"Apa! Istri? Ka-kalian sudah menikah?!" pekik Dafina tak percaya, sesaat setelah aku menjelaskan status Ais.
Kami berdiri di balkon dengan pintu tertutup memastikan anak-anak tidak mendengar.
"Iya. Dan aku minta kamu menghormati Ais sebagai istriku. Aku juga mohon kamu membantu memberi pengertian pada anak-anak. Mereka harus tahu, sekarang juga," pintaku setenang mungkin.
Ais berdiri di sampingku, membiarkan aku dan Fina saling bicara.
Bibir mantan istriku bergetar. Kolam air sudah terbentuk di matanya.
"Ka-kamu tegaaa!" pekiknya dengan suara bergetar.
"Kamu... kamu... merusak keutuhan keluarga kita, kamu ngerti?" pekiknya lagi sambil menggeleng.
Sebelum aku bicara, Ais sudah mendahului.
"Duhh... maaf ya Ibu Mantan... Ibu dan Papah posisinya sudah bercerai. Jadiii... ya memang sebelum Ais dinikahi, posisi keluarga ini memang sudah tidak utuh..."
"Ibu mantan... ibu mantan... gak sopan ya kamu! Tiga minggu lalu Papi nya anak-anak pergi ke kantor perwakilan Cianjur, kok bisa sekarang sudah menikah aja sama kamu, hah? Kamuuu... menjebak Papi nya anak-anak ya? Atau... pake magic?" tuduhnya.
Ais seketika memalingkan wajahnya untuk menatapku.
"Papah... bisa nggak kita pake jasa Pak Desta untuk menuntut Bu Mantan atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan sama Mamah?" tanyanya dengan wajah serius.
"Mamah? Papah?" Dafina seketika mengeluarkan suara seolah dia hendak muntah.
"Iya. Kenapa emang?" tanya Ais yang kini berkacak pinggang lagi menghadap Dafina.
"Norak, tau gak sih... geli dengernya juga... ihh..." ujar Fina sambil bergidik.
"Umm... norak mana, udah mantan masih manggil suami saya dengan sebutan Papi? Ini ada istilah bahasa Inggrisnya... Ais tau... Ibu Mantan ituuu.... gagal mup on."
"Mup... mup... apaan tuh... move on," koreksi Fina dengan sinis.
Ais menjentikkan jari tengah dan jempolnya hingga mengeluarkan bunyi ke hadapan wajah Fina.
"Tah bener, eta. Geuning tau! Udah... udah... gak usah lebay pake nangis-nangis, teriak-teriak siga sinetron. Malu sama anak-anak. Sok Ibu Mantan tarik nafas... buang nafas... tenanggg.... kita harus bicarakan ini baik-baik pada anak-anak..."
Aku spontan menaruh tangan di masing-masing bahu Ais. Bangga pada cara perempuan mungil yang berdiri menbelakangiku ini. Cara dia bersikap menghadapi situasi rumit hidupku di luar dugaan.
Aisyah...
Ternyata perempuan tangguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahligai Adhyaksa #1 Unplanned Love Series
RomanceWarning: This is teaser version. Thank you.... Namaku Adhyaksa Yustisia, CEO sebuah perusahaan pengembang properti. PT. Griya Hijau Indah, itulah perusahaan yang kupimpin. Sebagai CEO aku seharusnya tidak berkantor di kantor perwakilan di lokasi pro...