Batang nikotin di tangan anaknya itu membuat Tuan Park sedikit terbatuk. Jimin hanya menaikkan satu alisnya, kembali menyesap rokoknya tanpa peduli dengan respon ayahnya yang jelas jelas tak nyaman karena asap rokok yang di hisapnya. Coba saja jika di depannya itu Yoongi, ia pasti akan mematikannya sesegera mungkin.
"Jadi?"
Yunho sedikit mendongak menatap Jimin yang sepertinya memang tidak betah dengan suasana canggung. Tentu, pembunuh berdarah dingin sepertinya mana pernah merasakan perasaan canggung semacam ini. Hanya dengan sang ayah ia merasakannya.
"Ayah salah. Tidak seharusnya Ayah mengabaikanmu dan juga kakak kakakmu."
"Setelah sekian tahun, kau baru menyadarinya?"
Sungguh, nada meremehkan benar benar Jimin gunakan saat mengatakannya. Membuat sang ayah yang sebenarnya tenang, menjadi sedikit emosi dengan nada yang Jimin gunakan. Jika bukan karena niatnya untuk memperbaiki hubungan yang sudah dirusaknya, tak segan segan ia pasti akan menonjok wajah kurang ajar anaknya itu. Well, jika boleh jujur, Jimin memang benar benar duplikat dirinya. Seperti yang di katakan oleh mendiang istrinya.
"Aku punya alasan untuk melakukannya, nak."
Jimin mendecih. Sedikit risih karena di panggil 'nak'. Demi apapun, ia bahkan terakhir kali mendengar kata itu saat umurnya lima tahun. Dan itu, sudah belasan tahun yang lalu.
"Katakan."
"Karena ibumu."
"Kenapa membawa bawa nama ibu?"
"Memang kau tau kenapa ibumu meninggal?"
Bungsu Park terdiam. Fakta inilah yang sejak dulu ingin ia tanyakan. Saat ibunya meninggal, ia masih terlalu kecil untuk memahami kepergian sosok yang di cintainya itu. Apalagi penyebab kematiannya. Kala itu umurnya masih lima tahun. Dan sampai sekarang pun ia tak pernah tau apa atau siapa yang membuat ibunya meninggal. Ia ingin bertanya, tapi, ia terlalu takut untuk mengetahui kenyataannya. Ibu adalah salah satu kelemahannya.
"Memang karena apa?"
Mungkin, inilah waktu yang tepat untuk ia tau, penyebab kematian bidadari yang melahirkannya itu. Hatinya sudah ia susun kuat kuat untuk mengetahui kenyataannya.
"Ibumu di bunuh."
Bagai tertancap belati, jantung Jimin terasa berhenti berdetak. Ia siap jika penyebab kematian ibunya adalah sakit keras, kecelakaan, di tabrak orang, tapi ini? Bahkan, tak pernah terlintas sedikitpun di otaknya bahwa ibunya meninggal karena di bunuh. Berita itu sedikit mengoncangkan jiwanya. Ia benar benar tak kuasa berkata kata. Rokok yang berada di tangan kanannya ia taruh di asbak dengan tangan bergetar.
"Ka—kau serius?"
Ayah Jimin terkejut mendapati respon sang putra bungsunya yang jauh dari perkiraannya. Badan Jimin bergetar hebat. Tangannya terkepal, menahan keinginannya untuk menangis.
"Kau tak apa?"
"Aku baik, Ayah. Jadi, bagaimana?"
Panggilan 'ayah' itu menenangkan jiwa Tuan Park. Ia pun tau, pertanyaan Jimin dengan satu kata tanya itu mencakup seluruhnya. Ia menghembuskan nafas, bersiap untuk mengungkapkan semuanya ke putra bungsunya.
"Park Company adalah perusahaan yang sudah kakekmu bangun dari nol. Beliau berjuang mati matian untuk membuat perusahaan kita ini berkembang pesat. Tentu, kakekmu cerdas, nak. Tak butuh waktu lama untuk membuat Park Company menjadi perusahaan dengan jumlah kekayaan yang tak bisa di bilang sedikit. Bermiliyar miliyar kekayaan Park Company membuat perusahaan ini terkenal sebagai perusahaan terkaya di tanah Korea.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS [my]
Action[COMPLETED] [SEDANG DALAM PROSES EDIT-ON HOLD] "aku tidak akan membiarkan orang yang menyakitimu hidup, Yoongi." -Jimin Park ⤵ minyoon b×b! dldr! action-romance d.e