Yujin berjalan perlahan-lahan menuju gudang. Dia nggak nyangka kalau lorong lantai tiga deket gudang bakal sekosong dan segelap ini.
Cewek itu udah punya feeling nggak enak. Dia yakin Wonwoo nggak bakal milih tempat sesepi dan segelap ini buat bahas kerja kelompok. Wonwoo pasti bakal cari tempat kayak perpustakaan atau cafe atau tempat lain.
Tapi, mungkin Wonwoo mau ngomong sesuatu atau apa, Yujin tetep nerusin langkahnya lagi menuju gudang. Dia membuka pintu gudang yang dibiarkan setengah terbuka itu.
Krriiiikkk...
Pintunya berderit, cuy. Yujin nelen salivanya susah payah. Jantungnya berdebar-debar nggak karuan. Dia ngintip seisi gudang itu.
Banyak barang dan gelap gulita.
Hiyy... Serem banget pokoknya.
Baru aja Yujin mutusin buat nggak jadi masuk, tiba-tiba ada yang ngedorong dia sekuat tenaga ke dalem dan bikin Yujin jatuh tersungkur.
"Huwaaaaaa....!"
BLAM!
Pintu dibanting dan dikunci dari luar oleh seseorang.
Yujin ngusap-ngusap lututnya yang kena debu dan segera bangkit lagi.
"Eh, eh! Kok gue dikunci sih! Buka pintunya, woii!"
Dia ceklek-ceklek pintunya berkali-kali, nggak mau kebuka. Dia gedor-gedor sambil teriak, sia-sia aja. Nggak bakalan ada orang yang tau Yujin di mana.
"Ya ampun, siapa sih yang ngedorong gue tadi!" dumelnya kesel. "WOIII, SIAPAPUN BUKAIN INI PINTU, DONG! GUE KEKUNCI ELAH!"
Dia udah nggak takut lagi sama gelanya ni gudang. Dia kesel dan marah banget siapa yang berani-beraninya ngedorong dia ke dalam.
"Harusnya gue noleh ke belakang... Kalau gue noleh kan, gue nggak bakal kekunci kayak gini," katanya kesel juga sama diri sendiri.
Yujin garuk kepalanya dengan frustrasi. "Mau sampe kapan gue diem di sini terus???"
🚪🚪🚪
"Pokoknya pel sampe gudang juga, ya," tunjuk Pak Hoseok pada salah satu murid yang dihukum karena terlambat.
Ya, sebenernya Doyoung terlambat dua hari yang lalu, tapi dia terima hukumannya hari ini. Doyoung bergidik ngeri.
"Sampe gudang juga, Pak?" tanyanya. Pak Hoseok ngangguk. "Aduh, jangan dong pak. Saya takut, hehehe..."
"Udah tau terlambat, masih aja cengengesan!" tegur Pak Hoseok yang bikin Doyoung semaput. "Udah, turuti apa kata saya! Pokoknya harus sampai bersih, jangan meninggalkan satu butir debu pun."
"Kayak lagu aja, pak. Aku tanpamu, butiran debu," kata Doyoung mulai nyanyi. Pak Hoseok ngejitak kepalanya.
PLETAK!
"Aduh, sakit pak!!"
Pas Pak Hoseok ngejitak kepalanya, tiba-tiba mereka ngedenger suara teriakan dari arah gudang.
"WOIII, TOLONGIN GUE ELAH! GUE KEKUNCI NIH! SIAPAPUN TOLONG BUKAIN INI PINTUUU!"
Lalu disusul gedoran pintu lumayan keras.
"Pak, denger kan, tadi ada suara teriakan cewek?" tanya Doyoung masang telinga baik-baik.
Pak Hoseok ngangguk-ngangguk. "Iya, saya juga denger."
Masa sih ada di pagi-pagi begini? Ini bahkan belum jam dua belas siang... -Doyoung
Nggak lama kemudian ada gedoran pintu lagi. "WOIIII, BUKAAINNNNNNNNNNNN!!!"
"Beneran pak, ada suara," kata Doyoung yakin.
"Ya-ya udah, kamu jalan duluan, saya di belakang...," kata Pak Hoseok mulai ketakutan.
Doyoung cuman pasang wajah pasrah. Guru cowok kok penakut. -_-
"BUKAAAIINNNNNN...!!"
Teriakan itu makin keras dan makin kenceng. Doyoung jalan pelan-pelan dengan Pak Hoseok bersembunyi di belakang.
"Siapa ini?" tanya Doyoung lumayan keras.
"Gue Yujin, anak kelas 12 IPA 1!" jawab cewek di gudang itu.
Doyoung langsung noleh ke pak Hoseok. Dua laki-laki berjakun itu sama-sama kaget.
"Lho, Yujin kamu ngapain di situ, nak?"
"Iya Jin, lu ngapain di dalem?"
"Gue dikunci sama orang, gue nggak tau siapa orangnya! Cepetan bukain!"
Doyoung berusaha buka pintunya lewat pegangan pintu, tapi nggak bisa.
"Saya ambilkan kunci gudang kalau begitu," kata Pak Hoseok.
"Nggak usah Pak, biar saya yang dobrak," kata Doyoung. "Jin, lu mundur sekarang, menjauh dari pintu. Gue bakal dobrak!"
"Iya, iya! Buruan!"
Doyoung narik napas sambil ngumpulin tenaga buat ngedobrak pintu gudang itu. Dan...
BRAAAAKKKKK!!!!!!
Hanya satu kali ngedobrak aja, pintu yang terbuat dari kayu itu pun rusak.
Dia liat Yujin berdiri tiga meter dari pintu itu, berdiri mematung dengan wajah pucat pasi. Doyoung nyerahin tangannya supaya Yujin bisa keluar dengan mudah. Dan Yujin terima uluran tangan darinya.
Badannya masih gemeteran hebat dan tangannya basah keringetan. Yujin bahkan mencengkeram tangan Doyoung erat.
Doyoung masih nggak nyangka Yujin bisa ada di dalem gudang.
"Kamu ngapain di dalem situ, Nak?" tanya Pak Hoseok.
"Sa-saya dikunci sama orang di dalem, Pak. Saya nggak tau siapa...," jawab Yujin terbata-bata.
"Lu nggak luka, kan?" kata Doyoung sembari mengusap-usap punggungnya. Yujin menggeleng.
"Syurlah kalau kamu nggak luka... Ya sudah, kalian berdua balik ke kelas. Bentar lagi bel bunyi."
"Lho, hukuman saya gimana, Pak? Saya boleh ganti jadi nyiram tanaman di halaman, nggak?" tawar Doyoung.
Pak Hoseok hela napas kasar. "Ya udah kalau itu maunya kamu."
"Yes!" decak Doyoung seneng. "Makasih Pak! Bapak guru paling dabest!"
"Pak Hoseok!" kata Bu Hani, guru biologi, berlari nyamperin mereka. "Untung saya ketemu bapak!"
"Ada apa, Bu?" tanya Pak Hoseok bingung.
Bu Hani sampai dengan napas ngos-ngosan. Dia mengatur napasnya sebelum bicara, "Murid bapak yang namanya Myungeun mau bunuh diri di loteng, pak!"
"APAAAAAA!?" Semuanya berteriak kaget.
Aduh makin nggak jelas ini, but keep vomments yaw 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN ➖ Doyoung & Yujin🐇[COMPLETED]✔️
Fanfic"Gue dijodohin sama orang yang nggak gue suka!" -kdy & cyj