"Sialan—"
Jimin seketika bungkam saat ia menyadari bahwa CCTV di basement sudah rusak. Tadinya ia ingin mengumpati Taeyong yang tidak segera mengangkat panggilannya di seberang sana. Kini ia tau, di markasnya ada yang tidak beres.
Tangannya ia masukkan ke saku jaketnya guna memegang sebuah pistol yang terselip di sana. Markasnya begitu sepi, tidak ada aktifitas seperti biasanya. Apa yang terjadi saat ia mengurus Minki tadi?
Kakinya melangkah dengan penuh kewaspadaan. Tadi rumah besar Park, dan kini markasnya yang tidak aman? Jimin mengumpat dalam hati. Musuhnya itu bermain main dengannya rupanya.
BRAK!
Sekilas, ia mendengar suara tabrakan yang sedikit keras. Rintihan orang yang tertabrak benda karena terbanting itu sedikit Jimin kenali. Ia pernah melakukan hal yang sama, ngomong ngomong. Dan tidak salah lagi, itu suara Taeyong, tangan kanannya.
"Dimana Park Jimin, keparat! Kau tidak mau memberitahuku, hah?!"
"Bukan urusanku, bedebah!"
"Sudah mau mati saja masih berani mengataiku! Mau kubunuh kau?"
"Kau itu pembunuh bukan, sih? Mana ada pembunuh menanyakan pertanyaan bodoh semacam itu pada korbannya."
"Mati saja kau, bangsat!"
DOR!
Boss mafia itu menyeringai puas. Taeyong belajar banyak darinya rupanya. Meskipun kemampuan Taeyong memang tak main main, jika di sandingkan dengan Jimin, dia bukan apa apa. Jimin bahkan tau jika Taeyong tak akan mati semudah itu. Peluru itu meleset, dude.
Sedikit mengintip melalui celah jendela yang pecah, Jimin mencari celah untuk melawan balik. Musuhnya bukan lawan sembarangan. Jimin mengenalnya, sangat. Meskipun dia tak hebat dalam merangkai kata, dia mampu menemukan kelemahan musuhnya dengan cepat. Taeyong beruntung karena masih bertahan di serang oleh orang itu.
"Siapa di sana?!"
Jimin ketahuan. Tidak peduli sebenarnya, dalam kata lain ia sengaja melakukannya. Sebuah tak tik klasik untuk mengelabuhi orang. Sengaja terlihat sedikit agar orang itu mendekat, lalu membunuhnya.
Terdengar simple, tapi, Jimin tak menyukai cara itu. Hanya ada teriakan sekali, dan selesai. Monoton. Dan Jimin, tidak suka membunuh seseorang dengan cara seperti itu. Karenanya, ia masih belum puas menembak Minki. Jika saja Chanhyun tidak ada di sana, sudah pasti ia menyiksa Minki habis habisan.
"Keparat, tunjukkan dirimu!"
Seperti yang Jimin duga, musuhnya itu tidak mendekat untuk mengecek tempat persembunyiannya. Tipikal seorang pembunuh yang cerdik, tapi bodoh. Tidak mengecek tapi membuat suara? Yang benar saja? Bunuh diri namanya.
Mendapat celah, Jimin keluar dari bersembunyiannya dan berdiri tepat di depan Taeyong. Tangan kanannya itu memberi isyarat 'terimakasih' yang di jawab Jimin dengan anggukan.
Jika Jimin tidak pergi tadi, Taeyong tentu tak repot repot untuk pura pura lemah.
Belum ada perintah dari Jimin untuk menyerang balik dan membunuh, benar? Ingat prinsip mereka? Hanya boleh membunuh orang yang di perintahkan untuk di bunuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS [my]
Action[COMPLETED] [SEDANG DALAM PROSES EDIT-ON HOLD] "aku tidak akan membiarkan orang yang menyakitimu hidup, Yoongi." -Jimin Park ⤵ minyoon b×b! dldr! action-romance d.e