To: Kylie
Gue di depan pintu. KeluarSent!
Bio sudah berdiri di depan pintu apartemen Kylie setelah beberapa hari dirinya tak menampakkan batang hidungnya. Sebenarnya ia jauh dari kata siap untuk memberitahukan soal status Kylie dalam hidupnya. Tapi mau tak mau itu harus di lakukan Bio sebelum cewek itu terlalu terhanyut dalam perasaan fananya sendiri.
Dari luar terdengar beberapa kali suara kaki yang tengah berlari kecil beberapa kali. Sedikit senyumnya tersungging di wajah Bio, setidaknya berupaya untuk meneteralkan deguban jantungnya yang sangat cepat sekarang. Tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan Kylie muncul di baliknya. Tatapan itu... Tatapan antusias yang selalu cewek itu perlihatkan kepada Bio.
"Masuk yuk?" Tawarnya masih belum berhenti tersenyum pada Bio.
"Ikut aku." Ia menggandeng tangan Kylie pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa setelah itu. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju lantai parkir.
"Mau kemana, Bi?" Bio tak bergeming sama sekali saat dirinya membukakan pintu untuk Kylie. Sepanjang perjalanan Bio mati-matian untuk tidak menggenggam tangan cewek itu. Jemarinya dieratkan ke stang setirnya. Karena terlalu hening suasana di dalam mobil, ia menyetel musik di radionya. Kebetulan saat itu radio sedang memutarkan alunan instrumen lembut. Setidaknya sebagai obat terapis Bio agar tidak terlalu tegang.
Dua puluh menit kemudian mobilnya di hentikan di sebuah taman dekat rumahnya yang lumayan ramai oleh anak-anak. Bio terlebih dahulu turun dari mobil di susul Kylie di balik punggungnya. Setelah mereka berdua duduk berhadap-hadapan, tak ada percakapan sama sekali di antara keduanya pada beberapa menit awalnya. Bio bingung harus memulainya dari mana. Terlalu rumit untuk di jelaskannya.
"Lo mau ngomong apa sih?" Tanya Kylie akhirnya kemudian.
"Setengah hari ini ayo kita barengan." Hanya itu yang cowok itu katakan pada Kylie. Sungguh dirinya masih bingung bagaimana cara menyampaikan realita mereka berdua yang malang.
Bio melihat kerutan di kening Kylie lumayan dalam. Mungkin masih belum mengerti dengan sikapnya yang berubah drastis. "Maksudnya?"
"Ya kita spend our time together today. Ok?"
"What's wrong, Bio?"
"Just spend our day." Pertegas Bio agar cewek itu tak banyak menanyai alasannya. Karena percuma saja, ia pun sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Bio memperhatikan manik mata Kylie yang tanpa disadarinya hampir sama dengan warna matanya. Hidung, dan dagu sama dengan miliknya. Bahkan kita semirip itu, Kay. Batin Bio sedih dengan wajah yang sengaja di buat-buat 'tidak terjadi apa-apa' oleh senyum khasnya yang di balas dengan senyuman Kylie yang menenangkan.
Jemari Bio menggenggam jari-jari kecil Kylie dengan lembut. Lalu setelah itu ia membalas tatapan lembut Kylie walaupun di otaknya sekarang hanya memikirkan bagaimana jika Kylie mengetahui yang sebenarnya? Apakah mereka akan tetap terlihat baik-baik saja setelah ini?
"Aku takut besok kamu—kita—nggak bisa gini lagi atau mungkin ini yang terakhir kali kita ketemu." Kenapa lo bener?
Dalam diam terus menatap mata Kylie lekat dan genggaman yang dieratkan.
"Aku hari ini bahagia. Tapi aku takut buat pulang atau mungkin buat tidur nanti malem. Takut tiba-tiba ada hal yang buat aku sedih. Karena bahagia satu paket sama sedih. Udah cukup kamu yang kemarin buat aku sedih. Nggak ada lagi Bio yang nyebelin besok." Kylie tiba-tiba menitikan air mata. Sebenarnya Bio sama sekali bukan ahlinya untuk menangkan cewek mewek, tapi hal pertama yang terpikirkan olehnya—hasil dari bacaan internet yang pernah ia baca—adalah memeluk cewek itu rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine.
عاطفية[COMPLETE] "Kenapa sih harus cewek duluan yang ngejar cowok?" -Kylie Lee, cewek hyperactive yang lagi jatuh cinta. "Gue nggak minta lo ngejar gue." -Bio Niagarawan. Kylie yang sedang jatuh cinta dengan Bio, teman seangkatannya di SMA, dengan begitu...