Semenjak tadi Alger nembak Dira, selama pelajaran Dira jadi tidak fokus untuk melakukan apa-apa. Duduk sebangku dengan pacar, rasanya kaya apa ya? Kayak yang salah tingkah terus. bayangkan saja, sebelum pacaran pun Dira memang selalu salah tingkah jika dekat Alger, dan sekarang statusnya sudah sebagai pacarnya Alger. Salah tingkahnya jadi berkali-kali lipat ganda.
Bel pulang sekolah yang berbunyi membuat Dira menghela nafasnya. Setidaknya jika pulang, ia akan sedikit berjauhan dengan Alger dan membuat detak jantungnya normal kembali. Bukan tidak senang berdekatan dengan Alger, hanya saja jantung nya benar-benar tidak bisa diajak kompromi sama sekali. Dan untuk saat ini, jalan terbaik untuk menenangkan jantung adalah dengan cara berjauhan dengan Alger.
“Mau gue anter?” tanya Alger yang tengah memasukan buku-bukunya kedalam tas, tanpa menoleh kearah Dira sedikit pun.
“Ah, apa?”
“Gue anter pulang, mau?” tanya Alger mengulang.
“Em, gu-gue pulang sama Kai.”
“Oh.” Jawaban Alger membuat Dira terdiam. Tunggu, apakah kata ‘Oh’ itu berarti Alger cemburu jika Dira pulang bersama Kai?
“Nggak pa-pa kan?”
“Gapapa apa?”
“Gue pulang sama Kai?” Alger mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
“Duluan.” Alger menepuk pelan punggung tangan Dira yang berada diatas meja, lalu pergi meninggalkan kelas.
Astaga.
Astaga.
Astaga.
“AAAAAAAA.” Teriak Dira meluapkan kesenangannya, tanpa peduli dengan pandangan anak-anak kelas lainnya.
“Kenapa woy!” teriak Caca dari arah bangku sampingnya.
“CA SINIIIIII!”” Karna penasaran dengan penyebab Dira yang bersikap kurang normal, akhirnya Caca pun menuruti perintah Dira dan duduk di samping Dira.
“Kenapa si?”
“Gue. Jadian. Sama. Alger.”
“HAH?!”
“Gue udah jadian sama Alger. HUAAAAA SENENG BANGETTTTTTT.” Teriak Dira lagi sambil membayangkan wajah Alger yang sedang tersenyum kearahnya.
“Lo lagi nggak ngayal kan?” Dira menggeleng mantap.
“Gue bener-bener nggak ngayal, atau ngibulin lo. ini seriusan. Gue udah jadian sama Alger!”
“Kok bisa?” tanya Caca tidak percaya. “Lo nembak Alger?” pertanyaan Caca membuat Dira memukul pelan paha gadis itu.
“Enak aja. Emang gue cewek apaan pake nembak cowo duluan!”
“Ya terus, Alger yang nembak. Gitu?” Dira mengangguk mantap. “Serius?” tanya Caca masih tidak percaya.
“Ih, serius Ca. Kenapa sih nggak percayaan amat.”
“Bukan gitu. ya lo tau lah Alger kayak gimana, dan Alger nembak lo rasanya susah di percaya. Lagian kapan kalian pdkt coba?”
“Jangan kan lo, gue juga aneh.”
“Nah itu, harusnya lo pikirin itu dulu sebelum lo nerima dia.”
“Itu spontan Ca, lagian lo taulah gue udah suka sama Alger dari lama. Dan pas Alger nembak gue, ya pastilah gue terima.” Iya sih ya, jika Caca jadi Dira pun sepertinya akan melakukan hal yang sama. lagipula mana ada orang yang menyia-nyiakan kesempatan emas seperti itu. Di tembak sama kecengan sendiri, siapa yang gabakalan mau coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Algeraldi [Completed]
Teen FictionAlger story. Untuk menjadi pribadi yang supel itu susah, apalagi untuk orang yang sudah di anugrahi irit berbicara tetapi otak bekerja seperti Alger. Sedih, diem. Marah, diem. Seneng, diem. Sampe suka sama orangpun, dia diem. Pinginnya action, tap...