T u j u h b e l a s; miss¿

6.4K 719 120
                                    

“Pagi.” Alger mengusap pelan rambut Dira yang tengah duduk di bangkunya, dengan earphone yang tersangkut di sebelah telinganya.

“Kaget.” Ucap Dira sambil mengusap dadanya pelan.

“Kenapa ngelamun?” tanya Alger sambil duduk dan menyimpan ransel di tempatnya.

“Nggak ngelamun kok, cuma lagi menghayati lagu.” Ucap Dira sambil tersenyum hingga matanya hanya sebatas garis. Lucu.

“Lagu apa?”

“Ih kepoooooo.” Ucap Dira sambil mengulurkan lidahnya pada Alger, mengejek.

“Yauda.” Ucap Alger seolah-olah marah pada Dira. Melihat itu Dira hanya tertawa sambil menyimpan dahinya di pundak Alger. Dira ingin manja manjaan juga rupanya.

“Huuu ngambekan.” Ucap Dira masih dengan posisi menghadap Alger dengan dahi yang menempel di pundak sang kekasih. Alger tidak menjawab, tetapi lelaki itu justru memainkan rambut panjang Dira dengan jari-jarinya yang jahil.

“Pulang sekolah mau jalan?” pertanyaan Alger membuat Dira mengangkat kepalanya, dan menatap Alger dengan seksama.

“Jalan? Kemana?” tanyanya.

“Lo maunya kemana?” tanya Alger dengan tangan yang masih asik memainkan helaian demi helaian rambut Dira.

“Kemana ya?” tanya Dira lebih kepada dirinya sendiri. “Kalo nonton, gue ga terlalu tertarik sama film yang tayang sekarang.” Alger mengangguk setuju.

“Karaoke?” usul Dira tiba-tiba.

“Hah? Apa?” tanya Alger memastikan.

“Karaoke yuk?” ajak Dira semangat.

“Nggak-nggak, gue nggak mau.”

“Ayolahh.” Dira mengambil tangan Alger yang berada di rambutnya, lalu menggengamnya. “Nanti lo nyanyi buat gue.”

“Apalagi nyanyi. Nggak, gue nggak mau.”

“Ayo lah, plisss. Ya ya ya?”

“Nggak Dir.”

“Tadi lo yang ngajak jalan, giliran gue mau, lo nya nggak mau. Huh.” Ucap Dira sambil menyilangkan tangannya diatas dada. Melihat tingkah lucu Dira seperti itu, Alger hanya tertawa kecil sambil kembali mengusap rambut Dira.

“Iya deh, tapi bentar ya?”

“2 jam?”

“Satu jam.”

“Satu setengah?”

“Satu atau enggak sama sekali.

“Oke oke satu.” Ucap Dira pasrah, dan Alger tersenyum bangga dan kembali menyimpan tangannya diatas puncak kepala Dira.

Dira hanya berharap, situasi dan kejadian seperti ini akan terjadi disetiap harinya.

Semoga saja sikap manis Alger ini tidak hanya sementara.

***

“Lo lagi adem-adem nya ya sama Alger sekarang?” tanya Caca yang kebetulan sedang berjalan tepat disamping Dira.

Dira mengangguk sambil menyeruput Es dawet yang baru ia beli di kantin tadi. “Sebenernya sih masih banyak banget yang ngeganjel, tapi gue lagi berusaha buat percaya aja sama Alger.”

“Emang mestinya gitu sih.” Ucap Caca setuju. “Soalnya nih ya, kalo lo terus marah juga gabakalan ada endingnya. Malah jadi beban juga kekaliannya.”

“Iya sih.” Dira mengangguk. “Gue juga sempet mikir gitu. lagian mau gue semarah apapun, gue yakin Alger nggak bakalan cerita kalau emang belum saatnya. Dia pernah ngomong, kalau dia bakalan ceritain semuanya tapi nggak sekarang. Intinya gue harus sabar aja nunggu sampe Alger bener-bener bisa jujur ke gue.”

My Algeraldi [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang