t i g a p u l u h s a t u; kenapa sih!

3K 250 54
                                    

"Lo maksain banget sih, kalo emang sakit yauda istirahat aja dirumah, ngga usah sok jagoan mau masuk sekolah!" ucap Aric yang kini tengah menyetir mobilnya. Abang beradik dua itu, pagi ini ditugaskan oleh Ibunda untuk mengantarkan adik lelakinya pergi ke sekolah. "Heh, gue ngomong sama lo ya!"

"Iya tau."

"Kalo Abang ngomong makanya jawab! Gue berasa ngomong ama gantungan didepan tau!" ucap Aric pada Alger yang kini hanya menghela nafasnya lelah. "Lo kenapa sih hah? Ngga kayak biasanya."

"Gapapa."

"Lagi berantem ya sama cewe lo?" Alger memutarkan bola matanya. Ya, Aric memang mengetahui jika Alger memiliki kekasih. Jangan heran mengapa Aric bisa tahu, tentu jawabannya adalah memata-matai. Iya betul, Aric dan Abel memata-matai Alger selama ini. Karena mereka merasakan sesuatu yang aneh pada Alger belakangan ini. Awal mula terjadinya proses memata-matai Alger adalah saat malam tiba, Abel mengadu pada Aric jika ia mendengar Alger berbicara dengan seseorang di telpon. For your information, Alger itu bukanlah orang yang suka basa-basi apalagi sampai telepon-teleponan. Dan anehnya, sesi teleponan malam hari itu seperti sebuah kerutinan karena Abel mendengar tidak hanya satu atau dua kali, tetapi cukup sering. Bukti kedua yaitu, Alger jadi sering bermain ponsel sambil senyum-senyum sendiri. Bukti ini cukup jelas bukan? Dan bukti lainnya adalah, Alger jadi sering keluar rumah, serta berpakaian lebih 'niat' dari sebelumnya.

Bukan kah itu semua cukup untuk dijadikan bukti jika Alger memang mempunyai pacar?

Ohiya satu lagi. Aric pernah sengaja membuka ponsel Alger, dan ia menemukan foto seorang gadis di galerinya. Dan menurut Aric, Alger pandai memilih pacar. Karena gadis yang ia lihat digaleri Alger itu cantik.

"Bener kan, lo lagi gelut sama cewe lo."

"Berisik."

"Ciee, lagi marahan cie."

"Diem atau gue loncat?"

"Oke gue ganti topik. Kenapa kaki lo bisa kaya gitu?"

Alger menoleh karah Abangnya dengan tatapan tajam. "Gue udah bilang. Jatoh." Jawab Alger penuh penekanan.

"Jatoh itu banyak jenisnya, dan ada penyebabnya."

"Ck, futsal."

"Keseleo?"

"Iya kali."

"Terus kenapa mau sekolah? Kenapa sih ngga istirahat aja."

"Suka-suka."

Aric menyemangati dirinya sendiri dalam hati. Cobaan. Alger itu cobaan. Sabar Aric, sabar.

J

***

"Alger!" Dira berlari kecil berusaha mengejar lelaki yang kini ada di depannya. "Ger, tunggu!"

Seakan tidak mendengar suara gadis yang memanggilnya di belakang, Alger terus berjalan tanpa mengidahkan panggilan itu sama sekali.

"Alger." Dira menepuk pelan bahu Alger yang kini sudah berada di sampingnya. "Aku panggil kok diem aja sih, ngga denger ya?"

Alger masih terdiam, tidak menjawab pertanyaan Dira sama sekali.

Melihat itu, Dira mengernyitkan dahinya. Ada apa dengan Alger?

Dira terdiam, karena merasa ada sesuatu yang aneh dengan Alger saat ini. Dira mencoba untuk berfikir, mengapa Alger seperti menyuekinya, dan mengabaikannya. Padahal seingat Dira, sebelumnya mereka baik-baik saja. Bahkan tidak ada perdebatan atau obrolan panjang sebelumnya. Lalu, mengapa Alger jadi begini?

My Algeraldi [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang