Taka tetap mencengkeram pipi Kiira, dan mulai menyadari bahwa Kiira terlihat kesakitan. Pelan-pelan Taka melepas cengkeramannya, lalu kemudian meletakkan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipi Kiira. Kiira diam dan jantungnya berdegub kencang, nafasnya tidar teratur hingga hembusannya dapat Taka rasakan hingga ke pipinya. Taka tersenyum, tapi Kiira hanya dapat menatap Taka dengan ekspresi bingungnya.
"Aku sedang tidak becanda, Kiira!" ucap Taka lembut. Wajah Taka sedikit bergerak sehingga hidungnya menggesek hidung Kiira yang masih menempel dengannya.
"Ka-kamu masih mabuk, Taka!" sahut Kiira gemetaran. "Aku tidak mabuk, aku sepenuhnya sadar!" balas Taka.
"Bagaimana bisa kamu tiba-tiba memintaku untuk jadi kekasihmu? Kita sudah sebulan tidak bertemu, dan baru kali ini kita bertemu kembali...apa secepat ini rasa cinta itu tumbuh di hati kamu??" tanya demi tanya terlontar dari mulut Kiira.
Taka memejamkan kedua matanya, menghela nafas sambil memaju mundurkan wajahnya hingga hampir saja mencium bibir Kiira, lalu kemudian Taka melepaskan telapak tangannya dari pipi Kiira dan mulai menjauhkan wajahnya dari hadapan Kiira.
Taka berjalan menuju sofa lalu menjatuhkan dirinya ke sofa. Ia duduk di sofa dengan santai. Ia menatap lembut Kiira yang masih berdiri dan melirik dalam malu ke arahnya. Taka tersenyum.
"ayo, sini duduk!" pinta Taka sambil menepuk-nepuk sofa, berharap Kiira duduk disampingnya. Kiira pun menurutinya dan akhirnya duduk disamping Taka.
"Aku tahu, kamu sebenarnya menyukaiku kan?" tanya Taka.
DEG!
Belum tenang setelah perlakuan Taka sebelumnya, kini lagi-lagi membuat jantung Kiira berdegub kencang. Kiira langsung menoleh dan menatap wajah Taka dengan ekspresi terkejutnya."Kamu mau tahu, perasaanku sebenarnya ke kamu?" tanya Taka. Kiira hanya diam dan terus menatap Taka.
"Saat kamu masih di rumah mama, perasaanku ke kamu seperti seorang saudara laki-laki yang sayang kepada saudara perempuannya...tapi sekarang rasanya seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang wanita!" jelas Taka.
"Kamu mau tahu apa penyebabnya?" tanya Taka. Lagi-lagi Kiira hanya terdiam, dan Taka mengerti itu. "Itu karena aku membaca buku harianmu!" jawab Taka.
"HEEE??! APAAAA???" sontak Kiira terkejut dan spontan berdiri. Taka menahan tawanya melihat reaksi Kiira yang spontan itu.
"Hahaha tenang Kiira...duduk lah dulu, aku akan jelaskan semuanya" pinta Taka sambil menarik tangan Kiira agar kembali duduk.
"Kamu dapat dari mana buku harianku? Sudah sebulan lamanya aku mencari buku itu, kenapa bisa ada di kamu??" tanya Kiira.
Taka tersenyum, "buku harianmu tertinggal di kamar rumah mamaku!" jawab Taka, "dasar ceroboh!" Taka menggoda Kiira dengan mencubit lembut pipinya.
"Te-tertinggal?!" gumam Kiira. "Setelah kamu pergi, aku ke kamar itu, lalu mataku rasanya seperti ditarik untuk melihat ke kolong tempat tidur...disitu aku melihat buku bersampul coklat, aku buka karena buku itu hanya terikat tali yang dapat dengan mudah aku buka...lalu aku baca, dan ternyata itu buku harianmu! Secepatnya aku simpan buku itu dan aku baca ketika aku di apartemenku!" jelas Taka, "maaf Kiira, aku terpaksa membaca buku itu...sampai tuntas!" lanjut Taka.
"Se-sekarang...dimana buki harianku??" tanya Kiira. "Buku itu aman, ada di apartemenku, di laci lemari kamarku...aku simpan dan jaga baik-baik buku itu, tenang saja Kiira!" jawab Taka.
"Ya ampuuun, dia sudah baca semua isi buku harianku! Mati aku! Semua pengakuanku soal perasaan cintaku ke Taka ada disitu semua...ucapan cinta, pujian, rasa kagum...ya Tuhaaaan!" rengek Kiira dalam hatinya, Kiira terus menepuk-nepuk kepalanya.
"Berhenti lah menepuk kepalamu!" omel Taka sambil memegang tangan Kiira agar berhenti. "Baiklah Taka, aku akui saat itu aku memang menyukaimu" ucap Kiira.
"Dan kamu dapat menahan perasaan itu, tetap menghormati hubunganku dengan Haruka saat itu?!" sahut Taka.
"Memang itu yang harus aku rasakan, itu resikonya...aku sadar kalau aku bukan siapa-siapa, dan aku tidak akan pernah merebut kekasih orang lain!" balas Kiira. Taka menatap Kiira dalam diamnya.
***
Kiira berdiri, melipat kedua tangannya lalu menatap tajam Taka.
"Jadi maka dari itu kamu menggodaku dengan cara seperti tadi, memintaku untuk jadi kekasihmu, karena kamu tahu perasaanku ke kamu yang sebenarnya?? Kamu pikir itu lucu???" omel Kiira.
"Eh?! A-aku gak becanda Kiira, aku serius!" balas Taka. "Lalu apa alasanmu lakukan itu kepadaku?" tanya Kiira.
"Aku mencintaimu!" jawab Taka. "Bagaimana bisa rasa cinta itu muncul setelah baru sebulan kamu pisah dari Haruka?" tanya Kiira, "Taka, pastikan cinta itu sepenuh perasaan cinta, bukan cinta karena butuh tempat pelarian setelah kamu putus dari Haruka...kamu dengan Haruka berhubungan cukup lama, rasanya mustahil kalau hanya dalam satu bulan kamu bisa mencintai wanita lain!" jelas Kiira.
"Aku baca buku harianmu dari awal sampai akhir, dari situ aku bisa mengenal dan mengerti dirimu, tulisan di buku harianmu membuatku seakan aku sudah mengenalmu sangat lama...perasaan itu lalu muncul saat kamu mulai menulis tentang mamaku, dari situ aku tahu bahwa kamu tulus mencintai mamaku...aku bisa mengetahui ketulusan hati kamu dari situ, lalu aku baca mengenai diriku, mengenai perasaanmu kepadaku, semua goresan tinta di atas kertas itu yang penuh dengan perasaan tulus, murni, jujur, apa adanya...perasaanku rasanya seperti diserang perasaan cintamu yang tulus dan apa adanya melalui tulisanmu di buku itu!" jelas Taka, "jujur...aku masih sakit dengan kebohongan Haruka, tapi seketika hilang saat aku kembali mengingat sosok kamu, Kiira!" sambung Taka.
Kiira menatap malu-malu wajah Taka, "tapi Taka, maaf...aku belum bisa menjawabnya, aku masih butuk keyakinan kalau perasaanmu itu benar perasaan cinta...bukan karena kamu sakit hati dan butuh pengalihan atau tempat pelarian...karena aku tidak mau hanya jadi tempay pelarianmu, Taka!" jawab Kiira pelan dan hati-hati.
Taka tersenyum, "setidaknya aku belum ditolak sama kamu kan?!" sahut Taka, "baiklah, aku akan menunggu jawaban darimu dan...aku akan terus meyakinkanmu kalau kamu bukan tempat pelarianku!" sambung Taka.
Kiira hanya diam sambil berpikir untuk berusaha mengubah topik pembicaraan.
"Ah sepertinya aku sudah terlalu lama disini, aku rasa sudah waktunya aku pergi..." celetuk Taka mengejutkan Kiira, "terima kasih untuk perawatan dan pengobatannya ya, Dokter Kiira!" sambung Taka lalu langsung mencium pipi Kiira dengan cepat dan lembut.
"Kyaaa!!!!" Kiira hanya dapat berteriak dalam hatinya. "Sampai ketemu lagi!" ucap Taka, "Heee?!" gumam Kiira.
"Kita pasti akan bertemu lagi, aku yakin itu...lagipula buka harianmu masih ada di aku...kalau kamu ingin mendapatkan kembali buku itu, datang lah ke tempatku!" ucap Taka sambil tersenyum licik.
"APAAA???!!!" teriak Kiira dalam hatinya. Lalu dengan memberikan senyum mautnya, Taka kemudian membuka pintu dan meninggalkan apartemen Kiira.
Sosok Taka sudah menghilang dari hadapannya, tapi Kiira masih saja berdiri seperti patung menghadap pintu.
"Apa yang baru saja terjadi, oh Tuhan?! Apakah ini sebuah jawaban dari doaku selama ini? apakah ini sebuah kebetulan yang indah atau kah memang sebuah takdir??"

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY! [serendipity]
Fanfiction[COMPLETED] Seorang gadis bernama Kiira yang secara tidak sengaja masuk ke dalam ruang lingkup keluarga Moriuchi, Kiira selalu mengalami kejadian-kejadian yang menjadi sebuah kebetulan yang indah, ketidak sengajaan yang penuh dengan petualangan beri...