"Kami mau jodohin kalian berdua."
Doyoung dan Yujin saling bertukar pandang dan melihat ke orang tua mereka masing-masing.
"APAAAAAAAAAAAAAAA!?"
Jeng jeng...
Sumpah, deh. Teriakan cempreng mereka kenceng banget melebihi toa di masjid. Satu komplek mungkin denger teriakan mereka.
"Lho, mama sama papa kok gitu!? Aku nggak sudi dijodohin sama dia, ma!" rengek Yujin narik-narik tangan mamanya.
"Situ pikir gue mau sama lo?" kata Doyoung pedes sambil ngelirik tajam ke arah Yujin.
"Bahasamu, Nak!" tegur papa Doyoung yang langsung membuat cowok itu terdiam. Yujin mendecak lidah. Dia puas ngeliat Doyoung dimarahin papanya.
"KAGA! Gue nggak mau nikah sama lo, titik!" sembur perempuan bermarga Choi nggak mau kalah. Lalu dia berpaling pada orang tuanya lagi dengan wajah memelas. "Ma, Pa, ayolah... Yujin nggak mau dijodohin-apalagi sama makhluk astral kayak dia..."
"Hush! Kamu nggak boleh bilang kayak gitu, Yujin!" kata mama Yujin. "Doyoung anaknya baik, kok. Lagipula mama sama papa udah kenal sama orang tua mereka."
Yujin menghela napas. "Nggak, Ma. Yujin tetep nggak mau. Amit-amit sama dia!"
Kakak laki-laki Yujin yang beda tiga tahun darinya, Wonho, hanya terkikik melihat adik perempuannya sengsara.
"Ih abang! Diem, deh!" kata Yujin.
Wonho yang masih terkikik, berbisik ke arah adiknya. "Sukurin lu!"
Tak segan-segan Yujin melayangkan tinjunya ke lengan Wonho yang membuatnya mengaduh kesakitan.
Lalu dia melirik Doyoung yang udah pasrah. Wajahnya udah mengekspresikan 'terima nasib ajalah'.
"Heh, duyung! Bilang apa gitu kek! Malah diem aja!"
"Ini gue juga lagi mikir, caplang!" bisik Doyoung mikir keras.
Yujin cuman mencibir ke arah cowok itu. Beneran aja dijodohin, apalagi sama Doyoung. Idih! Yujin bayangin tinggal serumah dengan laki-laki bermarga Kim itu. Iya sih, orang tua mereka itu temenan cukup lama. Mereka juga dulunya temen masa kecil. Main bareng, ketawa-ketawa bareng.
Tapi itu dulu.
Sekarang, mereka udah nggak deket lagi. Mereka sering disatukan dalam satu kelas dan hasilnya kayak anjing dan kucing.
Dan muncullah satu masalah yang lumayan besar. Well, mungkin besar banget malah.
Dijodohin?
Hahaha...
Miris banget.
"Aku juga nggak mau dijodohin sama dia," kata Doyoung akhirnya buka mulut, membuat semuanya hening. Bahkan Yujin berhenti merengek. Semua mata tertuju pada Doyoung.
Wajah orang tua Doyoung kaget.
"Lho, kenapa?" tanya ibu Doyoung bingung.
Doyoung berdeham sekali sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Aku udah gede, Ma, Pa. Umurku juga udah sembilan belas tahun. Sebentar lagi aku kuliah. Aku yang nentuin hidup aku, bukan papa sama mama. Yujin pun sama. Dia juga berhak buat nentuin dirinya sendiri, bukan dijodohin nggak jelas gini."
Yujin mengangguk setuju. "Iya, aku setuju sama dia. Ayolah, ma, pa, tante, om..."
"NGGAK BISA," kata papa Yujin tegas. Semuanya hening lagi. "Keputusan ini udah bulat, kalian nggak bisa ganggu gugat gimana pun juga."
Alis Yujin naik empat senti. Mulutnya nganga lebar. "Nggak mau, Pa! Ma, ayolah, ma, bujuk Papa...," katanya memohon-mohon. Wajah memelasnya bikin mama Yujin jadi nggak tega.
"Tapi, Pa-" Doyoung berusaha menjelaskan ke papanya lagi. Namun, dia malah kena teguran lagi.
"Nggak ada tapi-tapian!" potong papa Doyoung. "Pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu lagi!"
Lagi-lagi mereka teriak-lebih kenceng dari yang sebelumnya.
"APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!?"
-tbc
Gimana prolognya? Kurang mantep ya? Jangan lupa vomment gaes😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN ➖ Doyoung & Yujin🐇[COMPLETED]✔️
Fiksi Penggemar"Gue dijodohin sama orang yang nggak gue suka!" -kdy & cyj