22-Penggantimu?

2.8K 95 0
                                    

Mama on calling...

Kylie menempelkan ponselnya di telinga masih menyambungkan teleponnya ke Mamanya. "Halo, Ma." Sapanya setelah tersambung. "Besok aku pulang ya, Ma. Ada yang mau aku omongin."

"Mau ngomong apa?" Tanya beliau seperti biasanya bernada datar.

Ia menghela nafas pelan. "Besok aja, Ma. Papa besok ada di rumah nggak?"

"Ada, besok Mama suruh Papamu pulang cepet. Kabarin kamu otw jam  berapa."

"Iya. Ya udah ya, Ma. Salam buat Mbok sama Ray. Papa juga." Kemudian dirinya memutuskan sambungan terlebih dahulu. Tubuhnya di hempaskan ke ranjang dengan lesu. Matanya menerawang membayangkan hari esok seperti apa. Sekali lagi dirinya meraih ponselnya di samping kepala dan mengetikkan sesuatu disana.

To: Bio
Besok ikut gue.

Hanya kata-kata itu yang di kirimkan kepada Bio. Ponselnya ia lempar ke sembarang tempat di atas kepalanya. Sekilas ia melirik jam dinding di atas pintu kamar. Pukul delapan kurang. Kylie ada janji dengan Dave untuk pergi ke rumah sakit ingin menjenguk Sarah. Beberapa hari ke belakang ini—sejak siang dimana Sarah bersikap sinis padanya—Kylie dan Dave belum mengunjungi sahabatnya lagi. Cowok itu... Kay, gue suka sama lo... Gue bakal nunggu lo sampe lo bisa ngelupain Bio dan hati lo terbuka buat gue... Kasih gue jalan buat usaha, Kay. Gue serius. Telinganya berdengung ketika teringat ucapan Dave. Ia harus bagaimana?

Ting tong...

Itu pasti Dave. Kylie berjalan menuju pintu untuk mempersilahkan tamunya masuk. Biasanya ia akan melihat ke lubang pintu untuk melihat siapa di depan pintu meskipun Kylie tahu siapa yang akan datang. Setidaknya ia hanya memastikan saja. Tetapi untuk hari ini dirinya lupa untuk mengintip ke lubang pintu.

"Billy..."

"Halo, Sayang... Look. Where will you go?" Cowok itu melangkah untuk masuk ke dalam, tapi Kylie tak bergerak sama sekali. Menghalanginya untuk masuk ke dalam.

Sebisa mungkin cewek itu menyembunyikan ekspresi ketakutan dan keterkejutannya melihat Billy ke tempat Kylie dengan wajah datar. "Gue gak pernah nyuruh orang asing masuk ke apart gue. Lo pergi." Usirnya mendorong Billy ke belakang dengan keras membuatnya hampir terjatuh. Dengan segera ia menutup pintunya, namun di tahan oleh Billy cepat. Akhirnya mereka berdua sama-sama saling mendorong. Dan benar, Kylie kalah saing dengan tenaga Billy.

Ia bangkit berdiri dari lantai dan berjalan mundur. Cowok itu melangkah maju mendekati Kylie hingga kakinya menabrak pinggiran sofa, tanda tak ada jalan lagi untuknya menjauh.

"Kenapa? Takut ya?" Tangan Billy memelintir ujung rambut Kylie pelan kemudian beralih menyentuh pipi kanannya namun di tepis kasar dengan cepat oleh Kylie. Kakinya diangkat untuk menghantam kemaluan Billy setelah di rasa cowok itu sudah lemah Kylie berlari keluar. Namun lagi-lagi gagal, tangan Billy yang bebas menarik salah satu kakinya membuat Kylie terjatuh ke lantai keras. Berkali-kali cewek itu menendang-nendang cengekeraman tangannya menggunakan sebelah kaki, tetapi Billy justru mencengkeram kedua kaki Kylie sehingga ia tak bisa bergerak.

"Tolong! Dave! Tolong!!" Teriaknya menjadi kesempatan terakhirnya untuk bebas dari Billy.

Cowok itu merangkak di atas tubuh Kylie dan menutup mulutnya dengan sebuah sapu tangan diikatkan ke belakang kepalanya. Sementara kedua tangan Kylie di tahan menggunakan kedua kaki Billy yang kini menjepitnya.

"Sekarang lo gak bakalan bisa kemana-mana, Sayang. Beberapa hari ini gue memang nggak muncul karena nunggu lo lemah." Katanya masih di posisi yang sama. "Gue tau semua tentang lo, tentang cinta menyedihkan lo dan Bio." Jemarinya mengusap pipi Kylie pelan. Billy mendekatkan wajahnya ke sebelah telinga Kylie membisikan sesuatu. "Sekarang nggak akan ada yang bisa nolong lo, Kylie..." Katanya di lanjutkan dengan dirinya yang menciumi leher Kylie dengan kasar. Meninggalkan bekas berwarna merah di sana. Beberapa kali Kylie berusaha berteriak pun, usahanya akan sia-sia karena ikatan di mulutnya yang terlalu kuat. Air matanya mengalir karena takut.

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang