Part two

4.8K 378 27
                                    

Perlahan-lahan Chaeyeon mulai sadar. Ia merasakan perih di sekitar pergelangan lengannya, kemudian matanya sepenuhnya terbuka, melihat ke pergelangan tangannya yang ternyata telah diikat menggunakan tali. Mencoba berteriak tapi tak bisa, karena mulutnya juga telah dibungkam menggunakan lakban.

Ia mulai menyadari, ternyata ia berada didalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Si pengemudi mobil yang berada di depannya tengah memukul-mukul setir yang dia pegang.

"Sial!" rutuknya.

Tak ada siapapun dalam mobil, hanya ada ia dan si penculik. Ia meringkuk tak berdaya dijok belakang, kepalanya masih terasa berat akibat efek obat bius.

"Yak...!!"

Chaeyeon kaget mendengar penculik itu berteriak.

"Bagaimana polisi-polisi sialan itu bisa tau!?" Kata si penculik pada seseorang di telepon. "Apakah tidak ada penjagaan darimu? Sialan! Aku dan anak buahku hampir saja tertangkap! Untung saja kita berpencar!" Teriak penjahat yang tak lain adalah Daniel.

"Mwo? tak bisa membawanya ketempat kita katamu?" Tanyanya. "Jadi aku harus membawanya kemana?" Ia terdiam mendengarkan lawan bicaranya di telepon.

"Sial! Sial! Kanapa aku harus membawa gadis ini ke rumahku" gerutunya sambil membanting handphone.

Chaeyeon yang menyadari kalau dirinya adalah korban penculikan hanya bisa diam ketakutan. Kenapa aku bisa diculik seperti ini? Bagaimana bisa? Terus Eunha bagaimana? Apakah sama Eunha pun diculik? Semua pertanyaan berkelebat di benaknya.

Mobil masih melaju kencang menembus gelapnya malam kota Seoul.  Chaeyeon tak mendengar Daniel merutuk lagi. Ia kemudian mancari sesuatu yang bisa melukai Daniel, ia meraba-raba sesuatu dijok belakang. Tapi hasilnya nihil, tak ada apapun disana.

Akhirnya, mobil yang dia tumpangi berhenti di sebuah garasi bawah tanah. Daniel turun dari mobil dan membuka pintu belakang kemudian menggendong Chaeyeon diatas bahunya. Chaeyeon meronta-ronta, tapi pegangan tangan Daniel lebih kuat dari Chaeyeon. Gadis itu mengedarkan pandangannya, dia melihat beberapa mobil berjejer digarasi.

"Bagaimana hyung?" Seseorang telah menghampiri mereka.

"Semuanya kacau!" Jawab Daniel ketus. "Kau harus terus siaga, bisa saja polisi menemukan rumah ini"

"Baik hyung."

Daniel kembali melanjutkan langkah kakinya, dia kemudian membawa Chaeyeon masuk ke sebuah kamar.

Bruk.

Tubuh Chaeyeon dibanting keatas kasur. Ia tersentak, kemudian menatap pria berambut coklat itu dengan tatapan benci.

Melihat tatapan Chaeyeon yang mengintimidasinya, Daniel langsungmenyeret Chaeyeon kepojok kamar. Ia mengikat tangan Chaeyeon pada pegangan lemari. Sehingga Chaeyeon tidak bisa kabur.

Daniel melangkahkan kakinya dari hadapan Chaeyeon. Ia duduk di kasur kemudian merebahkan tubuhnya.

Chaeyeon yang tak bisa apa-apa mengedarkan pandangannya ke ruangan yang bernuansa putih itu. Ruangan itu cukup luas, dengan satu ranjang yang besar. Ada sofa juga di sudut ruangan yang lain, dipinggirnya terdapat rak buku. Kamar itu juga mempunyai gaya modern.

Chaeyeon mulai menyadari, motif penculikannya bukanlah soal uang. Ia merasa tak mungkin orang yang berada di atas ranjang itu membutuhkan uang dari ayahnya. Penculik itu memiliki beberapa mobil mewah, anak buah dan ruangan yang ia tempati juga tak begitu buruk. Pasti ada motif lain pikir Chaeyeon.

Stockholm syndrome Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang