"Mengurus kakakmu sungguh menguras tenagaku, nak."
"Siapa suruh Ayah membuatnya berambisi begitu? Sudah tau Chanyeol hyung itu ambisius, melebihi Ayah."
"Aku tau, tapi, ku pikir dia terlalu liar."
"Jika Ayah lupa, dia pernah jadi tangan kanan Jiyong hyung lama sekali."
"Berpengaruh, begitu?"
"Tentu saja, Ayah. Jiwa seorang pembunuh itu bebas. Tak di kekang aturan. Meskipun Chanyeol hyung bersedia memimpin perusahaan, mentalnya masih kagok karena jiwa pembunuhnya. Dia masih belum bisa menerima peraturan sebanyak yang Ayah berikan sebagai syarat wajib jika perusahaan ini berpindah tangan."
"Pantas saja kakekmu membuat syarat yang begitu susah. Kau tau, Ayah juga pernah menjadi sepertimu?"
Jimin agak terkejut dengan pengakuan sang ayah. Jadi, seorang Park Yunho pernah menjadi pembunuh, begitu?
"Ayah serius?"
"Tentu. Dulu Ayah bergabung dengan kelompok pembunuh bayaran profesional yang berkeliling dunia. Yeah, sebelum Ayah menikah dengan Ibumu, tentu saja."
"Jadi, yang menghentikan Ayah dari pekerjaan kotor Ayah adalah Ibu?"
"Secara tidak langsung, iya. Ayah hanya takut Ibumu menjadi incaran musuh musuh Ayah, karena itulah Ayah berhenti dan berjuang mati matian untuk membuat Park Company tetap berdiri."
"Dengan?"
"Ajaran kakekmu, tentu saja. Ayah tak perlu berlama lama kuliah dan lulus dengan gelar jika tanpa kuliah pun Ayah bisa mengurus perusahaan besar ini walau dengan syarat yang cukup menguras pikiran dan tenaga."
"Lho? Ayah tidak kuliah?"
"Ayah malas sekolah sejak di keluarkan dari SMA terakhir Ayah karena berkelahi."
"Woah, Ayah keren juga ternyata."
"Tidak tanya kenapa Ayah bisa di keluarkan?"
"Tanpa bertanya pun, aku tau, Ayah. Pasti anak yang berkelahi dengan Ayah berakhir di bawah batu nisan."
"Tepat sekali. Kau belajar banyak rupanya."
"Jika Ayah lupa, aku ketua perkumpulan bawah tanah sekarang."
"Apa sifat sombong Ayah sudah menular padamu sekarang?"
"Sejak dulu, Ayah. Kau saja yang tidak pernah tau."
Jawaban Jimin membuat keduanya hening mendadak. Ketara sekali bahwa kecanggungan itu masih ada jika kejadian itu di ungkit kembali. Well, Jimin tidak sengaja mengucapkannya sebenarnya. Salahkan saja mulutnya yang memang selalu berucap tanpa berpikir.
"Halo, pendek. Kau di sini?"
Untung saja, sang kakak datang tepat waktu. Si jangkung itu mencomot kue kering di atas meja lalu duduk di samping sang ayah dengan kaki di naikkan ke meja. Tuan Park memukul keras paha anak jangkungnya itu dan merecokinya tentang kesopanan sebagai calon penerus perusahaan. Chanyeol pun menurunkan kakinya sambil menggerutu.
"Memangnya tidak boleh? Ini juga rumahku, jika kau lupa, hyung."
"Ingat rumah juga kau?"
Jimin memutar bola matanya jengah. Sang kakak ini suka sekali membalikkan kelakukannya pada Jimin, seolah Jimin yang melakukannya padahal ia sendiri yang melakukannya. Semacam orang yang berbicara tapi tidak bercermin, begitu.
Yang sering tidak pulang ke rumah utama keluarga Park di Seoul ini kan Chanyeol. Kenapa kakaknya itu malah menuduhnya? Sialan sekali, bukan? Ingin Jimin memakinya. Sayang, ada sang ayah di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS [my]
Action[COMPLETED] [SEDANG DALAM PROSES EDIT-ON HOLD] "aku tidak akan membiarkan orang yang menyakitimu hidup, Yoongi." -Jimin Park ⤵ minyoon b×b! dldr! action-romance d.e