25. Sebuah Insiden di Kantin

8 3 0
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

“Kita adalah sepasang lelah
Yang sepakat menyerah
Bahkan sebelum benar-benar kalah
Oleh hubungan yang kian bercelah
Hingga akhirnya kita berpisah”

-Senja dan Seberkas Cerita-

Senja melirik pesan yang dikirimnya pada Kelvin semalam. Pesan tersebut hanya menyisakan tanda ceklis dua, artinya pesan belum terbaca. Senja menghela nafas gusar, tangannya meremas ponsel dalam genggamannya meski ia tahu hal itu tidak akan berdampak apa-apa. Ponselnya tetap sama, pun dengan pesan yang dikirimnya, tanda ceklis di pojok kanan pesannya tak akan berubah jadi biru atau mendapat balasan. Kelvin bagaikan menghilang ditelan bumi. Senja belum mendapat kabar satupun dari cowok itu selain sebuah pesan yang dikirim dua hari lalu tepat setelah acara jalan-jalan ke kebun binatang. Pesan itupun hanya berisi pemberitahuan bahwa Kelvin telah tiba dirumah.

Senja membenamkan kepala pada lipatan tangannya yang ada diatas meja. Ponselnya dibiarkan teronggok begitu saja, masih menyala menampilkan roomchatnya dengan Kelvin. Mata Senja terpejam ketika pemikiran-pemikiran negatif menyerbu otaknya. Berbagai kemungkinan mulai dirangkai agar perasaannya terasa lebih ringan. Mungkin Kelvin sibuk, mungkin Kelvin capek, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang semakin ia berpikir semakin terasa tidak mungkin, sebab sesibuk dan secapek apapun keadaannya Kelvin pasti akan mengabarinya.

Sebuah tepukan di pundak membuat Senja mendongak antusias. Di sampingnya berdiri Agnes sang pelaku dan bukan Kelvin seperti yang ia harapkan. Kedua sudut bibir Senja yang semula tertarik ke atas pelan-pelan turun. Agnes yang melihat wajah pias Senja mengerutkan dahinya bingung.

“Kenapa lo? Pagi-pagi udah cemberut,” ujar Agnes seraya meletakkan tas dibangkunya dan duduk.

Senja menunjuk ponselnya yang tergeletak menggunakan dagu.

“Kelvin nggak bales chat gue,”

“Udah, entar tanyain Kelvin kalo dia dateng,” kata Agnes.

Senja balas mengiyakan.

Tak berselang lama bunyi bel masuk terdengar. Senja seketika melempar pandangan ke arah pintu kelas yang terbuka. Masih tak mendapati kehadiran Kelvin disana. Bola matanya berputar meneliti setiap sudut kelas barangkali menemukan sosok Kelvin namun nihil. Kelvin benar-benar belum datang bahkan sampai guru yang mengajar mata pelajaran pertama memberi salam. Cowok itu tidak masuk sekolah hari ini.

-Senja dan Seberkas Cerita-

“Kak Agnes” suara yang memanggil nama Agnes terdengar dari belakang. Senja dan Agnes yang sedang berjalan ke kantin kompak menghentikan langkah kaki masing-masing. Mereka berdua berbalik dan melihat seorang gadis yang Senja yakini sebagai adik kelas berlari menghampiri mereka sembari melambaikan tangan.

“Ada apa, Ce?” tanya Agnes begitu gadis berambut ikal yang berhenti didepannya.

“Kak Tiger nyuruh kumpul di ruang osis sekarang, Kak,” jawab si adik kelas.

“Sumpah, itu orang ngeselin banget sih, nyuruh kumpul kok tiba-tiba,” gerutu Agnes. Ia kemudian menoleh pada Senja. “Sen, lo ke kantin sendiri nggak papa ya. Gue mau ke osis,”

“Gue sih nggak papa. Tapi lo kan belum sarapan, Nes,” kata Senja.

Agnes menggaruk pelipisnya. “Gue mah gampang. Entar mampir dulu ke kopsis beli roti,”

“Oke,”

“Yaudah, gue duluan ya, Sen. Bye,” pamit Agnes seraya menggandeng tangan si adik kelas mengajaknya pergi.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang