25|°

156 18 0
                                    

Kiky menatap rumah minimalis dengan wajah pucatnya dan tubuh yang sudah basah kuyub.

Rumah itu terlihat sunyi membuat Kiky merasa sedikit ngeri. Karena terlihat dari luar begitu banyak tumbuhan merambat, sarang laba-laba dimana-mana dan kondisi yang tidak terawat.

"Masuk". Ucapnya dingin.

Kiky meneguk salivanya susah payah melihat Lingga yang juga basah kuyub seperti dirinya.

Dirinya pun dengan langkah berat mengikuti Lingga. Jujur saja dirinya begitu takut, karena Lingga membawa dirinya ke Bandung dan membawa kedaerah yang begitu sepi bahkan sepanjang jalan hanya pohon tinggi yang mengelilingi lalu nyasar dirumah ini yang tidak ia ketahui.

Dirinya juga semakin takut mengingat sikap Lingga yang semakin dingin kepadanya bahkan pria itu dengan tega mengabaikan ucapannya untuk berteduh terlebih dahulu tapi pria itu malah menghiraukannya dan semakin melaju kecepatan motornya membuat Kiky harus menahan mulutnya agar tidak menggigil mengingat dirinya hanya memakai kaos berlengan panjang dan celana kullot.

Lingga mengeluarkan kunci dari kantongnya. Membuat Kiky terheran.

Jadi ini rumahnya Lingga?.  Pikirnya.

KLEK.

Setelah mendengar bunyi itu Lingga segera mendorong pintunya kedalam dan masuk yang diikuti Kiky.

Untuk sejenak Kiky terdiam mengamati rumah ini yang jauh dari perkiraannya. Ternyata rumah ini terawat hanya saja tampilan luarnya membuat rumah ini seakan tak berpenghuni.

Lingga pun berjalan kearah saklar dan menekannya hingga satu persatu lampu menyala menerangi ruangan ini. Kiky berfikir rumah ini tidak seminimalis tampilannya karena faktanya rumah ini begitu luas.

"Lu ganti baju dilantai dua, kamar yang kedua pilih aja baju dilemari Mamah". Setelah mengatakan itu Lingga pergi meninggalkannya.

Kiky pun dengan langkah ragu berjalan menaiki tangga.

Dilemari Mamah. Kiky berfikir sejenak dengan kata terakhir Lingga. Mamah yang mana?. Batinnya. Karena Lingga memanggil kedua wanita dewasa itu dengan panggilan yang sama.

Kiky perlahan membuka kamar itu lalu memasukan tubuhnya kedalam. Dirinya menutup pintu dengan pelan lalu memandang kedepan. Gelap.

Dirinya meraba tembok mencari saklar lampu sampai tangannya berhasil menemukannya dan memencetnya.

Kini terlihatlah bagaimana ruangan yang ia masuki. Suasana kamar yang tenang dan aroma teraphy membuat kamar ini begitu nyaman.

Sampai matanya menangkap foto besar diatas kepala ranjang ini. Pupil matanya melebar begitu melihat foto itu.

Itu Mamahnya Lingga! .

Ia masih ingat betul bagaimana foto Almarhumah Ibunya Lingga ketika saat itu dirinya datang kerumah Lingga untuk membantu pria itu mengerjakan tugas sejarah dan tak sengaja dirinya ketiduran.

Bola matanya menelisik rupa yang ada di foto itu. Seorang perempuan dengan rambut panjangnya tersenyum begitu lembut sedang memangku seorang anak kecil yang sedang memegang mainannya. Itu Lingga!.

Jadi ini rumah Almarhumah Mamahnya Lingga dan dirinya diperbolehkan memakai salah satu pakaian Mamahnya. Apa tidak apa-apa?.

Tapi tubuhnya semakin menggigil. Memutuskan memasuki kekamar mandi. Setelah selesai dengan kegiatannya dirinya melangkah kearah lemari dengan ukiran rumit. Dirinya membuka lemari itu. Dirinya dapat melihat bahwa dari sekian banyak pakaian dilemari ini semua rata-rata bewarna putih. Dirinya pun menoleh kebelakang.

Pilih Aku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang