HC 24

7.7K 391 7
                                    

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari apa yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Qs. An-nahl : 72

Suara rebana yang ditabuh semakin terdengar bunyinya. Hal itu pertanda bahwa Rey dan keluarganya sudah tiba di kediaman Aisha.

Detak jantung Aisha semakin berpacu dengan cepat. Ia tak pernah menyangka kalau hal ini akan terjadi padanya. Ia akhirnya bisa menyempurnakan separuh agamanya.

"Kamu sangat cantik, Nak. Persis seperti Umi dulu waktu nikah sama Abi kamu."

Aisha tersipu malu, kemudian ia menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun pengantin syar'i yang dibalut dengan polesan make up telah mengubah seratus persen penampilannya. Ia memang sangat cantik.

"Beruntung sekali Nak Rey bisa memperistrimu, Nak."

Aisha menunduk malu, wajahnya bersemu merah. Benarkah apa yang dikatakan Umi? Ia juga sangat beruntung akan mendapatkan seorang imam sebaik Rey.

Umi mengecup pucuk kepala Aisha, ia meminta izin untuk pergi ke lantai bawah karena akad nikah akan segara berlangsung.

Hati Aisha semakin tak keruan. Ia berdoa dalam hati agar semuanya dapat berjalan lancar.

Dari dalam kamarnya, Aisha bisa mendengar segala proses yang sedang terjadi di lantai bawah. Ia membayangkan kalau Rey sekarang mungkin sudah duduk di hadapan Abinya.

"Ananda Muhammad Reyhan Al-fatih Bin Bramasta Al-fatih, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandungku, Aisha Maharani Razak dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat shalat dan uang berjumlah dua puluh dua juta rupiah dibayar tunai."

Detak jantung Aisha semakin berdetak kencang kala mendengar kalimat itu. Peluh dingin mulai membasahi telapak tangannya yang berhiaskan henna.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aisha Maharani Razak Binti Abdul Razak dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana, sah?"

"SAAAAHHH!!!"

Aisha tersenyum bahagia, ujung matanya terasa basah. Ia segera mengambil tisu dan menyekanya.

Tak lama terdengar suara pintu kamarnya dibuka. Di hadapannya kini berdiri seorang pria yang tak lain adalah imam hidupnya, penyempurna separuh agamanya.

"Kak Rey?"

Rey merasa takjub akan penampilan Aisha saat ini. Dibalut dengan gaun pengantin syari putih semakin menambah kecantikannya. Ia sungguh beruntung mendapatkan bidadari surga ini, dan ia juga beruntung karena hanya dirinyalah yang bisa melihat kecantikan bidadari surganya itu.

Rey menyerahkan buku nikah untuk ditandatangani Aisha.

"Sudah?"

Aisha mengangguk sembari memberikannya kembali kepada Rey.

"Kamu punya wudhu? Kita shalat sunnah dulu, meminta keberkahan dari ikatan suci ini kepada yang sudah menyatukan kita."

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang