Dear Readers,Untuk sementara Samudra di postpone dulu yah...
Saya lagi kepingin nulis kisah cinta Pak Aksa dan Neng Ais soalnya 😅😅😅 🙏🙏🙏
Seperti biasa... this is a teaser version yah 😉 versi lengkapnya di novel cetak. Kapan novel cetaknya dirilis? Nantiiii sabarrrr, antri 😂
Kemungkinan September rilis Memahami Rembulan & Menaklukkan Badai dulu yahhh...
Makasih supportnya selama ini 😘
With Love,
KI=====================
"Kasihan banget deh si neng Ais. Bentar lagi mau dinikahin ma aki-aki. Jadi istri keempat, ihhh..." ujar salah satu pekerja kontruksi kepada teman-temannya saat istirahat makan, di salah satu halaman bangunan rumah setengah jadi.
Neng Ais?
Siapa dia?
Aku yang baru saja tiba di lokasi untuk menginpeksi kualitas bangunan bersama mandor mereka, tak sengaja menguping pembicaraaan sejumlah pekerja yang saat ini sedang duduk di lantai carport sambil bersantap nasi bungkus.
"Ehem," Rudi, sang mandor berdehem.
Sontak mereka menghentikan pembicaraan lalu melihat ke arah kami.
"Eh, Pak... makan, Pak," sapa mereka ramah.
Aku mengangguk. "Silahkan diteruskan. Saya mau lihat-lihat ke dalam."
Mereka mengangguk ramah, sementara aku dan Pak Rudi beranjak melangkah ke dalam.
Di tengah bangunan aku melihat ke sekeliling. Memastikan kondisi bangunan sesuai dengan ekspektasi.
"Berapa lama lagi nih selesai?"
"Semingguan, Pak."
Aku mengangguk menerima jawaban Pak Rudi.
"Nitip yah, Pak. Spesifikasi harus sesuai seperti perjanjian. Jangan ada yang dikurangi. Ngaruh ke kualitas soalnya," ujarku serius.
"Iya, Pak Aksa. Pasti, Pak."
Aku mengangguk lagi. Bibir kulipat, seharusnya aku tak menanyakan hal ini pada Pak Rudi. Tapi, obrolan para pekerja kontruksi tadi membuatku penasaran.
Siapa Neng Ais? Apa Ais yang sama dengan salah satu karyawan kantor?
"Umm... Pak Rudi, apa Bapak tahu apa yang tadi dibicarakan para pekerja di luar?"
Kening lelaki yang lebih tua beberapa tahun dariku itu berkerut.
"Maksudnya gimana, Pak?"
"Di luar... mereka bicara soal... Neng Ais. Siapa dia?"
Pengertian seketika terlihat dari raut lelaki di hadapanku.
"Oh, Si Aisyah... itu loh, Pak. Office girl di kantor."
"Si Ais?" tanyaku tak percaya.
"Iya, Pak."
"Lah, bukannya dia itu masih muda banget. Berapa sih umurnya sekarang, paling-paling 20 tahunan..."
"18, Pak," potong Pak Rudi.
"Apa? 18?"
"Iya, Pak."
"Terus tadi saya dengar dia mau nikah jadi istri keempat, bener itu?"
Pak Rudi mengangguk.
"Betul Pak Adhyaksa. Calonnya seorang rentenir berusia 50 tahunan."
"Gila!"
Pak Rudi mengangkat kedua tangan dan bahunya.
"Yahhh... itulah yang saya tahu."
"Terus, kamu tahu apa lagi soal ini? Si Ais itu kamu kenal baik kan, kalau tidak salah, kamu yang bawa dia kerja sama kita."
Pak Rudi mengangguk.
"Iya. Ibunya tuh asisten rumah tangga di rumah. Gak nginep, pp gitu, Pak. Bi Ikam, itu nama ibunya. Waktu itu, dia yang minta tolong supaya Ais dicarikan pekerjaan. Sebenernya dia lulusan SMK, tapi posisi di kantor sudah penuh. Yang kosong, office girl. Dia mau... ya sudah begitu ceritanya."
Aku mengangguk menyimak keterangan Pak Rudi.
Setelahnya, aku pamit menuju kantor.
Kantor yang dimaksud adalah sebuah ruko di area depan sebuah komplek perumahan yang sedang dalam tahap pemasaran dan pembangunan.
Saat ini, ruko tiga lantai itu difungsikan sebagai kantor perwakilan dan kantor pemasaran. Ke depannya akan berfungsi sebagai estate management office. Kantor pengelola komplek.
Namaku Adhyaksa Yustisia, CEO sebuah perusahaan pengembang properti. PT. Griya Hijau Indah, itulah perusahaan yang kupimpin.
Sebagai CEO aku seharusnya tidak berkantor di kantor perwakilan lokasi proyek. Namun, aku selalu merasa perlu untuk ikut memastikan setiap proyek berjalan sebagai mana mestinya.
Ketimbang duduk manis di kursi CEO di kantor pusat di Jakarta, aku lebih memilih meluangkan waktu di lokasi proyek di Cianjur.
Mungkin itu juga kenapa banyak yang bilang aku adalah seorang workaholic dan perfectionist.
Manfaatnya, selain mampu menghasilkan kualitas maksimal dari proyek yang dikerjakan ---karena diawasi secara berkala langsung oleh CEO--- aku juga cukup mengenal tiap-tiap personil di kantor perwakilan.
Tidak bisa dibilang dekat. Cukup tahu saja. Walau bagaimana hubunganku dengan mereka sebatas profesionalitas.
Termasuk dengan Aisyah. Office girl kantor perwakilan proyek Cianjur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahligai Adhyaksa #1 Unplanned Love Series
RomanceWarning: This is teaser version. Thank you.... Namaku Adhyaksa Yustisia, CEO sebuah perusahaan pengembang properti. PT. Griya Hijau Indah, itulah perusahaan yang kupimpin. Sebagai CEO aku seharusnya tidak berkantor di kantor perwakilan di lokasi pro...