28. Tak Diberi Kesempatan

13 3 9
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

“Banyak yang bilang kalau kamu dihadapkan pada orang yang tak kunjung memberi kepastian
Pilihan terbaik yang perlu kamu buat adalah meninggalkan

Tentu saja tidak akan semudah itu jika sudah menyakut perasaan
Sebab hati sukar untuk di setting ulang
Berulangkali mencoba melupakan
Tapi yang terjadi malah kenangan itu tak kunjung hilang”

-Senja dan Seberkas Cerita-

Senja menggosok rambutnya yang masih basah karena baru saja keramas. Setelah dirasa rambutnya tak akan meneteskan air hingga menyebabkan lantai basah, ia lantas mengumpulkan rambutnya dan membungkusnya dengan handuk.

Senja termasuk tipe gadis yang lebih suka mengeringkan rambut dengan cara manual daripada harus repot-repot menggunakan hair dryder. Walaupun tentu akan memakan waktu lebih lama jika dikeringkan dengan cara begini, tapi tidak masalah. Toh pada akhirnya rambutnya tetap akan kering bukan? Lagipula ia juga sedang tidak terburu-buru sekarang.

Senja melirik jendela yang ada di dapurnya. Hujan ternyata masih setia mengguyur Kota Surabaya. Bahkan intensitasnya semakin bertambah deras. Hawa dingin secara perlahan menyelinap lewat celah-celah pakaian yang Senja kenakan dan mulai terasa menusuk tulang. Senja menghela nafas, sedikit menyesal memilih mandi keramas disaat cuaca seperti ini.

Segelas susu hangat tampaknya cocok untuk menghangatkan tubuh Senja. Ia pun menyambar mug berukuran sedang, serta mengambil satu sachet susu vanilla. Senja kemudian menuangkan air dari termos ke dalam gelas yang telah terisi susu bubuk dan mengaduk larutan tersebut selama sesaat.

"Kak, tolong ambilin Ibu keripik kentang,"

Suara teriakan Sandra yang berasal dari ruang keluarga terdengar begitu Senja selesai mengaduk susu.

"Iya, Bu," balas Senja sembari berjalan menuju lemari kabinet tempat Sandra biasa menyimpan snack.

Tak butuh waktu lama untuk Senja menemukan toples berisi keripik kentang yang dimaksud ibunya. Ia membawa setoples keripik kentang di tangan kanan, dan gelas susu miliknya di tangan kiri lalu melenggang ke ruang keluarga.

Disana Sandra tengah menonton tv ditemani oleh Syafa yang terlihat asyik sendiri dengan ponselnya. Senja meletakkan toples beserta gelas susu yang ia bawa sebelum mendudukkan diri di karpet, alih-alih duduk di sofa seperti yang dilakukan ibu dan adiknya.

Beberapa menit menyaksikan sinetron yang ditayangkan di layar televisi membuat Senja bosan. Gadis itu menjulurkan tangannya guna meraih remote yang tergeletak diatas meja. Jempolnya memencet tombol remote berulangkali, berpindah dari channel satu ke channel yang lain untuk mencari tayangan yang menarik.

"Kak, jangan digonta-ganti mulu. Ibu pusing liatnya. Udah nonton berita aja," putus Sandra.

"Ngapain sih liat berita. Isinya cuma kriminal sama korupsi doang, tau, Bu," jawab Senja namun tak urung ia mengganti channel tv ke tayangan berita seperti kemauan ibunya.

Senja meletakkan remote digenggamannya secara serampangan. Minatnya menonton tv sudah hilang, jadi ia memutuskan untuk meneguk susu buatannya yang tak lagi  mengeluarkan kepulan asap. Tanda bahwa susunya sudah agak mendingin.

Segelas susu vanilla tersebut tandas dalam beberapa kali teguk. Senja pun bangkit. Ia naik ke sofa mendusel pada Syafa yang sejak tadi tak acuh dengan obrolan Senja dan ibu.

"Ih kak, jangan deket deket, handuk lo basah," omel Syafa.

Tangan kanan Syafa yang memegang ponsel beralih mendorong kepala kakaknya supaya menjauh. Senja yang kelewat bebal pun tak mau kalah, si sulung itu malah semakin gencar menduselkan kepalanya yang berbalut handuk pada ceruk Syafa hingga adiknya itu menyerah melakukan perlawanan dan memutuskan untuk diam.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang