13|°

127 14 0
                                    

Suara mesin pendeteksi jantung berbunyi dengan konstan di ruangan yang sunyi. Menandakan bahwa adanya kehidupan dibalik kesunyian itu.

Lingga menatap dalam diam perempuan yang terbaring didepannya dengan selang-selang yang membantu dia untuk tetap bertahan.

"Kapan lu bangun Al? "

"..."

"Apa lu gak kangen sama gue? "

"..."

"Enggak ya? ". Ucapnya pahit.

"..."

"Tapi gue kangen gimana? "

"..."

Lagi dan lagi tidak ada sahutan apapun selama hampir tiga tahun ini.

Lingga menghela nafas lelah. Dirinya pun bangkit dari duduknya lalu tangannya ia gerakan mengusap kepala Alea dengan lembut kemudian ia mengecup pelan keningnya.

"Selamat tidur Al, semoga mimpi indah". Bisiknya.

Lingga berjalan menuju pintu sebelum menarik gagang pintu ia sempatkan menoleh kebelakang siapa tahu ketika ia menengok kebelakang Aleanya sudah terbangun dari tidurnya.

Ia tersenyum tipis karena ia tahu harapannya tidak akan pernah terjadi.

"Gue pergi ya Al".

Kemudian Lingga menarik pintu itu dan berjalan keluar meninggalkan rumah sakit tempat yang sudah seperti rumahnya sendiri hampir tiga tahun.

Begitu sampai dirumah, Lingga menaiki undakan tangga menuju pintu rumahnya. Ia membuka pintu itu dan sambutan pertama ketika memasuki rumahnya adalah gelap dan sunyi.

Langkahnya ia perdalam memasuki rumahnya sampai ia mengernyit ketika melihat siluet ayahnya menuruni tangga.

"Ayah? "

"Kamu sudah pulang nak? "

Lingga mengangguk.

"Kapan Ayah pulang? "

"Tadi pagi"

"Mamah? "

"Mamah kamu lagi kerumah nenek"

Ia melihat Ayahnya yang memakai pakaian rapih dan berwarna hitam-hitam.

"Ayah mau kemana? "

Marcell menatap anak laki-lakinya.
"Ayah mau berkunjung ke Ibu kamu, mau ngucapin selamat ulang tahun dan memberikan bunga ini, pasti Ibu kamu suka". Tunjuknya kepada bunga mawar putih yang ada ditangannya.

"..."

Marcell menatap anaknya.
"Jangan bilang kalau kamu lupa, kalau hari ini hari ulang tahun Ibu kamu? ".

"..."

Marcell menepuk pundak anak laki-lakinya.
"Berkunjunglah nak, ucapkan selamat ulang tahun kepadanya, berikan hadiah untuknya. Ayah yakin, disana Ibumu pasti senang"

"..."

"Ayah pergi dulu ya, kamu jaga rumah. Assalamualaikum"

"Waalaaikumsallam". Ucapnya pelan sambil memandang punggung Ayahnya yang kian menjauh.

Lihat Mah! Bahkan sampai sekarang Ayah masih mencintai Mamah. Tapi kenapa Mamah begitu jahat kepadanya?. Ia tersenyum sinis. Kenapa Mamah tidak menyadari bahwa Ayah begitu mencintai Mamah!.

•••••

Terlihat dari layar ponselnya Lingga yang sedang menaiki tempat tidurnya lalu menyandarkan punggungnya.

Pilih Aku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang