Kathrin berjalan dengan cepat sesekali ia berlari menelusuri lorong Rumah Sakit yang sudah sangat dihapalnya.
Tadi, dirinya dan Lingga sedang asyik mendiskusikan rencana mereka dengan Pak Hermana di ruangan beliau tapi ketika dirinya dan Lingga mendapat pesan yang sama dari Dr. Walter seketika semuanya menjadi runyam.
Alea kondisinya menurun.
3 kata yang mampu membuat Lingga langsung berdiri dari duduknya dan tanpa sepatah kata pun pria itu langsung pergi meninggalkan ruangan Kesiswaan dan juga meninggalkan dirinya.
Alea.
Adik kelasnya.
Sahabatnya.
Sekaligus cinta dari orang yang dicintainya.
Langkahnya ia pelankan ketika dirinya melihat Lingga berdiri kaku disana, didepan pintu berwarna putih tengah memperhatikan apa yang terjadi dibalik pintu itu lewat kaca kecil.
Hatinya berdenyut perih melihat Lingga yang hanya diam disana.
Orang bodoh pun tahu betapa pria itu mencintai perempuan yang kini tengah berjuang didalam sana.Bolehkah ia berharap bahwa Alea jangan pernah membuka matanya untuk saat ini saja?.
Jahat. Memang. Itulah dirinya.
Ia hanya takut jika perempuan itu membuka matanya maka semuanya akan berbeda. Tidak akan sama lagi. Karena pemeran utamanya adalah dia. Dan disini dirinya hanya menggantikan sang pemeran utama walaupun nyatanya dirinya jauh lebih buruk dari kata menggantikan.
Ia melihat pintu itu terbuka dan tanpa ragu Lingga langsung memasukinya.
Kathrin hanya menghela nafasnya ia pun berjalan dan berhenti tepat didepan pintu dan secara bersamaan Dr. Walter keluar membuat dirinya sedikit tersentak.
Dr. Walter, Dokter yang menangani Alea ini tersenyum ke arahnya.
"Saya tahu kamu pasti terpurukkan dengar kabar ini? ""..."
"Kondisi Alea saat ini...
Kathrin tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan Dr. Walter karena matanya hanya tertuju apa yang dibalik punggung Dr. Walter.
Bagaimana Lingga begitu erat menggenggam tangan Alea.
Menggenggam.
Dirinya berdecih. Kenapa itu begitu mudah dilakukan ?. Sedangkan dirinya harus bersusah payah dulu agar Lingga mau menggenggam dirinya, tapi Alea? Tanpa usaha apapun tangan hangat itu senantiasa selalu menggenggamnya dengan suka rela.
Rasanya..hatinya. Terasa perih.
"Kathrin? "
Kathrin mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap Dr. Walter.
"Ya? ""Kamu mendengarkan saya? "
"Ah, tentu". Bohongnya.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Saya yakin Alea sangat beruntung punya sahabat seperti kamu"
Apa dirinya masih pantas disebut sahabat?
Kathrin hanya tersenyum. "Terima kasih Dok". Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Setelah itu Dr. Walter melangkah pergi menyisakan dirinya.
Kathrin menatap kedepan lagi lalu menghela nafas. Ia memasuki ruangan itu dengan langkah berat.
Kini dirinya sudah berdiri tepat disamping ranjang Alea.
Lingga menatap dirinya yang ia balas tatap.Lalu Lingga memundurkan kursinya dan berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arahnya dan langsung memeluk dirinya dengan erat. Seketika tubuhya menjadi kaku.
"Gue takut Kath. Gue takut Alea bakal pergi"
Dan gue benci dengernya, Ngga.
•••••
Kiky membalikkan badannya menjadi tengkureb. Lalu membalikkan badannya menjadi telentang. Ia menghela nafas bosan.
Sedari tadi pikirannya kemana-mana. Berbagai praduga ia cecar mengenai ucapan Kathrin tadi sore.
Siapa yang sakit?.
Kenapa sampe panik gitu?
Jangan-jangan orang tuanya Lingga?.
Atau orang tuanya Kathrin?. Kiky menggelengkan kepalanya. Kalau memang orang tuanya Kathrin kenapa Lingga yang gak ada saat itu, pria itu justru pergi terlebih dahulu meninggalkan Kathrin dan tadi kenapa saat Kathrin memberi tahu perihal ini ada nada berat yang tersirat diucapannya dengan ini berarti ada sangkut pautnya dengan pria itu.
Dirinya pun mengacak rambutnya frustasi. Dari pada ia mati penasaran lebih baik ia mendengarkan musik dari ponselnya. Tangannya ia gerakan memilih lagu mana yang pas didengarkan untuk saat ini karena daftar lagunya kebanyakan dari band favoritnya Yovie And Nuno maka secara acak ia langsung menekan lagu itu tanpa pikir panjang.
Ia melempar ponselnya kesamping lalu membalikan badannya menjadi tengkureb lagi dan menenggelamkan kepalanya ditempat tidur.
Udah Ky tidur, besok sekolah. Mikirin Lingga mulu, belum tentu dia mikirin kamu.
•••••
"MAMA.. MAMA.. MAMA..
Mira yang mendengar teriakan itu langsung bergegas menuju ke asal suara yang ternyata berasal dari kamar anak tirinya Lingga.
Tanpa pikir panjang kakinya ia langkahkan memasuki kamar anaknya yang benuansa abu-abu.
Ia melihat Lingga tidur dengan gelisah dan tertera bulir-bulir keringat didahinya. Langsung saja ia duduk disamping Lingga dan menaruh tangannya didahi anaknya.
Panas.
Tangannya ia gerakan menepuk pelan pipi Lingga, karena Lingga terus meracau.
"Sayang, bangun nak". Tapi Lingga tak kunjung bangun maka dari itu dengan segera ia berdiri untuk mengambil sebaskom air dan lap."Jangan pergi..
Seketika gerakannya terhenti dan menatap anaknya lagi. Ia memutuskan duduk disamping Lingga lagi.
"Sayang, tenang ya. Mama cuman ngambil air sama lap buat kompres kamu""Jangan..". Perlahan mata Lingga terbuka dan langsung menatapnya.
Mira mengusap kepala anaknya dengan lembut. "Sebentar ya sayang, Mama mau ngam...
"Gak usah"
"...".
Lingga berucap entah dia sadar atau tidak. "Aku gak butuh itu kalau sakit". Lingga mengambil tangan Mira dan meletakan di atas kepalanya sendiri. "Cukup usap kepala aku dan bilang semuanya baik-baik saja itu yang selalu Mamah lakukan waktu masih hidup"
Mira tersenyum hangat.
"Tapi sayangnya Mamah bukan Mamah kamu yang pandai berbohong demi sebuah kejadian manis.Kamu tahukan kalau keadaan kamu sekarang tidak bisa dikatakan baik? Jika saat itu Mamah kamu mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tapi kalau Mamah akan mengatakan yang sebenarnya, bahwa kamu tidak baik-baik saja. Karena Mamah lebih suka kejujuran" Mira tersenyum lembut menatap anaknya lalu melanjutkan ucapannya.
"Karena kita adalah orang yang berbeda Lingga. Aku disini sebagai Ibu tiri kamu dan Mamah kamu lah penyebab aku hadir disini"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku [Selesai]
Teen FictionBaginya mencintai sosok Lingga adalah suatu kesempurnaan tiada kira sekaligus ke semuan yang begitu nyata. 'Risky Arafia' Sepanjang hidupnya mencintai sosok sahabatnya sendiri adalah hal yang ingin ia buang jauh-jauh. 'Kathrina' Sepanjang tidurnya...