Malam Pertama

15K 1.5K 52
                                    

This is especially for...

TjhinCarla
Cristy_Anugrah
IimFarras

This is also for
KusriniEni
Rafika Nurrul

Thank you for your participation on my quiz 😘😘😘😍😍😍🙏🙏🙏

With Love,
KI

=====================

Empat hari kemudian...

Aku menandatangani surat dan buku nikah dipandu penghulu dari KUA setelah prosesi akad nikah selesai. Demikian pula halnya Ais.

Beberapa hari lalu, aku dan Ais sudah menandatangani surat perjanjian pranikah.

Tentu saja, setelah menemukan kata sepakat.

Baru kemudian tiap klausul dibubuhkan dalam surat perjanjian pranikah antara aku dan Ais, dibantu Desta dan Rully, dua orang legal kantor perwakilan, yang kumintai tolong sebagai pribadi dan kapasitas mereka sebagai orang hukum untuk melegalitas surat tersebut agar berkekuatan hukum mengikat.

Kemudian, aku dan Ais, ditemani Desta dan Rully bertandang ke kediaman orangtuanya. Setelah beramah tamah di rumah sederhana itu, kami setuju untuk segera mengurus syarat-syarat administrasi pernikahan ke KUA.

Kemarin, Desta mengabarkan bahwa pernikahan bisa dilangsungkan hari ini di KUA.

"Pak Aksa mendapat jadwal menikah besok pukul 2 sore." Begitu katanya kemarin.

Sekarang kami menikah.

Aku didampingi Desta dan Rully. Sedangkan Ais diantar kedua orangtuanya, adik-adiknya, dan Ustadz Endih yang katanya guru ngaji Ais.

"Selamat atas pernikahannya. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah," kata penghulu yang tadi menikahkan kami.

"Amiiin... terima kasih," ucapku sambil mengangguk.

Setelahnya, Ustadz Endih memohon waktu pada penghulu untuk memberi nasihat pernikahan dan memimpin doa untuk kebaikan dan kedamaian pernikahan kami.

"Amiin..."

"Amiin..."

Kami menutup doa bersahut-sahutan.

"Sini, Pak... buku nikahnya biar Ais pegang," pinta Ais.

Aku mengangguk dan menyerahkan buku nikah yang tadi kupegang. Ais menerimanya lalu memasukannya beserta buku nikah miliknya ke tas hitam yang talinya melingkar di bahunya.

"Abah, Emak... selanjutnya kita syukuran dulu yah... makan bareng di restoran dekat sini," ajakku pada kedua orangtuanya.

Meski usia mereka lebih muda, aku tetap menghormati keduanya sebagai orangtua Ais. Mertuaku saat ini.

=====================
Dear Readers,

Versi lengkap komunikasi orangtua Ais dan Pak Aksa nanti bisa dibaca di edisi novel cetaknya yahhh...

Sekali lagi, ini teaser 🙏🙏🙏

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya 😘😘😘😊😊😊

====================

Setelah selesai bersantap di restoran yang sebelumnya telah ku booking, aku dan Ais berpamitan pada yang lainnya untuk istirahat ke hotel tempatku menginap selama di Cianjur.

"Nanti Abah, Emak dan lainnya akan diantar Desta dan Rully pulang," ucapku ramah.

Abah mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, Kang Aksa... terima kasih."

Selanjutnya, Ais memeluk satu persatu orangtuanya.

Ais kemudian mendorong kursi roda yang diduduki Abah ke mobil. Aku segera membantu ayah Ais menaiki hingga duduk di mobil, sementara Ais melipat kursi roda.

"Sini," kataku, meminta kursi roda yang sudah dilipat dari Ais untuk kuangkat dan kumasukkan ke bagasi mobil.

"Desta, Rully... nitip mertua dan ipar-ipar saya. Antarkan ke rumahnya, dan pastikan mereka tiba dengan selamat," perintahku.

"Siap Pak Aksa. Jangan khawatir," ucap Desta, santun, diamini Rully.

Aku mempercayai keduanya. Dulu aku yang mewawancarai mereka saat melamar ke GHI. Sudah sekitar 4 tahunan mereka kerja, dan selama itu pula Desta dan Rully tidak pernah mengecewakanku.

"Oke, makasih ya," kataku pada keduanya sambil menepuk ringan bahu Desta, kemudian Rully.

"Izin jalan sekarang, bos," ujar Rully sambil tersenyum.

Aku mengangguk. "Sip. Hati-hati ya..."

Aku dan Ais kemudian berdiri bersisian menatap mobil yang dikemudikan Desta perlahan meninggalkan area parkir restoran.

Kami terus berdiri sampai mobil itu tak terlihat lagi.

Lalu...

Ais menengadahkan kepalanya menatapku.

"Pak Aksa..."

"Iya Ais..." jawabku sambil balas menatapnya.

"Sekarang kita gimana, nih?"

Aku tersenyum. "Sekarang kita ke hotel. Istirahat."

Keningnya berkerut. "Istirahat?"

"Iya," kataku sambil menahan senyum.

"Umm... katanya kita nikah betulan?"

Aku mengangguk. "Tentu saja, Ais..."

"Umm... kok kita ke hotel buat istirahat?"

Haha.

"Memangnya kamu maunya kita ngapain?"

"Umm bukannya harusnya itu..."

"Apa?"

"Ituuu..."

"Apa Ais?"

"Umm..."

"Ais..."

"Pak Aksa..."

"Kamu maunya kita ngapain?"

Ais menggigit bibirnya dengan cemas.

"Umm..."

Aku sudah tak tahan untuk tertawa.

"Ais... Ais..." kataku disela tawa yang pecah sambil memeluknya.

"Iih... Pak Aksa mah bikin Ais serba salah," ujarnya dengan nada manja.

Aku yang masih tertawa merangkulnya dan membimbingnya berjalan menuju mobil untuk kulajukan menuju hotel.

Tentu saja kami ke sana bukan sekedar untuk beristirahat.

Ini akan menjadi...

Malam pertama kami.

Mahligai Adhyaksa #1 Unplanned Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang