21-Egoism

2.6K 98 0
                                    

Kylie dan Dave pulang dari kampus bersama karena mereka akan mengunjungi Sarah yang sudah ada di rumah sakit sejak kemarin lusa. Kemaren Kylie tak sempat mengunjunginya lantaran tugas kuliah yang sedang numpuk-numpuknya dan harus di kumpulkan hari ini.

Sebelum mereka datang ke rumah sakit, keduanya pergi ke sebuah super market untuk membeli buah lalu ke toko bunga untuk penghias kamar Sarah nanti. Bunga yang mereka pilih adalah bunga mawar putih yang bermekaran dengan bagus dan bunga krisan berwarna kuning. Kedua jenis bunga yang paling di sukai sahabatnya sejak dahulu SMA. Baru kemudian setelah selesai membeli semua buah tangan untuk Sarah, Kylie dan Dave menuju ke rumah sakit.

"Kira-kira Sarah udah bangun atau masih tidur ya, Dave?" Lima belas menit kemudian keduanya telah sampai ke tempat tujuan. Karena kebetulan memang ia membeli semua barang yang letaknya berada dekat dengan rumah sakit. Penjual buah dan toko bunga.

Dave membawa keranjang buah dengan kedua tangannya. "Udah jam berapa dia masih tidur. Pasti udah bangun lah, Kay."

Ketika sampai di dalam kamar Sarah, Dave masuk terlebih dahulu baru di ikuti langkah Kylie di balik punggung laki-laki itu. Di samping ranjangnya duduk Stefy yang sedang berbincang serius dengannya. Entah sejak kapan Stefy berada di sana.

"Sarah, gimana keadaan lo?" Kylie bertanya sambil berjalan mendekat ke ranjang. Ia meletakkan bunga-bunga tersebut ke dalam vas bunga yang sudah di sediakan di atas nakas kamar.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Sarah tiba-tiba sinis.

"Ya jenguk lo lah. Masa main kartu. Keadaan lo gimana? Udah baikan?" Tanya Kylie sekali lagi, berusaha tidak terlalu menghiraukan sikapnya. Perempuan tersebut duduk di kursi kosong, letaknya berseberangan dengan Stefy.

Dave meletakkan keranjang buah tersebut di atas nakas, tepat di samping vas bunga. Ia kemudian duduk di atas ranjang di samping kaki Sarah yang tidak di gips.

"Gue nggak butuh lo jenguk."

"Sar," Stefy angkat bicara, berusaha mengontrolnya yang mungkin sedikit emosi.

Kylie mengerutkan kening bingung. Ada apa dengan sahabatnya yang satu itu? Apakah ia melakukan kesalahan sebelumnya? Sejenak ia memikirkan kilas balik waktu dengan Stefy juga Sarah sebelum kecelakaan terjadi. Dan hasilnya, ia tak mengingat pernah melakukan kesalahan apapun pada Sarah.

"Lo kenapa sih?"

"Gue nggak mau ketemu lo. Pergi lo!" Ia menaikkan intonasi suaranya hingga tiga oktav sekaligus. Dengan suara melengking saat ia berteriak.

Kylie terkejut dengan sikap keras kepala Sarah padanya. Tetapi dengan sabar Kylie tetap pada posisinya. "Gue ada salah apa sama lo? Gue minta maaf kalo gue ada salah."

"Sarah, lo kenapa sih sama Kylie?" Dave angkat bicara menatapnya dengan kerutan alis dalam.

"Apa? Lo mau belain Kylie? Bela aja terus!"

"Sarah apaan sih lo?" Stefy sedikit terpancing emosi.

"Usir Kylie sekarang, Stef. Gue muak lihat mukanya!"

Stefy menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. "Lo nggak boleh gitu sama sahabat lo sendiri, Sar."

Sarah membuang muka ke samping. Sementara mereka bertiga hanya saling pandang. Kylie berniat untuk menyentuh punggung tangannya namun dicegah oleh Stefy yang berdesis lirih sambil menggeleng kecil padanya. Jadi ia menarik tangannya lagi dan melipat didepan dada. Suasana menjadi hening canggung. Semua orang mengatupkan mulutnya rapat-rapat termasuk orang yang di rawat disana.

"Udah?" Dave membuka suara lantaran jengah karena tak kunjung saling bicara. Ketiga manusia itu kini memandang dirinya dengan pandangan bertanya. "Yang ada masalah gue lihat disini sebenernya cuma Sarah aja. Coba deh, Sar. Lo ngomong apa salahnya Kylie apa susahnya sih?"

Masih diam.

Laki-laki tersebut mengambil langkah lebar menjauhi ranjang hendak keluar kamar. "Selesaiin. Gue masuk udah harus selesai." Katanya menghentikan langkah kakinya sebentar. Lalu melanjutkan langkahnya.

"Gue cemburu lo sukanya sama Kylie." Ucap Sarah cepat sebelum Dave sempat membuka pintu kamar. Ia berbalik menatap Sarah sedikit bingung apa maksud perkataannya barusan. "Gue suka sama lo, Dave. Gue udah perhatian ke lo, udah ngerti lo, tapi yang lo lihat cuma Kylie. Kenapa sih lo nggak lihat ke gue?"

Stefy yang berdiri tepat disamping kasur Sarah, meneguk salivanya sendiri dengan susah payah. Bukan ini yang mereka berdua rencanakan sebelum Dave dan Kylie datang. Ia hanya meminta Sarah supaya membicarakannya bertiga, tanpa subjek yang dimaksudkan. Gunanya agar masalah tidak menjadi runyam. Sementara objek yang mereka maksudkan masih terdiam termenung. Berpikir keras harus berkata apa.

Dave berjalan mendekati Kylie yang berdiri kaku disana, memainkan reslesting jaketnya sendiri. Meraih tangannya kemudian menggenggam erat. "Lo egois kalo lo sampe nyalahin dia. Gue yang suka dan sayang Kylie. Disini, gue sama dia nggak salah. Karena gue memperjuangkan apa yang gue inginkan. Lo yang salah, karena lo dengan seenaknya musuhin sahabat lo sendiri demi cowok yang lo suka. Lo egois."

Bak seperti beribu jarum yang menghujam ke jantung langsung, perkataan Dave membuatnya tak berkutik di tempat. Hatinya sangat sakit karena kata-kata pedasnya. Sarah beralih menatap Kylie yang menunduk dengan wajah—terutama area mata dan hidung—yang memerah. Ia menahan tangis. Rasa bersalah mendominasi perasaannya kali ini. Kedua matanya seperti tertutup oleh kabut kebencian hanya karena sosok yang disukainya lebih menyukai orang lain.

"Stef, gue sama Kylie balik." Pamit Dave merendahkan suaranya kembali. Keduanya pun pergi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sarah.

"Gue kan udah bilang, kalo emosi harus di kontrol kan!" Giliran Stefy memarahinya sedikit bentakan sepeninggal Kylie dan Dave. "Lo janji apa sama gue? Ngomong tanpa ada Dave kan? Kenapa lo ngomong di depan dia?" Sarah diam melamun tak menjawab. "Dave tuh orang lain, Sar! Jangan sampe orang luar tahu masalah kita. Lo tuh bisa nggak sih... Ah, udahlah terserah lo mau ngapain sekarang!" Sahabat perempuannya keluar kamar dengan cepat. Kemudian membanting pintu saat menutupnya.

Tersisa Sarah yang masih termenung di atas ranjang. Betapa bodohnya ia malah mengikuti emosinya dan membuat semuanya semakin runyam. Sarah memejamkan mata sembari menghembuskan nafas kasar. Berharap setelah ia membuka mata, kedua sahabatnya akan ada disana menemani.

×××

Tbc. Sorry boring :(

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang