9(2) - Malapetaka From Hell

3.9K 150 0
                                    

Scared about something that make you feel good for awhile will damage by a bad thing because basically, happy is one part of sadness.
—Kylie Lee.

#########

Kylie membuka pintu apartemennya kemudian mempersilahkan masuk Bio terlebih dahulu. Benar, tak ada penerangan sama sekali di dalam sana jadi laki-laki itu bisa memaklumi ketakutannya.

Bio berjalan ke dalam diikuti Kylie meraba-raba dinding sambil berpegangan di ujung kaus belakang Bio. Dengan mudahnya ia menemukan saklar lampu di dekat lemari bukunya, padahal Kylie sendiri sedikit tak hafal dengan letaknya.

"Gue balik." Pamitnya setelah tugas terakhirnya selesai bergegas segera meninggalkan Kylie. Seakan tahu sesuatu akan terjadi.

Krucuk.

Langkah Bio terhenti mendengar sesuatu di balik punggungnya. Kylie merutuki perutnya sendiri yang tak bisa di ajak kompromi sama sekali. Bisa tengsin gue! Batinnya.

"Hehehe... perut gue minta diisi bensin,"

Bio menghela nafas panjang sabar. Benar kan? Ia masuk kembali menuju ruang tamu, duduk melemparkan diri di sofa sambil mendekatkan ponsel miliknya di telinga. Dirinya hendak akan memesan makanan. Bukan salah Kylie juga, toh mereka berdua memang sudah melewatkan makan malam satu setengah jam yang lalu.

Cewek itu kini sudah selesai membersihkan diri terlihat dari lilitan handuk di rambut miliknya sehabis keramas. "Mandi, gih." Suruh Kylie pelan. Ia merapih-rapikan sandalnya juga sepatu milik Bio di dekat pintu. Giliran Bio yang mandi, Kylie memutuskan untuk menonton acara TV sejenak menghilangkan kesal.

Setelah Bio selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, dirinya mendapati Kylie tertidur pulas di sofa dengan kondisi TV menyala. Bukannya orang yang menonton TV, tapi TV-nya yang menonton orang tidur.

Teng-tong.

Bertepatan ketika ia hendak menghampiri Kylie, terdengar suara ketukan beberapa kali dari pintu. Ia mengacak rambut basahnya sekilas karena habis keramas. Baru setelah itu menghampiri pintu untuk mengambil makanannya—yang mungkin saja yang datang adalah pengantar makanan mereka.

"Mau cari siapa?" Bukan pengantar makanan, tetapi seorang laki-laki dengan jaket kulit wajah sedikit bewokan.

"Bener kamarnya Kylie kan?" Tanya cowok itu.

"Lo siapa?" Bio memandangnya sinis dari atas bawah pada orang asing yang mungkin di kenal Kylie dan mungkin saja tidak.

"Gue Billy. Selebihnya, lo tanya sendiri sama Kylie. Dia ada di dalem kan? Oke, gue masuk." Cowok itu bergerak dengan cepat ingin masuk ke dalam namun di cegah oleh Bio.

Tangannya terangkat di tepian tembok pintu menghalangi Billy masuk dengan tatapan tidak suka. Kesan pertama yang sangat buruk menurutnya. "Punya sopan lo kalo masuk apartemen orang. Bisa aja lo cuman ngaku-ngaku kenal dia."

Billy tersenyum sinis dengan menatap tepat di manik mata Bio. "Lo sendiri siapa? Lo bisa seenaknya masuk ke apartemen orang, lo pikir lo siapa?"

"Bi, makanan udah dateng belom?" Teriak Kylie dengan suara serak dari dalam sana. Ia baru saja bangun dari tidurnya.

Tak mau kehilangan kesempatan, tamu tak di undang tersebut pun menerobos masuk ke dalam menemui Kylie.

"Kay, lo kenal orang gak tahu diri ini siapa?"

"Billy?" Kylie berdiri dari sofa mematung, tak menghiraukan pertanyaan Bio.

"Hello, sweetie... How are you?"

Cewek itu menjadi kikuk menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. Billy ngapain kesini lagi?

"Kay? Dia siapa?" Bio sudah berdiri di samping Kylie sedikit melindungi tubuh kecilnya di balik punggung Bio.

Kylie berjinjit membisikkan sesuatu di telinga kiri Bio sangat dekat. "Dia... mantan aku."

Billy tersenyum penuh kemenangan setelah mendengar bisikan Kylie pada Bio sambil memasukkan kedua tangan di saku celana jeansnya. Karena merasa telah membuat pesaingnya mati kutu di depan Kylie.

"Mantan lo ngapain kesini? Nggak ada pentingnya juga." Ucapnya terang-terangan kepada Billy.

"Gue kesini nggak nyari ribut sama lo. Gue cuman temu kangen aja sama mantan gue. Ya kan, Kylie?" Entah kenapa di mata Kylie senyuman itu menjadi lebih menyeramkan dari pada senyum 3 tahun yang lalu. Firasatnya berkata buruk dengan kemunculan sosok Billy di apartemennya sekarang. Hidupnya merasa sedikit tidak tenang.

Bio mendekati Billy kemudian menarik kasar jaket kulitnya menggiring keluar. Mengusirnya dengan tidak hormat seperti kelakuannya yang tidak menghormati tata krama untuk tamu. Bio merasa cowok itu akan memberi Kylie rasa takut yang entah ada apa sebelum dirinya hadir di hidup perempuan pendek tersebut.

"Lo pergi, atau gue panggil satpam sekarang juga?!"

Ia tertawa keras seperti mengejek. "Kylie... cowok lo hebat juga ya! Dia ngusir gue yang dia nggak tahu siapa gue!" Tawanya lenyap seketika dengan cepat tergantikan dengan pandangan menusuk dan marah ke Bio. Tangannya tak tinggal diam untuk tidak mencengkeram ujung kaus Bio. "Nggak usah sok jadi pahlawan lo! Inget ya, cepet atau lambat... gue akan hadir di antara hidup kalian." Billy melepaskan cengkeraman pada bajunya kasar. Memandangnya benci untuk sepersekian detik, lalu pergi begitu saja setelah itu.

"Kylie. Bisa jelasin apa ya... Kay?" Perkataannya terputus saat Bio masuk kembali ke dalam, ia sudah mendapati Kylie memeluk kedua kaki sambil tengah menangis tersedu. "Kay? Kenapa?"

Kylie langsung memeluk erat Bio setelah ia duduk tepat disampingnya. "Gue takut, Bio. Dia... ancaman gue." Katanya sambil menggigiti kuku ketakutan.

"Maksudnya?" Bio memeluk balik Kylie mengelus puncak kepalanya lembut. Bau shampoo Kylie tercium tajam di hidungnya menimbulkan efek menyenangkan disana. "Bisa lo jelasin semuanya dari awal? Setelah makan."

Kylie mengangguk beberapa kali. Tak berapa lama makanan mereka datang. Keduanya menyantap makanan dalam diam dan hening. Sesekali Kylie masih sesenggukan.

×××

TBC.

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang