[33] I Want to be a Killer

3.8K 407 8
                                    





"Ibu bertanya sekali lagi, Channie. Kau ingin jadi apa saat besar nanti?"

"I want to be a killer, eomma!"

Sekali lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, Chanyeol memijat pelipisnya. Total pening karena obsesi sang anak yang ingin menjadi seperti sang uncle. Seorang pembunuh.

Anaknya itu sangat keras kepala. Selalu tertarik dengan suatu hal yang menantang. Minggu kemarin, bahkan ia menantang anjing penjaga rumah yang begitu liar. Hampir di kejar sang anjing tapi Jimin dengan sigap menarik tali yang mengikat leher anjing liar itu.

Entahlah, sepertinya darah adrenalin milik ayah, uncle, dan grandpa nya menurun padanya. Tentu, sifat keras kepalanya mirip dengan sang kakek. Berpendirian tetap itu menurun dari uncle nya. Dan sifat ambisiusnya menurun dari sang ayah. Terlebih, ada jiwa pembunuh di dalam tubuh ketiganya.

Menghadapi Jimin saja membuat Chanyeol uring uringan, dan apa ini? Ia harus di hadapkan dengan sang anak yang baru berusia lima tahun? Dan sifatnya kini sebelas duabelas dengan Jimin? Bunuh saja aku, Tuhan.

"Chanyeol, bagaimana ini?"

"Aku juga tidak tau, sayang."

"Bagaimana jika saat di sekolah, gurunya menanyakan hal seperti itu? Gurunya bisa pingsan, tau!"

"Ya sudah. Kau saja sana yang jadi gurunya."

"Lho, kenapa aku? Aku dokter, bodoh! Bukan guru! Seharusnya kau yang jadi gurunya, Tuan Park petinggi Park Company yang terhormat!"

"Aku sibuk."

"Aku juga!"

"Lalu, bagaimana?"

"Mana ku tau, Chanyeol!"

Saking pusingnya, Chanyeol bahkan tak menyadari Baekhyun memanggilnya dengan nama. Artinya istrinya itu begitu marah luar biasa.

"Ya! Park Jimin! Kemari kau!"

Chanyeol meneriakkan nama Jimin ketika adiknya itu menuruni tangga dengan tergesa hendak keluar. Sepertinya akan kembali ke markas.

"Apa, hyung? Jiyong hyung sudah marah marah tau karena aku tidak segera kembali ke markas."

Namja jangkung itu merinding mendengar perkataan Jimin. Ia sungguh belum terbiasa dengan sang adik yang adalah seorang indigo. Ia bahkan tak bisa membayangkan saat Jimin membunuh, lalu bagaimana jika arwah orang yang di bunuhnya itu mengganggunya?

"Cepat, hyung. Jangan memikirkan hantu di sekitarku. Aku tidak punya waktu sampai pagi."

Nah kan, sekarang Jimin bisa membaca pikirannya? Jimin seorang cenayang? Pembunuh sepertinya, cenayang? Raut Chanyeol yang berubah ubah namun terbaca olehnya itu membuat Jimin geram setengah mati.

"Realistislah, hyung bodoh! Mana bisa aku membaca pikiranmu? Dasar dungu!"

"Bangsat, kau mengejekku?"

"Rautmu terbaca, bodoh! Apa? Kau pikir aku cenayang? Konyol sekali, hyung."

"Aku tidak bilang begitu!"

"Wajahmu yang mengatakannya. Jangan coba membohongiku jika tidak ingin menjilat ludahmu sendiri, Tuan Park."

"Diam kau, adik kurang ajar! Kau--"

"Jadi tidak? Jiyong hyung sudah mulai marah marah lag--iya, hyung, sebentar. Biar kuurus mantan tangan kananmu yang bodoh ini."

"Siapa yang kau bicarakan, brengsek?!"

DANGEROUS [my]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang