Kathrin menyesap kopinya perlahan dengan memandang ramainya jalanan oleh kendaraan, lewat kaca besar yang melindungi caffe ini.
Entah sudah berapa menit dirinya duduk disini menunggu Lingga untuk melakukan kegiatan rutinitas mereka yaitu menghabiskan waktu berjam-jam berdua.
Sampai terdengar kursi depannya yang bergeser menandakan orang yang ia tunggu sudah datang.
Kathrin mengerutkan dahinya ."Loh, kok lu? "
Esa yang dipandang seperti itu hanya mengangkat alisnya saja setelah itu dirinya memanggil pelayan dan memesan minuman yang ada didaftar menu. Setelah selesai mencatat semua yang dipesankan Esa pelayan itu segera pergi.
"Lu pasti nunggu Lingga kan? "
Kathrin tak bersuara sama sekali membuat Esa kembali berucap.
"Percaya deh, Lingga gak bakal dateng".
Ucapan Esa berhasil membuat Kathrin menoleh.
"Kata siapa lu? ""Gak percaya? Liat aja nanti"
Kathrin hanya mengacuhkan Esa.
Tapi sepertinya apa yang diucapkan Esa benar. Buktinya sampai sekarang Lingga tak kunjung datang. Kopi yang dipesan tadi pun sudah nyaris habis.
Kathrin duduk dengan gelisah sambil memandang ponselnya siapa tahu Lingga memberi kabar untuknya.
Dan sesuai harapannya ponselnya menyala menunjukan ada pesan masuk dan terlihat Lingga lah sang pengirim pesan tersebut. Tanpa menunggu lama dirinya segera membuka pesan itu.
Lingga: Sorry Kath. Gue gak bisa dateng.
Udah! Itu doang?!.
Dirinya menghela nafas pasrah.
"See, terbuktikan? "
Kathrin memandang Esa yang tersenyum kemenangan.
"Lu pasti tahukan kalo Lingga gak bakal dateng! Kenapa lu gak bilang dari tadi?! "Esa mengangkat alisnya. "Gue gak ada sangkut pautnya sama ini. Kalo gak percaya tanya aja Lingga".
Kathrin hanya menghela nafas dan berpaling menatap kejalan raya.
"Percaya deh, diluar sana Lingga lagi sama orang yang dia suka"
Kathrin menatap Esa. "Ngaco lu. Lingga aja gak deket sama siapa-siapa"
Esa menampilkan muka seolah-olah berkata 'lu yakin sama omongan lu?'.
Lalu esa memajukan tubuhnya untuk merapat ke meja dengan tangan yang ditekuk diatas meja dan terus memandang Kathrin.
Kathrin yang dipandang seperti entah mengapa dirinya menjadi gugup. Sangkin gugupnya ia langsung menyambar cangkirnya dan meminumnya tanpa ditiup dulu.
UKHUK. UKHUK.
Kathrin menepuk-nepuk dadanya.
Esa dengan segera menyodorkan minumannya."Minum Kath".
Tanpa babibu Kathrin langsung meminumnya dengan rakus. Setelah merasa cukup barulah dirinya merasa lega.
Ia merutuki akibat dirinya yang terlalu cepat salah tingkah. Sudah panas tersedak pula.
"Lagian salah tingkah gak mikir-mikir dulu. Keselekkan? "
Ucapan Esa membuat Kathrin melotot.
"Geer banget sih lu! "Esa hanya mengendikan bahunya.
"Nih gue punya tebak-tebakkan".
Kathrin yang sedang mengelap mulutnya menggunakan tisu segera memandang cowok didepannya dengan garang. "Lagi kayak gini main tebak-tebakkan yang bener aja"
"Udah jawab aja, dengerin ya baik-baik"
Tanpa sadar Kathrin mengikuti permainan Esa.
"Terburu-buru ke kamar mandi,
Lupa membawa sabun. Pertanyaannya selalu naik gak pernah turun, apa itu? "Kathrin dengan segera merubah rautnya menjadi berfikir. Ia terus memutar otaknya memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu.
"Apa hayo? ". Kathrin dengan refleks menggeleng.
"Jawabannya.. ". Kathrin memandang Esa dengan penuh penasaran.
"Umur". Seketika raut wajahnya menjadi datar.
"Kok umur? ". Tanyanya tak terima.
"Iyalah umur. Bisa naik gak bisa turun, umurkan? "
Kathrin memberenggut. "Trus kenapa ada sabun-sabunnya gitu? "
"Emangnya kenapa? "
"Gak nyambunglah! "
"Yang buat pertanyaan siapa? Gue kan? Ya udah, suka-suka gue lah"
Kathrin langsung melengos dengan muka bete.
"Oke. Gue ada pertanyaan lagi nih"
"Apa! ". Jawabnya galak.
"Rambutnya panjang, kulitnya putih tapi jelek. Apa itu? "
Karena Kathrin yang tidak mau berfikir lagi maka dirinya langsung menanyakan jawabannya.
"Apa emangnya? ""Lu"
Kathrin langsung memandang Esa. "Oh jadi lu ngatain gue jelek. Baguss yaa. ". Dirinya berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Esa sedangkan Esa berancang-ancang melindungi dirinya.
"Kalo lu ngeselin yaa. Rasain nih". Setelahnya Kathrin mencubuti tubuh Esa membuat cowok berkemeja flannel itu meminta pengampunan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku [Selesai]
Fiksi RemajaBaginya mencintai sosok Lingga adalah suatu kesempurnaan tiada kira sekaligus ke semuan yang begitu nyata. 'Risky Arafia' Sepanjang hidupnya mencintai sosok sahabatnya sendiri adalah hal yang ingin ia buang jauh-jauh. 'Kathrina' Sepanjang tidurnya...