Dua

171 17 0
                                    

Karena yang aku butuhkan kamu. Seharusnya kamu mengerti.

'''''

Kathrin melirik pria dihadapannya.
Lalu mengikuti setiap struktur wajahnya diatas kanvas.

Senyumnya tercetak ketika sudah terlihat jelas siapa yang ia lukis. Memang tidak mirip dengan aslinya tapi hatinya cukup puas.
Jika ia melukis mirip dengan aslinya bisa-bisa semua orang tahu kalau dirinya menyukai pria itu.

Ia melirik ke depan lagi melihat betapa seriusnya pria itu di depan kanvasnya.
Memang kini kelasnya sedang berada di ruang lukis untuk pengambilan nilai seni budaya.

Tangannya pun terus ia gerakan mengikuti setiap jengkal yang ada pada tubuh pria itu. Sampai pada akhirnya lukisannya telah selesai.

"Oke anak-anak waktunya habis". Intruksi Pak Hendi, guru seni budayanya.

"Yahh, ntar dulu Pak dikit lagi nih"

"Iya Pak tinggal warnain ini doang"

"Iya Pak tunggu". Dan masih banyak lagi teman-temannya yang meminta tambahan waktu karena lukisan mereka belum selesai.

Dirinya yang sudah selesai langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Lingga.

"Hei. Gambar apa? Lama banget"

"Enggak kok dikit lagi". Ucapnya yang masih sibuk dengan kuas dan cat ditangannya.

Dirinya memperhatikan apa yang digambar Lingga. Kesan gelap terang itu lah yang ia lihat. Disitu ada seorang anak kecil dengan muka murung sambil memegang balon dipinggir jalanan yang sepi seperti menunggu sesuatu.

Menunggu sesuatu?.

Apakah yang dimaksud menunggu sesuatu itu adalah Alea?.

Matanya menangkap tulisan yang terdapat dibaju anak itu, Heart.

Heart?

Kathrin diam dengan pikirannya.
Lalu dengan cepat ia menggelengkan kepalanya mengusir kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu faktanya. Bisa sajakan? Lingga menggambar itu karena terinspirasi dari gambar yang pernah ia lihat. Ya, bisa saja.

"Yang sudah selesai, langsung meninggalkan ruangan ini". Pak Hendi bersuara lagi.

Kathrin langsung menoleh ke arah Pak Hendi dan melihat beberapa temannya yang mulai beranjak pergi.

"Kath, ayo". Ajak Faya.

Kathrin menoleh dan mengangguk.
"Ngga gue keluar dulu ya"

"Ya"

Hanya jawaban singkat heh?. Huftt.

Kathrin pun berbalik meninggalkan pria itu tapi sebelum melangkah pria itu mengucapkan sesuatu yang membuat hatinya membuncah senang.

"Hati-hati Kath"

Kata-kata itu diucapkan dengan pelan dan kalem tapi ia masih bisa mendengarnya membuat ia menggigit bibirnya menahan senyuman yang terbit di bibirnya.

Gue suka lu yang perhatian Ngga.

Lalu ia benar-benar pergi meninggalkan ruangan ini.

Kathrin dan Faya berjalan menelusuri koridor menuju kelasnya.

"Lu pasti gambar dia kan? ".

Pilih Aku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang