"Terkadang keadaan memaksakan kita untuk berbohong, walaupun kita tahu kalau itu adalah perbuatan yang tidak baik."
Hijrah Cinta
Umi mulai mengemasi barang-barang Aisha di Rumah Sakit karena sekarang Aisha sudah dibolehkan untuk pulang.
"Alhamdulillah, Nak, akhirnya kamu bisa pulang juga," kata Umi yang tengah memasukan beberapa pakaian Aisha ke dalam tas.
Setelah selesai, Umi mendorong kursi roda yang diduduki Aisha melaju menuju tempat administrasi rumah sakit untuk menyelesaikan segala urusan pembayaran.
"Maaf, Umi, nanti Mbak Aisha masih harus check-up lagi ke sini. Dan sekalian juga untuk perawatan terapi kakinya," kata Dokter Arvi yang baru saja datang menemui Umi dan Aisha yang hendak pulang.
"Oh. Baik, Dok," balas Umi.
"Kalau begitu saya sama Umi pamit ya, Dok. Assalamualaikum." sambung Aisha. Dia mulai memutarkan roda kursi rodanya.
"Waalaikumussalam." dokter Arvi tersenyum ramah pada Umi dan Aisha.
Umi dan Aisha menunggu mobil yang hendak menjemput mereka di parkiran. Setelah hampir lima menit menunggu, mobil yang ditunggu Umi dan Aisha akhirnya datang.
"Kak Saif," kata Aisha. Raut wajahnya terlihat sangat terkejut. "Abi mana, Kak?"
"Abi 'kan lagi kerja, jadi dia gak bisa datang jemput kamu, makanya Kakak yang gantiin. Ayo silakan naik tuan putri." Saif kemudian membukakan pintu mobilnya dengan senyuman yang terukir di gurat wawajahnya.
"Tapi—" Aisha menyela.
Tiba-tiba saja Saif langsung memangkunya dan membawa tubuh Aisha ke dalam mobil yang sudah ia bukakan pintunya.
Aisha terperanjat kaget. “Kak Saif!!!!"
Setelah hampir setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya Umi, Aisha dan Saif sampai ke rumah. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Ali yang berhambur hendak memeluk Aisha.
Ali dan Syifa memang sengaja tak Saif ajak untuk ikut menjemput kepulangan Aisha karena saat ini mereka sedang menyiapkan sedikit syukuran bagi kepulangan Aisha.
"Bibi." panggil Ali antusias.
"Ayo masuk, Ca. Biar Kakak bantuin." Syifa mendorong kursi roda yang Aisha duduki menuju ke ruang makan.
"Makasih, Kak," kata Aisha ketika baru saja sampai di depan meja makan.
***
Disa kembali menatap jalanan kota Bandung yang ramai dari balik kaca jendelanya. Pikirannya terus saja mengarah pada Rey. Bagaimana mungkin ia hanya menganggap dirinya hanya sebagai teman, tak lebih dari itu.
Disa berbalik arah, ia menatap pantulan dirinya di cermin.
"Apa aku kurang cantik Rey? Sampai kamu ...." cairan bening mulai keluar dari pelupuk matanya.
"Aaaaaaaa!!!!" Disa menyingkirkan segala benda yang berada di meja riasnya.
Disa terisak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (END)
SpiritualeAisha yang diam-diam menyukai temannya sendiri--Alwi, harus rela memendam rasa cinta bertahun-tahun. Hingga pada suatu hari, ia dijodohkan oleh orangtuanya dengan Rey--kakak kelasnya ketika di Madrasah Aliyah. Apakah Aisha akan bertahan dengan pili...