Memories

126 9 0
                                        

Selesai makan malam dan Kiira sudah pulang, Taka duduk termenung di sofa ruang tengah.

"Apa Kiira sudah menjawabnya?" tanya mama Mori yang tiba-tiba duduk disamping Taka.

"aaa! Mama! Kau mengagetkanku!" rengek Taka.

"Kamu melamun saja sih dari tadi..." omel mama Mori, "bagaimana hubunganmu dengan Kiira? Apa dia menerima cintamu?" lanjut mama Mori.

"Hhhh, belum ma! Kiira belum menjawabnya...tapi Taka akan tetap menunggunya!" jawab Taka pasrah.

"Apa mama sudah setuju kalau Kiira jadi kekasihku?" tanya Taka sambil melirik malu-malu kearah mamanya.

"sebelumnya kan mama bimbang, apakah akan merestui atau tidak...apakah sekarang mama menyetujui dan merestui??" lanjut Taka.

"Kamu diterima Kiira aja belum, udah nanya seperti itu ke mama..." ledek mama Mori, Taka langsung menekuk wajahnya.

Mama Mori tersenyum dan menggoda Taka, "ada apa dengan wajah itu? Apa kamu sedang merajuk??" goda mama Mori tapi Taka tidak meresponnya.

"Mama merestui kok!" sahut mama Mori, "aakh! Majide?!" balas Taka.

"mama menyukai Kiira dan menganggapnya sebagai anak mama sendiri...kalau memang kamu akhirnya bisa bersama Kiira, secara langsung...ummm, Kiira dapat mengambil nama Moriuchi untuk nama belakangnya....dan mama akan merasa sangat senang!" ungkap mama Mori.

"Duh ma, tapi kan Taka belum mau menikah dengan Kiira...Taka ingin pacaran dulu, ma!" rengek Taka.

"jadi kamu gak serius sama Kiira? Kalau nanti Kiira menerima cinta kamu, itu hanya untuk hubungan sementara, gitu???" tanya mama Mori sedikit emosi.

"Eh?! Bu-bukan seperti itu...Taka belum siap menikah, ma!" balas Taka.

"Kapan siapnya? Umurmu sudah lebih dari cukup untuk menikah??" tanya mama Mori gemas.

Taka terlihat bingung. "Sudah lah ma, yang penting sekarang mama doakan aku agar Kiira mau menerima cintaku...yang pasti, aku serius dengan Kiira, aku tidak pernah main-main dalam hal perasaan, ma! Tolong ma, doakan Taka!" pinta Taka, "kalau memang mama ingin Taka segera menikah...tolong, doakan juga agar aku segera diberi kesiapan dan keyakinan!" lanjut Taka memohon.

Mama Mori langsung terlihat sedih menatap Taka. "Apa kamu trauma pada pernikahan...karena perceraian mama dengan papa?" tanya mama Mori pelan.

Taka langsung menatap sendu mamanya. "Perpisahan mama dan papa memang selalu menghantuiku, salah satu kenangan terburukku...aku...aku memang sedikit merasa trauma, aku takut tidak mampu membina rumah tangga dengan baik" Taka lalu terdiam, mama Mori terus menatap Taka.

"Ma, pernikahan itu butuh komitmen dan tanggung jawab yang besar, aku....aku merasa belum mampu menanggung itu, ma!" lanjut Taka.

Mama Mori menghela nafas, "baiklah, mama tidak akan membahas pernikahan lagi ke kamu, ataupun kepada adik-adikmu...mama pasti akan berdoa untuk anak-anak mama, entah untuk karier kalian, kesehatan, percintaan atau pun masa depan kalian...mama selalu berdoa agar kaliab mendapatkan yang terbaik!" ucap mama Mori.

"Terima kasih, ma!" Taka lalu memeluk mama Mori, mama pun membalas pelukan Taka.

"Pastikan kamu mendapatkan Kiira ya, Taka?!" goda mama Mori berbisik selama memeluk Taka, "Heee?!" sahut Taka kaget.

***

Malam mulai larut, tapi Sayaka belum juga kembali ke apartemen. Kiira terlihat cemas, apalagi ponsel Sayaka tidak dapat dihubungi.

STAY! [serendipity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang