PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Iya gue tau, gue bukan lagi prioritas lo sekarang"
Senja Rahina
Senja dan Seberkas Cerita-
Senja menapaki deretan jalan yang menuju ke sekolahnya dengan langkah gusar. Akibat kehujanan kemarin, tubuh Senja menjadi tidak benar-benar sehat hari ini. Setelah perdebatan lama antara dirinya dan sang ibu yang keukeh agar dirinya tidak masuk sekolah, dia akhirnya diperbolehkan masuk sekolah dan yang terjadi dia terlambat sekarang. Senja menatap lekat gerbang sekolah didepannya yang sudah tertutup rapat. Ia lalu menoleh ke arah pos satpam yang berada tidak jauh disana. Perlahan, Senja mendekat ke arah Pak Satpam yang sedang berdiri.
"Pak, bukain pintu gerbangnya dong," pinta Senja dengan nada yang dibuat semelas mungkin.
"Nggak boleh, Nduk. Kalo udah terlambat ya udah nggak bisa masuk sekolah," jelas Pak Satpam sambil memperhatikan kondisi Senja yang awut-awutan.
Bukan Senja namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia memutar otaknya memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan agar bisa masuk kedalam sekolah. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otaknya.
"Bapak nggak kasihan sama saya, Pak? Sebenarnya saya tadi sakit tapi tetep saya bela belain dateng ke sekolah," kata Senja. Senja memijat pelipisnya yang memang benar benar pusing karena efek kehujanan kemarin.
"Udah tahu sakit, kenapa datang ke sekolah, Nduk? Mana terlambat lagi,"
Ketika Pak Satpam hendak membalikkan tubuhnya mencoba pergi darisana, tubuh Senja terkulai lemas dan akhirnya Senja pingsan. Segera, Pak Satpam membopong Senja dan membawa gadis itu ke uks, melupakan fakta bahwa gadis itu terlambat datang ke sekolah. Tidak mungkin bukan, Pak Satpam meninggalkan Senja yang pingsan begitu saja di depan gerbang sekolah? Itu namanya tidak berperikemanusiaan.
-Senja dan Seberkas Cerita-
Senja membuka matanya ketika telinganya tidak mendapatkan rangsangan suara. Tubuhnya sudah sepenuhnya berada diranjang ruang uks SMA Angkasa. Seperti tebakannya, ruang uks telah sepi dan petugas yang berada di sana tadi telah meninggalkannya. Senja tertawa dalam hati mengingat kelakuannya yang berpura-pura pingsan agar bisa masuk ke dalam sekolah. Ia menggumam pelan meminta maaf pada Tuhan karena tela membohongi satpam tempat ia bersekolah.
Suara derit pintu yang didorong dari luar membuat Senja terkesiap sebelum akhirnya ia menutupkan matanya. Senja merasakan sebuah telapak tangan mendarat mulus di keningnya. Senja berusaha melawan rasa penasarannya tentang siapa pemilik telapak tangan itu. Dia menyerah, lalu mengintip melalui celah kelopak matanya. Farel lah orangnya, pemilik telapak tangan yang kini sudah terlepas dari kening Senja. Senja mengerjap pelan, membuat Farel yang tadi terduduk kini berdiri, menyadari Senja sudah siuman. Senja dapat mendengar Farel menarik nafas lega. Seakan tahu niat Senja, Farel membantu gadis itu merubah posisinya menjadi duduk.
"Lo kenapa sampe bisa pingsan kaya gini?" tanya Farel mengabaikan tatapan Senja yang sarat akan kemarahan. Farel mendudukkan dirinya di kursi yang terletak disamping ranjang Senja.
"Gue nggak pingsan, Cuma pura-pura pingsan biar bisa masuk ke sekolah," Senja membuang muka, menghindari kontak mata dengan Farel.
"Lo marah sama gue?" tanya Farel pelan.
"Ya lo pikir aja sendiri. Lo ngomong mau ketemu sama gue dan setelah gue nunggu berjam-jam lo nggak dateng," jawab Senja sarkastik. Gadis itu menatap dinding ruang uks yang menurutnya lebih menarik daripada rupa laki-laki disampingnya itu.
"Gue minta maaf. Kemarin Nandia minta gue nemenin dia ke toko buku,"
Senja menghela nafas. "Gue nggak masalah, Rel. Lo mau nemenin Nandia ke toko buku atau ke mana aja, secara dia pacar lo. Tapi seharusnya lo kasih tau ke gue, biar gue nggak usah nunggu kaya kemarin," Senja sepenuhnya memusatkan pandangannya pada Farel yang tertunduk.
"Maafin gue ya" pandangan mata Senja mulai melembut. Dia tidak tega membuat Farel merasa bersalah. Itulah salah satu kelemahannya. Lagipula jika kemarin ia tidak menunggu Farel dan pulang kehujanan, mungkin dia tidak akan bertemu dengan Kelvin. Benar, semua hal pasti ada sisi baiknya.
Senja menganggukkan kepalanya. "Iya gue maafin. Udah dong mukanya jangan ditekuk mulu, ntar Nandia nggak suka sama lo," Farel terkekeh sejenak mendengar Senja berkata demikian. Senja yang Farel kenal memang seperti itu, tidak akan bisa berlama-lama marah kepadanya.
-Senja dan Seberkas Cerita-
Senja memutar bola matanya malas. Tidak ada hal menarik yang dilakukannya saat ini. Farel sedang asyik dengan dunianya yaitu mengutak-atik ponselnya hingga ia mengabaikan Senja. Senja menduga bahwa laki-laki itu pasti sedang chattingan dengan pacarnya, siapalagi kalau bukan Nandia. Senja meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas disamping ranjangnya. Daripada melamun memikirkan hal yang tidak jelas, lebih baik ia bermain ponsel, begitu pemikiran Senja.
Senja tersenyum tipis saat mengetahui nama Kelvin berada di kolom notifikasinya. Laki-laki itu mengirim sebuah pesan kepada Senja. Tak mau berlama-lama, tangan Senja dengan lincah mengetikkan balasannya setelah dirinya selesai membaca pesan itu. Farel yang saat itu mencuri pandang ke arah Senja tampak bingung dengan ekspresi Senja. Gadis itu tersenyum sendiri memperhatikan layar ponselnya. Merasa ada hal yang tidak beres dengan sahabatnya itu, Farel lantas bertanya, "Woi.. lo baik-baik ajakan? Masih waras?"
Senja menoleh dan menatap Farel kesal. Memangnya ada yang salah dengan Senja sampai-sampai Farel mempertanyakan tingkat kewarasan Senja.
"Kenapa emangnya? Gue baik-baik aja kok,"
"Gue aneh aja, lo senyum-senyum sendiri ngeliatin ponsel lo," Farel menjeda ucapannya. Senja kembali memfokuskan penglihatannya pada layar ponsel yang menampilkan roomchat nya dengan Kelvin.
"Hayoo, jangan-jangan lo udah punya pacar dan nggak ngasih tau gue ya?" tebak Farel. Jemari Senja yang bergerak mengetik sesuatu pada keyboard ponselnya terhenti. "Lo ngaco ya, gue belum punya pacar,"
"Belum? Berarti ada niatan kan buat lo punya pacar?" Farel mencecar Senja dengan pertanyaan lagi.
Senja mengangkat ponselnya yang menunjukkannya pada Farel. "Gue lagi chattingan sama Kelvin, Farel," Farel yang semula hanya melihat sekilas layar ponsel Senja kini mengamatinya dengan teliti. "Kelvin?" gumam Farel pelan namun masih bisa didengar oleh Senja. "Iya, Kelvin Maheswara, temen kita waktu kecil,"
Senja menurunkan ponselnya. Farel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bukannya Kelvin pindah ke Bandung?" tanya Farel belum puas dengan informasi tentang Kelvin, sahabatnya.
"Iya, sekarang dia balik lagi ke Surabaya," jawab Senja tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel miliknya.
"Emangnya, lo ketemu sama dia dimana?"
"Dijalan. Kemarin waktu gue pulang sekolah kehujanan gara-gara nungguin lo yang malah asyik pacaran sama Nandia," kata Senja dengan nada sedikit menyindir.
"Katanya udah dimaafin, tapi kok masih aja diungkit-ungkit,"
"Iya-iya," Farel tersenyum melihat wajah Senja yang cemberut. Farel kadang tidak paham dengan jalan pikiran Senja, sahabatnya itu mudah sekali memaafkannya tapi selalu saja mengungkit-ungkit masalah yang membuatnya marah. Sangat aneh bukan?
Bersambung...
Bagaimana tanggapan kalian setelah membaca cerita ini?
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya!
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...