PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
“Tidak apa-apa untuk tidak bersikap baik-baik saja”
-Senja dan Seberkas Cerita-
Sebagian orang berpendapat bahwa terkadang yang kita butuhkan hanyalah sendirian agar perasaan menjadi baikan karena sejatinya diri sendirilah yang paling paham persoalan hati. Berpegang pada pendapat itulah, Senja mencoba untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Maka disinilah Senja berada. Bermain basket seorang diri di lapangan kompleks perumahannya.
Mungkin sudah dua atau tiga jam lamanya Senja habiskan untuk membuat tubuhnya lelah dan berharap agar segera ambruk saja. Senja capek tetapi ia enggan berhenti.
Berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun hanya akan menstimulasi Senja untuk memikirkan Kelvin lagi. Padahal baru seminggu yang lalu, ia begitu bahagia menyambut ajakan kencan pertamanya. Sayang, kebahagiaan tersebut rupanya tidak mau tinggal berlama-lama sebab sehari setelahnya Kelvin menghilang.
Ah, mengingat hal itu membuat pemikiran buruk lainnya silih berganti mendatangi otak Senja. Senja lelah mensugesti dirinya dengan harapan Kelvin akan pulang, karena bersama harapan yang susah payah ia bangun, tumbuh pula rasa sedih, kecewa dan putus asa.
Senja mendrible bola basketnya sebentar sebelum melakukan tembakan ke ring entah untuk yang keberapa kalinya. Bukannya masuk kedalam ring, bola tersebut malah memantul pada papan kemudian berakhir terjun bebas ke permukaan lapangan yang keras. Senja menghembuskan nafas saat shootingnya lagi-lagi gagal. Entah mengapa persoalan memasukkan bola kedalam ring menjadi teramat susah.
Senja melirik bola yang menggelinding semakin jauh dari tempatnya berpijak lalu berhenti mengenai kaki seseorang. Dibelakang sepasang kaki yang sedang menahan bolanya terdapat dua pasang kaki lain. Senja sudah bisa menebak siapa gerangan yang datang mengunjungi lapangan kompleks malam-malam begini.
Ia mengangkat wajahnya dan seketika menemukan ketiga sahabatnya tengah memandang lurus kearahnya.
“Dasar, main basket nggak ngajak-ngajak kita,” teriak Farel sembari memungut bola basket yang sedaritadi tertawan kakinya.
“Heeh tega bener lo, Sen,” tambah Arjun dengan nada melankolis yang membangkitkan hasrat Senja untuk muntah.
Farel, Arjun dan Oksan melangkah beriringan menghampiri Senja. Ketika jarak yang terbentang lumayan dekat, Farel melempar bola ditangannya pada Senja dan berhasil ditangkap gadis itu dengan baik, meski tubuhnya sedikit oleng akibat tidak siap menerima lemparan secara tiba-tiba.
“Duel yuk, lo sama Oksan lawan gue sama Arjun,” cetus Farel menantang.
Cowok itu memandang remeh lengkap dengan kedua tangan terlipat didepan dada. Senja yang menyaksikan memutar bola matanya malas.
“Setuju, udah lama juga gue nggak main basket,” celetuk Oksan yang memasang badan disamping Senja.
Senja mengangguk tanpa suara. Ia berjalan ketengah lapangan diikuti oleh ketiga sahabatnya. Mereka mengambil posisi masing-masing. Setelah hitungan ketiga terucap dari belah bibir Senja, gadis itu melempar bola basket ke atas tanda bahwa pertandingan dimulai.
Pertandingan berlangsung seru. Baik tim Senja maupun tim Farel sama-sama menunjukkan kemampuan terbaiknya guna memenangkan pertandingan. Senja yang semula merasa kehilangan skill shootingnya mendadak lihai memasukkan bola kedalam ring membuat pundi-pundi skor timnya bertambah.
Tim Farel tentu tidak mau kalah. Bermodal kerjasama tim yang solid, Arjun dan Farel sanggup membalik keadaan. Adu skor terus berlanjut sampai akhirnya tim Farellah yang keluar sebagai pemenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...