Circle of Life

74 8 0
                                    

Setelah Kiira selesai dengan jadwal prakteknya di rumah sakit, ia langsung menuju rumah mama Mori sesuai dengan permintaan mama Mori. Tidak lupa Kiira membawakan buah tangan untuk mama Mori, ia membawakan satu set cangkir teh dengan desain cantik penuh bunga di cangkirnya.

"Mama!" sapa Kiira sambil memeluk erat mama Mori, "nenek!!" Kiira lalu beralih ke nenek Mori yang berdiri dibelakang mama Mori.

"Ah senang sekali akhirnya kamu bisa mampir, ayo kita ke ruang tengah!" ajak mama Mori.

"Mama, tadi saat makan siang, di restoran tempatku makan bersama Sayaka, aku melihat satu set cangkir teh cantik terpajang di etalase toko samping restoran itu...aku langsung teringat dengan mama, jadi aku membelinya untuk mama! Cha!" Kiira mengangkat paperbag yang berisi set cangkir teh dengan packaging menggunakan kotak kayu beralaskan kain tebal dan lembut, dan beberapa ornamen bunga sakura di dalamnya, yang dibungkus dengan plastik transparant dengan pita terlilit cantik dan rapi.

"Aaah cantik sekali!" ucap mama Mori saat melihat cangkir teh itu, "terima kasih, sayang!" lanjut mama Mori senang.

"Sama-sama , mama!" balas Kiira sambil melambungkan senyum dibibirnya.

Tujuan mama Mori meminta Kiira untuk mengunjunginya di rumah, tidak lain dan tidak perlu ditebak lagi, itu karena mama Mori ingin membicarakan rencana pernikahan anak tertuanya dengan Kiira.

"Ummm, Taka bilang, ia ingin bertunangan dulu setelah konser Jepangnya selesai, ma!" ucap Kiira.

"Ah anak itu, untuk apa pake tunangan dulu?! Kenapa tidak langsung menikah saja?!" gerutu mama Mori sambil mengerucutkan bibirnya.

"Heee?!" kejut Kiira dalam hatinya. Ia hanya tersenyum kepada mama, walaupun ia ragu apakah harus senyum atau tidak.

"I-iya ma, Taka ingin menjalani prosesnya secara perlahan agar rencana pernikahan kita nanti benar-benar matang hingga saatnya tiba!" jelas Kiira hati-hati.

"Baiklah, kalau memang ia ingin bertunangan dulu, mama akan ikuti rencananya..." sahut mama Mori. Kiira pun tersenyum lega.

"Tapi tetap ada perayaan di hari pertunanganmu dengan Taka!" lanjut mama Mori.

"Heee??!!!" sahut Kiira terkejut, "tidak perlu perayaan ma, cukup keluargaku dan Taka saja yang menghadiri hari pertunangan kami, mu-mungkin cukup seperti makan siang bersama, dengan suasana kekeluargaan, ma!" lanjut Kiira.

"Ya ampun, Kiira!" rengek mama Mori, "ibu! Ibu kenapa diam saja?? bantu aku dong, bu!" mama Mori minta dukungan dari nenek Mori. Tapi nenek Mori hanya tertawa kecil, lalu membelai kepala Kiira.

"Biarkan mereka melakukan apa yang sudah mereka rencanakan, ini kan acara mereka...bukan acaramu!" sahut nenek Mori yang cukup menohok perasaan mama Mori.

"Hhhh...baiklah!" sahut mama Mori pasrah.

Kiira tersenyum, ia merasa lega sekaligus senang setelah mendapat dukungan dari nenek Mori. Tiba-tiba ponsel Kiira berbunyi. Ia segera melihat layar ponselnya dan melihat Kaami yang ternyata menelponnya saat itu.

"Halo!" jawab Kiira.

"Onee-chan!" sahut Kaami dengan suara lirih dan terdengar suara isakan tangis.

"Kaami, kamu kenapa?" tanya Kiira khawatir.

"Ayah...ayah..."

"Ayah kenapa, Kaami???" tanya Kiira semakin khawatir.

"Ayah tak sadarkan diri, tiba-tiba serangan jantung ayah kumat dan langsung membuat ayah tak sadarkan diri saat tadi kami sedang menonton TV bersama" jelas Kaami sambil menangis.

STAY! [serendipity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang