1. Seseorang Dari Masa Lalu

153 22 16
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

"Langit mempertemukan kita diantara sekian rintik air hujan yang jatuh di bumi"


Senja Rahina

-Senja dan Seberkas Cerita-

Langit kelabu tampaknya masih betah menyelimuti kota Surabaya. Kota yang terkenal dengan Jembatan Suramadunya yang membentang indah menghubungkan Surabaya dan Madura. Walaupun rintik hujan belum berjatuhan dari singgasananya, tetapi diprediksi bahwa hari ini akan turun hujan deras.

Senja Rahina gadis berusia 17 tahun itu masih mendongakkan kepalanya menatap langit yang tak kunjung berubah warna menjadi cerah. Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal. Sudah berulang kali sang ibu mengingatkannya untuk selalu membawa payung, tetapi gadis itu tak mengindahkannya.

Senja menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dengan gesit, bola matanya memutar ke kanan dan ke kiri memastikan apakah orang yang ditunggu sudah datang ataukah sebaliknya. Melihat tak ada tanda-tanda orang tersebut akan datang, Senja lantas melangkahkan kakinya meninggalkan pelataran SMA Angkasa yang saat ini masih dihuni beberapa siswa yang sibuk bermain basket.

Senja terus mengumpat dalam hati. Menunggu adalah hal pertama dalam daftar hal yang tidak Senja sukai. Entah sudah beberapa kali, Senja merutuki keputusannya untuk menunggu orang tersebut dan bukan segera pulang kerumah. Mengingat prediksi ibunya bahwa hari ini akan turun hujan. Sepertinya Senja mendapat karma karena tidak mengindahkan perintah ibunya untuk membawa payung ke sekolah hari ini.

Hujan terus mengguyur tubuh Senja tanpa tahu malu. Gadis itu lebih memilih bergelut dengan hujan daripada harus menunggu hujan mereda. Mengapa? Tentu saja alasannya karena Senja tidak suka menunggu. Menurut Senja menunggu itu hanya akan membuang-buang waktunya dengan hal yang sama sekali tidak mendatangkan manfaat apapun baginya. Bukankah semua orang tidak suka menunggu? Senja pun termasuk salah satu diantara orang-orang itu.

Senja mempercepat langkahnya berpacu degan derasnya air hujan. Indera pendengarannya menagkap dengan jelas bagaimana suara rintik air hujan yang menghantam setiap mili meter kota Surabaya. Senja terus memperlebar langkahnya, sesekali ia memindai jalanan kota Surabaya yang mulai sepi. Ternyata, air hujan sangat berimbas dengan keadaan jalanan saat ini, belum lagi kondisi kota yang mulai sore semakin membuatnya tersingkir dari padatnya lalu-lalang orang-orang.

Senja menghentikan langkahnya kala dirinya mendapati tubuhnya luput dari guyuran hujan. Ia mendongakkan kepala dan mendapati sebuah payung telah berada diatas kepalanya, melindunginya dari hujan. Segera, Senja menolehkan kepalanya ke samping, seorang laki-laki tengah tersenyum tulus kepadanya. Kening Senja berkerut, otaknya bertanya-tanya siapa laki-laki yang berada disampingnya itu. Tak mau bertahan dalam keheningan, Senja akhirnya buka suara.

"Maaf, Anda siapa ya? Sepertinya saya tidak mengenal Anda sebelumnya," Ucap Senja seraya sedikit menggeser posisinya menjauh dari laki-laki itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Senja, laki-laki itu malah mengacak pelan rambut Senja yang basah. Senja merasa risih dengan perlakuan laki-laki itu, ia lalu menepis tangan laki-laki itu.

"Tolong, jangan kurang ajar ya," Ancam Senja. Ia berlalu meninggalkan laki-laki yang masih setia menyunggingkan senyumnya itu.

Laki-laki yang tidak Senja kenal itu menarik lengan Senja membuat langkah Senja terhenti dan tubuhnya menegang. "Hei, lupa lo sama gue?" tanya laki-laki itu. Senja semakin tidak mengerti dengan kata-kata laki-laki itu. Dahinya sudah berkerut sejak beberapa menit yang lalu, dan kini kerutannya bertambah dalam. Laki-laki itu tertawa da melanjutkan ucapannya saat mengetahui tidak ada respon dari Senja. "Gue Kelvin," bisik laki-laki yang mengaku bernama Kelvin itu tepat ditelinga Senja.

"Kelvin?"

"Iya Senja Rahina, gue Kelvin Maheswara," Jawab laki-laki itu sambil menekankan kalimat Kelvin Maheswara.

Senja membulatkan bola matanya. Ia membolak balik tubuh Kelvin berusaha memastikan bahwa laki-laki yang ada dihadapannya benar benar Kelvin yang penah ia kenal. Senyum Senja terbit seketika, ia merengkuh tubuh Kelvin dan memeluknya. Selang beberapa detik senyap, Senja melepaskan pelukannya.

"Gila, lo berubah banget,"

Kelvin mempoutkan bibirnya. "Setelah enam tahun kita pisah dan sekarang kita ketemu lagi, lo cuma mau bilang gue banyak berubah gitu, harusnya lo bilang kalo lo kangen sama gue," koreksi Kelvin membuat Senja tergelak, memori dari masa kecilnya terlintas di otaknya.

Kelvin Maheswara, satu dari empat teman masa kecil Senja. Laki-laki yang dulu selalu Senja panggil beruang kutub karena ukuran tubuhnya yang gemuk dan hobinya yang suka tidur. Bisa dikatakan, hubungan Senja dan Kelvin kala itu sangatlah dekat, sebelum akhirnya merenggang karena Kelvin harus pindah ke Bandung untuk ikut ayahnya yang dipindah tugaskan disana. Nah, mulai saat itu tidak ada lagi komunikasi antara keduanya. Keduanya berperan layaknya orang asing yang sama sekali tidak pernah mengenal satu sama lain. Senja yang saat itu masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar tentu merasa sedih saat mengetahui bahwa Kelvin pindah. Bahkan, Senja dan tiga sahabat Kelvin lainnya ngotot berdiri didepan rumah Kelvin agar orang tua Kelvin tidak membawa anak itu pergi. Berbeda dengan ketiga temannya yang tampak tegar, Senja malah meluapkan tangisannya. Sangat wajar untuk anak seusianya bukan?

Sorot keceriaan terpendar dari kedua bola mata Senja ketika dirinya mengingat kisah masa kecilnya dengan Kelvin. Kelvin menggerakkan telapak tangannya didepan wajah Senja, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Ra.." panggil Kelvin.

"Gue salah Vin, ternyata lo masih sama kaya Kelvin enam tahun silam," racau Senja.

"Tapi kok lo gak ngenalin gue ya?" Kelvin menaikkan alisnya.

"Fisik lo beda, tapi sifatnya masih sama, persis," Senja memberi jeda pada kaimatnya lantas meneruskan. "Lo dulu gemuk kaya beruang kutub, tapi sekarang udah enggak. Lo dulu pake kacamata sekarang enggak,lo dulu pendek sekarang enggak, lo dulu" belum sempat Senja menyelesaikan ucapannya Kelvin buru buru menyelanya.

"Lo juga udah banyak berubah Ra, tapi masih aja cerewet," mendengar ucapannya Kelvin yang mengolok dirinya, Senja langsung menghujaminya dengan cubitan. Keduanya tertawa lepas sampai tidak sadar jika hujan masih saja berjatuhan.

Bersambung..

Bagaimana pendapat kalian setelah membaca cerita ini?

Jangan lupa vote dan comment!

Terima kasih

Salam dari Senja Rahina.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang