"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. Kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
QS.Yusuf : 53
Aisha mengambil kotak hadiah yang diberikan Rey padanya. Hal itu berarti Aisha memberikan jawaban 'Iya' pada Rey dan menerima khitbahnya.
Rasa haru tentu tak bisa lagi Rey rangkai dengan tulisan kata-kata, ingin rasanya dia berjingkrak-jingkrak girang karena telah berhasil mengkhitbah Aisha, sang pujaan hatinya.
"Terimakasih, Ca," kata Rey.
Aisha tak bisa membalas kata-kata yang diucapkan Rey padanya, tapi justru semburat merah keluar dari pipinya.
Pipinya memerah setelah Rey mengucapkan terimakasih padanya. Sungguh ia merasa gerogi dan canggung akan hal itu. Jantungnya kini berdetak sangat cepat. Aisha sungguh tak bisa menahan rasa haru setelah memberikan jawaban 'Iya' untuk Rey.
Rencananya, pernikahan Rey dan Aisha akan dilaksanakan bulan depan, yakni pada bulan Rabi'ul Awal. Tak lupa Abi dan Umi juga menghubungi Kak Saif untuk memberikan kabar bahagia ini padanya.
***
Seorang wanita yang tengah duduk manis menikmati kopi lattenya kaget setelah mendapatkan kabar dari orang suruhannya. Ia mendapatkan kabar bahwa Rey akan segera menikah.
Hanya membutuhkan waktu 2 hari saja untuk mencari tahu siapa orang yang akan dinikahi Rey. Dia telah mengetahui bahwa gadis itu adalah Aisha Maharani Razak, gadis berjilbab yang menjadi salah satu mahasisiwi Fakultas Ekonomi Syariah di Universitas Islam Negeri yang berada di Bandung.
"Segera siapkan tiket penerbangan dari London ke Indonesia!" kata wanita itu dengan tegas.
"Ba ... Baik, Nona." suara parau keluar dari mulut wanita paruh baya itu.
"Cepat!! Saya tidak mau penerbangan ini terlambat. Segera siapkan jam penerbangan awal untuk saya!" dengan penuh emosi wanita itu kembali mengemasi barang-barangnya.
Di sisi lain, Aisha masih tak percaya akan keputusannya sendiri. Memori pada saat ia menerima khitbahan Rey dengan mengambil hadiah itu masih terus terngiang-ngiang seperti putaran kaset.
Suara bel rumah membuyarkan pikirannya. Aisja langsung turun ke bawah untuk membukakan pintu. Saat ini Aisha hanya seorang diri di rumah karena Umi dan Abinya sedang pergi ke Malaysia untuk urusan bisnis.
"Maaf Nona, ada kiriman paket untuk anda," kata seorang kurir pengantar paket yang berada di ambang pintu. Ia menyerahkan sebuah kertas pada Aisha untuk membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda bukti.
Aisha mengernyitkan dahinya. "Paket dari siapa?"
"Silakan tanda tangan di sini, Nona," kata kurir itu lagi yang tak menggubris pertanyaan dari Aisha.
Aisha langsung menandatangani kertas itu dan menyerahkannya kembali. Ia kemudian membuka paketnya setelah kurir itu menghilang dari edaran pandangannya.
Matanya membulat ketika melihat sebuah foto masa kecilnya bersama Rey. Dalam foto itu Aisha malah terlihat ketakutan, karena ia takut dengan benda yang akan mengambil gambarnya. Sementara Rey, dia terlihat tampan dalam foto tersebut.
Dia curang sekali, di saat foto Aisja sedang jelek Rey malah mengirimnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (END)
EspiritualAisha yang diam-diam menyukai temannya sendiri--Alwi, harus rela memendam rasa cinta bertahun-tahun. Hingga pada suatu hari, ia dijodohkan oleh orangtuanya dengan Rey--kakak kelasnya ketika di Madrasah Aliyah. Apakah Aisha akan bertahan dengan pili...