22. ABC lima Dasar

17 4 17
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

Hai kamu
Disini ada benih rindu yang sengaja ku tanam
Ku pupuk dengan harapan bahwa suatu saat nanti kau akan pulang”

-Senja dan Seberkas Cerita-

Senja meregangkan otot tangannya yang kebas karena terlalu banyak menulis. Pun badannya terasa mau remuk sebab dipaksa lama untuk duduk . Entah benar atau tidak, sepertinya para guru yang mengajar kelas Senja sehabis pelajaran Biologi bersekutu membuat muridnya sibuk dengan memberi banyak tugas yang harus dikumpulkan saat itu juga. Senja bahkan tidak sempat mampir ke kantin saat istirahat kedua. Perutnya yang sedari pagi belum tersentuh makanan satu pun mulai perih. Susu kotak pemberian Kelvin tentu tak cukup untuk sekedar mengganjal perutnya.

“Pulang sama gue ya, Ra!” ajak Kelvin pada Senja yang hanya dibalas deheman sebagai tanda setuju.

Cowok itu sudah siap dengan tas tersampir di salah satu pundaknya. Hingga kini Senja masih terheran-heran oleh kebiasaan cowok yang hanya memakai tas nya sebelah, memangnya pundaknya tidak keberatan apa?

Selesai menyimpan semua buku beserta alat tulisnya ditas, Senja dan Kelvin berjalan beriringan menuju tempat parkir. Perjalanan menuju tempat parkir yang tak seberapa jauh itu diisi oleh gerutuan Senja dan berbagai umpatan yang seharusnya tidak ia ucapkan untuk gurunya walaupun mereka telah membuat Senja capek setengah mati.

Kelvin tertawa renyah menanggapinya. Cowok itu sesekali mencubit pipi Senja atau menjawil hidung bangir gadis yang sah menjadi pacarnya beberapa hari silam. Senja mencebikkan bibirnya sebal, ia berjalan cepat seraya menghentak-hentakkan kakinya membuat Kelvin yang tertinggal dibelakang kelabakan menyusul.

“Maaf, nggak gue cubit lagi oke?” kata Kelvin.

Senja mendengus. Ia sebenarnya tidak semarah itu sampai Kelvin harus minta maaf segala. Tapi tetap saja ia sebal. Bukannya menanggapi gerutuannya, cowok itu malah mengusilinya. Mood Senja yang memang sudah buruk bertambah buruk lagi kan jadinya. Kalau seperti ini balas mengerjai Kelvin tidak masalah bukan?

Tiba-tiba sebuah ide muncul diotak Senja. Ia menolehkan kepala ke samping. Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian. Kelvin yang dipandang demikian bergidik ngeri, paham jika ada yang tidak beres dengan gadisnya.

“Oke deh, gue maafin tapi ada syaratnya.”

Lihat kan, benar dugaan Kelvin.

“Lo traktir gue bakso ya, nggak usah jauh-jauh. Yang sebelum lampu merah itu boleh kok.” Ucap Senja dengan suara yang dibuat seimut mungkin.

Kelvin meringis namun tak pelak mengiyakan kemauan Senja. Batin Kelvin berkomat-kamit meratapi isi dompetnya yang bakal semakin menipis, sebab Senja kalau sudah makan bakso disana tidak akan cukup hanya satu mangkok saja. Saatnya mengatakan selamat tinggal pada uang jajan Kelvin.

Lain halnya dengan Kelvin yang menampilkan tampang memelas. Senja malah tersenyum penuh kemenangan. Lagu We are the Champion menjadi soundtrack di hati Senja. Dalam kepalanya Senja bersorak riang, meniup terompet, mengibarkan bendera, bernyanyi lagu kemerdekaan hingga sujud syukur karena Kelvin setuju mentraktirnya makan meski Senja tau kalau diam-diam Kelvin mengumpatinya dalam hati. Katakan selamat datang untuk semangkok bakso ,ah bukan, Senja ingin memesan dua mangkok nanti, lengkap dengan pangsit goreng yang akan Senja minta tambah pada bapak penjualnya.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang