PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Aku berusaha tersenyum, iya.. ketika kamu bersamanya, dan tak ada lagi namaku disana,"
Erythrina Hernandia
"Berhenti menyukaimu itu tidaklah sulit, karena yang teramat sulit adalah menghapus setiap jengkal memori tentang bagaimana kita pernah bersama,"
Senja Rahina
-Senja dan Seberkas Cerita-
Entah sudah berapa banyak baju yang Senja keluarkan dari lemari berwarna putih yang ada di kamarnya. Dalam beberapa menit, kamar Senja yang tadinya tampak rapi kini berubah berantakan bak kapal pecah. Senja menghembuskan nafas, ia melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya. Tinggal 15 menit waktu yang tersisa untuk berbenah diri, dan Senja bahkan belum mendapatkan gaun yang pas untuk dirinya.
Setelah diputuskan, ia langsung menyambar gaun berwarna peach yang terserak di kasurnya. Tidak butuh waktu lama untuk memasangkan gaun tersebut pada tubuhnya. Senja kemudian menggulung rambutnya, namun ia sengaja menyisakan beberapa helai yang masih terjuntai untuk memberi kesan elegan. Senja memandang pantulan dirinya pada cermin. Ia tidak punya banyak alat make up, jadi Senja hanya memoles wajahnya dengan sederhana. Sedikit bedak, blush on di pipi, mascara, dan liptint.
Senja mematut penampilannya sekali lagi. "Oke, gue udah siap," kata Senja sembari berlalu menghampiri nakas samping tempat tidurnya. Ia mengambil ponselnya yang sedang berdering. Layar benda kotak itu menampilkan nama Kelvin yang tengah menghubungi Senja. Senja mengusap layar ponselnya, lalu menempelkan ponsel tersebut pada telinganya.
"Halo,"
"Iya, gue udah siap kok. Gue kebawah sekarang,"
Senja memutuskan panggilan itu. Ia mengambil clucth yang berada di atas meja riasnya dan memasukkan ponselnya beserta kado untuk Agnes. Tak lupa, ia memakaikan high heels yang tidak terlalu tinggi pada kakinya. Setelah semua beres, Senja berjalan ke bawah guna menemui Kelvin yang sudah sampai di rumahnya terlebih dulu.
"Kelvin, udah nungguin tuh," kata bunda Senja ketika Senja berada pada lantai dasar rumahnya. Bundanya menunjuk pada Kelvin yang duduk di sofa ruang tamu.
"Iya, bun." Balas Senja.
Senja berjalan mendahului bundanya. Kelvin yang sedang duduk seketika bangun berdiri. Ia memandang Senja yang berbeda dari hari biasanya. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan gaun peach dibawah lutut yang terpasang pada tubuhnya. Rambutnya yang digelung tinggi menampilkan leher jenjangnya dengan sempurna. Walau tanpa polesan make up sederhana, Kelvin mengakui kalau Senja benar benar menawan malam ini.
Senja melambaikan tangannya di depan wajah Kelvin, yang membuat cowok itu menghentikan lamunannya. "Vin, ayo!" Ajak Senja. Kelvin mengangguk, ia lantas menyalami Bunda Senja.
"Bun, Kelvin sama Senja berangkat dulu ya," pamit Kelvin.
Bunda Senja tersenyum lalu berkata "Iya, hati-hati. Jangan liatin Senja mulu, ntar nabrak lagi dijalan," gurau Bunda Senja. Rupanya, wanita berumur kepala empat itu memperhatikan gerak gerik Kelvin sedari tadi.
Kelvin tersipu malu, pipinya memerah karena candaan Bunda Senja.
"Ah, bunda bisa aja," kata Kelvin.
"Bun, Senja berangkat dulu. Assalamu alaikum," Senja berganti menyalami tangan Bundanya. Keduanya berjalan beriringan keluar dari rumah Senja.
-Senja dan Seberkas Cerita-
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...