23-Final

3K 116 0
                                    

Keesokan harinya, Bio dan Kylie sudah hampir sampai di rumah kediaman Kylie. Sebelumnya cewek itu sama sekali tidak mengetahui kalau Bio sudah pernah ke rumahnya waktu itu.

"Udah, Bi. Itu rumahnya." Tunjuk Kylie. Ia memandang Bio sejenak menghembuskan nafas berat. "Siap?" Cowok itu mengangguk mantap.

Mereka berdua lalu turun dari mobil. Kylie memencet beberapa kali untuk di bukakan pintu. Pada waktu Mbok membuka pagar dan melihat Bio, beliau sedikit terkejut tapi buru-buru Bio memberikan isyarat untuk diam dengan telunjuk di tempelkan di bibir. Sekilas beliau mengangguk. Setelah sampai di dalam rumah tersebut, Bio melihat sekelilingnya yang di penuhi guci-guci besar dan mewah. Baru kali ini lelaki itu masuk ke dalam rumah kedua Papanya. Di dinding terdapat sebuah pigura foto keluarga yang cukup besar. Dalam hati cowok itu meringis miris. Papanya dengan pose senyum bahagia disana. Berbeda dengan wajah ketika berfoto dengannya dan Mama Bio.

"Halo," sapa seorang perempuan yang baru saja muncul dari dalam. Perempuan yang masih tidak terlalu jauh bedanya dengan yang ada di foto meski sudah beberapa tahun berlalu. Masih awet muda. Beliau menyalami Bio ramah. Disampingnya ada seorang laki-laki yang pasti itu Ray dan Kylie di sampingnya. Wajahnya sedikit pucat. "Ini siapa, Kylie?" Tanya Mamanya.

"Itu Bio, Ma. Temen sekolah Kylie. Papa ada, Ma?" Tanyanya langsung.

"Di ruang kerja."

Kylie segera menuju ruang kerja Papanya meninggalkan Bio dengan Mamanya. Mengetuk pintu itu pelan lalu masuk setelah beliau memperbolehkannya masuk. Anak perempuan itu segera duduk di kursi hadapan Papanya. "Pa, aku mau ngomong." Mulai Kylie langsung berwajah sangat serius.

Beliau melirik anak perempuannya dari sela-sela kaca mata yang senantiasa bertengger di pangkal hidungnya. Ia melepasnya dan memperhatikan Kylie sepenuhnya. "Ada apa, Nak?"

Kylie menarik nafas panjang. "Ada sesuatu yang Papa sembunyiin dari aku sama Ray gak?" Tembaknya langsung.

Beliau mengerutkan kening terheran dan bingung. "Maksud kamu?"

Sekali lagi ia menarik nafas panjang membuat dirinya lebih tenang. "Aku anak ke berapa, Pa? Dan dari Mama nomor berapa?"

Rudiyanto terkejut bukan main. Bagaimana bisa Kylie mengetahui hal sensitif seperti itu? Ekspresinya di lunakkan kembali seperti semula dengan cepatnya. "Kamu ngomong apa sih, Kylie? Kamu anak pertama lah dan anak dari Mamamu. Memang kamu punya Mama lagi?" Jawabnya masih santai. Tapi masih jelas terlihat ia menutupi ketakutannya dengan sikap santainya.

"Bio Niagarawan Lee. Metta. Jakarta." Sebutnya lantang dan tegas. Wajah Rudiyanto seketika berubah drastis sedikit panik. "Aku anak kedua kan, Pa? Mama istri kedua Papa kan? Papa gak pernah ijin sama Mama Bio kan? Papa jarang pulang ke Jakarta dan milih pulang ke sini kan?" Pertanyaan bertubi-tubi di limpahkan Kylie kepada Papanya karena marah, kesal. Seandainya Papanya hanya menikah dengan Mama Bio, dan Mamanya menikah dengan orang lain, setidaknya Kylie nanti tidak akan jatuh cinta dengan saudaranya sendiri. Setidaknya Kylie nanti akan bahagia dengan Bio yang nanti juga. Air mata Kylie menetes karena merasa hidupnya sangat menyedihkan.

"Bagaimana kamu tahu semua itu, Kylie? Siapa yang beritahu kamu?"

Kylie tersenyum sinis. Tangannya menghapus air matanya. "Seandainya Mama nggak nikah sama Papa, seandainya Papa tetep sama Mamanya Bio, aku sama Bio udah bahagia dari dulu. Dan di saat aku udah mulai bahagia, kenyataannya aku ternyata cinta sama saudara tiri aku sendiri!"

Rudiyanto sungguh terkejut bukan main dengan pengakuan anak perempuannya tersebut. Tangannya memijat pelipisnya sekilas, bingung harus bagaimana dan melakukan apa. Ia terdiam seribu bahasa. Masalah keluarganya menjadi jauh lebih rumit sekarang di luar dari dugaan Rudiyanto sendiri. Beliau sebenarnya akan memberitahu kedua anak kesayangannya, tapi nanti. Bukan sekarang. Ini terlalu cepat. Kylie bangkit berdiri dari kursi.

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang