"Park Jimin."
"Jimin!"
"Hei! Park?!"
"Park Jimin!"
Jimin terkejut karena Yoongi meneriakinya. Ia tak sadar jika ia melamun sejak tadi.
"Apa?"
"Apa yang kau lamunkan?"
"Bukan apa apa."
"Kalau begitu, siapa yang hampir menembakku tadi?"
"Aku tidak tau."
"Ya! Apa maksudmu tidak tau?"
"Dia bukan anak buah Jiyong hyungnim."
"Lalu?"
"Aku tidak tau, Yoon."
"Oh God, apalagi ini."
Hening mendadak tercipta di antara keduanya. Yoongi menoleh ke arah Jimin bersamaan dengan Jimin yang juga menoleh pada Yoongi. Yoongi memalingkan wajahnya begitu matanya bertemu pandang dengan netra Jimin.
"Tentang semalam, aku minta maaf. Aku benar benar tak berniat melakukannya. Dan, perkataanku tentang-kau-tau-lah, itu sungguhan."
"Aku tau."
"Kau tau?"
"Jika kau tak mencintaiku, kau pasti sudah menusukkan pisau itu ke tubuhku. Simple saja."
"Karena itu kau masih melindungiku?"
"Tak mungkin aku membiarkan orang yang ku sayangi mati begitu saja. Aku sudah berjanji pada Chanyeol hyung untuk tidak membiarkan orang yang ku sayangi pergi dari hidupku."
Jimin mengambil sebuah pistol silver pemberian kakaknya dan mengamatinya. Namun hal yang ia lakukan membuat Yoongi terkejut.
"Bagaimana bisa pistol itu—"
"Chanyeol hyung adalah seorang pembunuh paling cerdas yang pernah ku kenal. Karena itulah Jiyong hyungnim menjadikannya sebagai tangan kanannya."
"Jadi, pistol itu sudah dimodifikasi begitu?"
"Aku tidak tau apa namanya, tapi, pistol ini tidak teridentifikasi jika kita check in."
"Hebat sekali kakakmu."
"Tentu saja, tak jauh beda dengan adiknya."
Yoongi hanya memutar bola matanya malas, namun, ia tetap tertawa juga pada akhirnya.
"Kita akan kemana tadi?"
"Thailand."
"Lalu, kita tinggal dimana?"
"Kau lanjutkan tidurmu saja."
"Aish!"
Wajah Yoongi memanas dan tangannya memukul lengan Jimin pelan. Ia ingat saat Jimin membangunkannya di studio milik Sehun tadi.
Tapi, perjalanan yang membosankan seperti ini membuatnya mengantuk dan lama kelamaan iapun tertidur. Jimin menatap Yoongi dan bergumam.
"Aku akan melindungimu, meski dengan nyawaku."
-DANGEROUS-
Begitu turun dari pesawat, Jimin langsung di sambut oleh 2 orang bodyguard yang memang ia panggil sejak ia masih di Incheon Airport tadi.
Jimin memerintah keduanya untuk membawa kopernya dan koper milik Yoongi. Ia sendiri sedang menggendong Yoongi di punggungnya.
Tadi, ia sudah membangunkan Yoongi tapi pemuda itu tak mau di usik barang sedikitpun.
"Sudah siap?"
"Sudah, boss."
Jimin memasuki sebuah sedan berwarna hitam yang akan membawanya ke rumah yang akan ia tinggali selama ia berada di negara ini.
Sebuah rumah bertingkat dua yang bergaya minimalis. Rumah itu di lengkapi penjagaan ketat, makhluk hidup -manusia dan anjing penjaga- dan juga alat elektronik -cctv dan yang lainnya-.
Sesampainya di rumah itu, Jimin kembali menggendong Yoongi kali ini dengan bridal style dan membawanya masuk ke dalam rumah. Jimin yang cerdas itu melupakan fakta bahwa hanya ada satu kamar tidur utama di rumah ini.
Di tengah kebingungannya, ia pun memutuskan untuk membaringkan Yoongi di kasur berseprai silver itu. Ia menyelimuti tubuh Yoongi dan memandangi wajah damai tidurnya. Yoongi berkali kali lebih manis jika tertidur damai begitu.
Entah kekuatan dari mana, Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Yoongi dan memberikan sebuah kecupan lembut di kening pemuda yang di cintainya itu.
Jimin tersenyum.
"Mimpi indah, Yoon."
Jimin mengelus pelan rambut Yoongi dan melangkah keluar dari kamar.
Bertanya ini rumah milik siapa?
Rumah ini milik Chanyeol yang sebenarnya ingin ia tempati saat ia sudah tak lagi menjadi tangan kanan Jiyong.
Bertanya Kwon Jiyong mengetahi rumah ini?
Tentu, tidak. Sama saja itu bunuh diri dengan membawa Yoongi kemari.
Chanyeol sengaja membangun rumah ini sebagai privasinya yang hanya ia dan Jimin yang tau. Jauh dari dataran Korea. Jauh dari pekerjaan kotornya.
Jimin melangkahkan kakinya ke tempat kerjanya. Memijat pelipisnya. Masalah ini sedikit membuatnya pusing.
Tentang Chanyeol yang mati.
Tentang ia yang bisa bisanya mencintai adik dari pembunuh kakaknya sendiri.
Ia yang membunuh kedua sahabatnya sendiri.
Dan ia juga membunuh Jungkook dan Moonbin, dua orang yang sangat Yoongi sayangi.
Sekarang ia harus menghadapi kenyataan bahwa Taeyong akan memburu Yoongi.
Belum lagi orang yang di bandara tadi.
Detik berikutnya, pemuda bersurai light blue itu membuka laptopnya. Tak sulit bagi seorang hacker yang juga menjabat sebagai tangan kanan mafia terkenal di Korea membuka sebuah situs terlarang.
Ia menelusuri CCTV Bandara Incheon dan menemukan orang itu.
Pakaian serba hitam. Dan yang menarik perhatian Jimin adalah jam tangan yang digunakan orang itu. Terlihat kontras dengan semua yang di pakainya. Jimin memincingkan mata dan gambar itu ia zoom.
Sebuah jam tangan silver. Berbentuk kotak dengan sebuah lambang kecil di pojok kanan bawah. Mata Jimin semakin menyipit untuk benar benar memperhatikan lambang apa itu.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
Mata Jimin langsung terbelalak begitu ia tau lambang apa itu. Sialan! umpatnya. Bagaimana bisa dia ada di Korea? Fikiran Jimin tak bisa tenang. Pemuda itu langsung mencari identitas orang itu.
Jemarinya mengetik di atas keyboard dengan terburu buru. Matanya terus beralih dari keyboard ke layar ke keyboard lagi begitu seterusnya, hingga identitas orang itu ketemu meski harus membobol beberapa situs.
Ryeosuke.
Ryeosuke Kagawa.
13 October 1995.Mata Jimin mengernyit heran. 13 October adalah tanggal lahirnya juga. Dan 1995 adalah pelengkap manis yang benar benar membuat Jimin terperanjat.
Sebentar, siapa tadi?
Ryeosuke?
Ryeosuke Kagawa?
Kagawaryeo?
Kalau dugaannya tidak meleset, Ryeosuke itu adalah...
-DANGEROUS-
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/113738187-288-k604115.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS [my]
Action[COMPLETED] [SEDANG DALAM PROSES EDIT-ON HOLD] "aku tidak akan membiarkan orang yang menyakitimu hidup, Yoongi." -Jimin Park ⤵ minyoon b×b! dldr! action-romance d.e