Bon Voyage

165 12 0
                                    

Kiira sudah membicarakan rencananya untuk pindah kepada mama Mori. Sudah bisa ditebak, mama Mori merasa keberatan pada awalnya.

"Pasti karena masalah Taka dan Haruka ya??" pikir mama Mori. "Sebelum masalah itu muncul, aku memang sudah berencana untuk pindah ke tempat yang lebih dekat dengan rumah sakit. Beberapa hari lagi aku resmi akan menjadi seorang dokter di sebuah rumah sakit, ma! Impianku mulai terwujud...lalu muncul masalah Taka dengan Haruka, aku sampai sekarang tidak tahu dan tidak memgerti kenapa namaku bisa terseret kedalamnya, dan kemungkinan wartawan akan menyerbu rumah ini demi mencari informasi soal aku, karena yang mereka tahu, aku tinggal disini...jadi aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada mama jika para wartawan itu menyerbu rumah ini" jelas Kiira.

"Kenapa justru kamu memikirkan mama, harusnya kamu pikirkan dirimu sendiri...mama akan baik-baiks saja, dan seharusnya yang memikirkan mama itu Taka, bukan kamu!" balas mama Mori langsung kesal ketika mengingat masalah Taka dan Haruka.

"Sudah lah, ma! Mungkin Taka sendiri sekarang sedang shock, sedih dan marah...ketika ia tahu kalau ia telah dibohongi, pasti sakit rasanya!" jelas Kiira mencoba menenangkan mama Mori.

"Andai kamu yang jadi kekasih Taka, mungkin mama akan merasa bahagia dan tenang sekarang!" celetuk mama Mori.

DEG!
"Heee??! Mama kenapa tiba-tiba bilang gituuu???" Kiira langsung salah tingkah.

Mama Mori menghela nafas lalu menatap lembut Kiira, "baiklah, kamu boleh pindah, tapi kamu harus janji...kamu akan rutin mengunjungi mama disini, oke?!" pinta mama Mori dengan ekspresi memohon.

Kiira sedikit terkejut, ia lalu tersenyum, "aku janji, aku akan rutin mengunjungi mama!" jawab Kiira lembut. Mama Mori langsung menyambutnya dengan pelukan mesra seorang ibu.

"Kapan kamu mulai pindah?" tanya mama Mori, "besok aku akan pindah ma...besok aku mulai memindahkan barang-barangku ke tempat yang baru!" jawab Kiira.

***

Keesokan harinya, Kiira mulai sibuk packing barang-barang miliknya.

"Kiira, maaf ya, sepertinya aku tidak bisa membantumu memindahkan barang-barang ke apartemen kita nanti...aku harus menemani mama ke rumah sakit, mama memintaku untuk mengecek ruanganku nanti dan ruanganmu juga, untuk kita nanti Kiira...ruangan praktek kita!" ucap Sayaka.

"tidak apa-apa Sayaka, aku bisa melakukannya sendiri...ah, tolong berikan salamku untuk mamamu ya?!" balas Kiira.

"Apa perlu aku minta salah satu sopir dirumahku untuk membantu mengangkut barang-barangmu?" tanya Sayaka, "gak perlu!" jawab Kiira. "Ya baiklah kalau begitu!" sahut Sayaka pasrah.

Tak lama terdengar suara Hiro yang datang ke rumah mama Mori.

"Kiira?! Mana Kiira??" Hiro segera menuju kamar Kiira. "Kiira!!!" panggil Hiro di muka pintu kamar.

"Oh hei Hiro!" sapa Kiira dengan wajah bercucuran keringat dan tubuh sedikit membungkuk, mengangkat box berisi barang-barangnya.

"Ya Tuhan Kiira, kamu lakukan ini sendirian??" tanya Hiro yang langsung mengambil alih box yang ada di tangan Kiira.

"Ya memang siapa lagi yang haru lakukan ini? Aku lah! Ini semua barang-barangku, sudah kewajibanku membereskannya sendiri" jawab Kiira sambil mengelap keringatnya dengan punggung telapak tangannya.

Melihat itu, Hiro lalu menyodorkan sapu tangan miliknya kepada Kiira dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk box. Kiira melongo melihat tangan Hiro yang menyodorkan sapu tangan.

"lihat apa kamu?? Cepat ambil lalu lap keringatmu dengan ini!" celetuk Hiro. Tapi Kiira cuma terdiam dan terlihat malu.

Gemas dengan sikap Kiira, akhirnya Hiro yang mengelap keringat yang ada di dahi dan leher Kiira. Kiira sontak terperanjak kaget dengan kedua mata yang terbelalak. Melihat itu, Hiro tersenyum geli kearah Kiira yang tertunduk malu.

STAY! [serendipity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang