10|°

162 15 0
                                    

Kiky mengendari motornya dengan kecepatan standar. Senyumnya terus terukir begitu angin sejuk menerpa wajahnya.

Hari ini tidak ada kemacetan seperti biasanya membuat ia leluasa mengendarai motornya.

Sampai laju motornya yang kini menjadi tidak seimbang dan motornya oleng kesana kemari membuat Kiky panik seketika dan langsung menekan remnya mendadak sampai ada suara deru motor melintas dengan cepat disampingnya.

"Berhenti jangan mendadak WOI !!". Marah orang tersebut.

Kiky menghiraukannya ia memegang dadanya yang berdebar-debar kakinya bahkan begitu lemas seperti tidak ada tenaga untuk berpijak.

Tin!!. Tin!! . Tinnn!!.

Suara klakson mobil terdengar nyaring menyadarkan Kiky dari rasa terkejutnya dan menyadari dirinya berhenti ditengah jalan yang menimbulkan kemacetan kecil.

Kiky berusaha mengabaikan kakinya yang terasa lemas lalu mendorong motornya menuju ke tepi jalan.

Kiky turun dari motornya, membuka kaca helmnya lalu berjongkok.

Bannya bocor.

Tapi Kiky langsung mengerutkan dahinya.
Ini mah gak bocor, tapi bannya keluar.

Entahlah ada apa dengan ban motornya yang pasti bannya terlihat keluar dari besinya.

Ia menengok ke kanan dan ke kiri melihat bengkel terdekat.
Sepertinya tidak ada, maka dirinya memutuskan mendorong motornya mencari bengkel terdekat sepanjang jalan menuju ke sekolahnya.

Kiky mendorong motornya, matanya lalu melirik jam tangannya. Setidaknya masih ada waktu sebelum gerbang sekolahnya ditutup.

Entah sudah berapa lama dia mendorong motornya dan kini ia belum menemukan bengkel satu pun!.

Jarak antara rumah dan sekolahnya memang terbilang jauh membuat peluh memenuhi wajahnya karena mendorong motor sebagai olahraga paginya.

Dikeramaian seperti ini telinganya masih bisa mendengar suara deru motor besar yang begitu dekat dengannya.

Apa itu Karesh?.  Tapi pemikiran itu hanya ia acuhkan.

Suara itu semakin mendekat dan ia melihat ada motor yang berjalan disampingnya membuat ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah samping.

Ia mengernyitkan dahinya karena tidak mengenali pria yang menaiki motor itu. Tapi ketika melihat motor itu berwarna merah ia langsung menebak.
"Karesh? "

Pria itu membuka kaca helm full facenya.

Pupil matanya membesar, mengetahui bahwa pria dibalik helm itu bukan Karesh melainkan Lingga.

"Segitu gak kenalnya sama gue? "

Karena ini bukan motor yang biasa kamu bawa.

"He he he. Kan aku gak tahu, jadi asal nebak aja"

Terlihat Lingga hanya menampakkan muka bosan.
"Motor lu kenapa? "

Kiky melirik motornya lalu menggeleng. "Gak tahu, tiba-tiba kayak gini aja"

"Oh.. "

Kiky mendengus malas. Kalau cuman mau ngomong Oh mending gak usah nyamperin deh.

Kiky memegang stang motornya berusaha mendorong lagi dan tak memperdulikan Lingga yang telah membuat moodnya hancur.

"Gue bantu"

Kiky menekan remnya lalu menoleh ke arah Lingga. Mukanya kini kembali cerah.
"Oh, kamu bisa benerin ini? "

Pilih Aku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang