HC 2

20.8K 1K 18
                                    

"Sungguh telah kutemukan seseorang, seperti pengembara yang menemukan rumahnya."

Banjaara Lyric

Matahari mulai turun dari singgasananya, dengan perlahan sinarnya mulai meredup da hanya tinggal menunggu waktu saja agar ia dapat menciptakan guratan warna oranye di atas langit yang mulanya berwarna biru.

Seorang gadis dengan tas punggung berwarna cokelat melangkah ke arah parkiran sekolah. "Akhirnya bisa pulang juga," gumamnya.

Sesampainya di sana, ia langsung mengeluarkan motor matic miliknya. Namun sayang, ketika hendak memundurkan motornya tanpa sengaja ia menyenggol sebuah sepeda motor yang ada di belakangnya.

"Astaghfirullah," ucapnya panik saat sepeda motor tersebut mengalami lecet di depan bodynya.

Aisha melihat ke sekeliling, mencoba mencari tahu siapa pemilik motor yang tak sengaja ia senggol.

Seorang lelaki datang ke arah Aisha. Ia hanya mampu membungkam mulutnya saat lelaki itu berada persis di hadapannya.

"Lagi?" kata lelaki itu.

Aisha hanya diam mematung. Ia bisa melihat mimik wajah lelaki itu yang sepertinya sangat marah. Bagaimana mungkin lelaki ini bisa sabar dan tidak marah jika ini terjadi untuk yang kedua kalinya.

"Ma ...  Maaf. Maaf untuk yang kedua kalinya, saya benar-benar tidak sengaja. Maaf." Aisha menekuk wajahnya, ia benar-benar sangat malu atas keteledorannya.

"Lagi-lagi kamu.... Kalo jalan tuh pake mata dong!" kata laki-laki tersebut dengan nada bicaranya yang membentak.

Meskipun lelaki tersebut sudah berusaha untuk meredam emosinya, tapi tetap saja ia bukanlah malaikat yang tak diberikan nafsu al-amarah oleh Allah. Karena semua itu adalah fitrah manusia, dan Allah memang sudah menitipkannya di ubun-ubun sejak mereka keluar dari perut ibunya. Jadi wajar saja jika lelaki itu marah pada Aisha.

Aisha hanya memutar kedua bola matanya, ia sangat kesal atas bentakan laki-laki yang kini berada di hadapannya.

"Jalan pake mata? bukannya jalan itu pake kaki ya?" gumam Aisha dalam hati sedikit sebal.

Alwi datang menghampiri Aisha saat mendengar sebuah keributan kecil. Ia datang untuk menengahi. "Ada apa Ca?" katanya.

Aisha langsung menoleh ke sumber suara yang tak asing lagi baginya. Sebuah suara yang setiap kali ia mendengarnya pasti akan memicu jantungnya untuk berdetak lebih kencang. Sebuah suara yang menyebabkan ia sangat sulit untuk merangkai kata-kata pada saat mata mereka terkunci satu sama lain.

"Alwi kamu datang di saat yang tepat, you're my hero," gumam Aisha dalam hati yang melihat Alwi perlahan mulai menuju ke arahnya.

"Ada apa, Ca?" tanya Alwi lagi.

Aisha tersadar dari lamunannya. "Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan?" gumamnya lagi.

"Ee aku ... Tadi aku gak sengaja nyenggol motor ini." Aisha mengalihkan pandangannya ke arah motor yang tak sengaja ia senggol, lalu pandangannya ia alihkan lagi ke arah lelaki pemilik motor tersebut.

"Ee sekali lagi saya minta maaf ya. Dimaafin, kan?" Aisha memamerkan deretan gigi putihnya. Mimik wajahnya kini nampak memelas, penuh dengan harapan.

Lelaki itu menarik napas panjang, mengeluarkannya secara perlahan dan mulai menstabilkan kembali emosinya. "Iya saya maafin," katanya singkat. "Allah saja juga pemaaf, masa saya sebagai manusia biasa tidak bisa memberi maaf?" sambungnya lagi. Laki-laki itu tersenyum membalas senyuman Aisha.

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang