kai sambil cemberut menatap Dira yang kini sudah menyantap bekal yang dibawakan Bundanya. "Gue mauuuu."

My Algeraldi [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang