29. Kodok Zuma Dikasih Nyawa

15 2 16
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

"Aku tidak punya banyak hal untuk dibanggakan
Namun tak masalah

Aku masih punya mereka yang ku sebut teman
Yang sedikit pun tak ku rela untuk ditukar tambah"

Dari Penulis untuk Ketiga Sahabatnya,
Terima kasih karena selalu ada

-Senja dan Seberkas Cerita-

Senja membelalakkan mata. Ketika ia membuka pintu, penglihatannya menangkap ketiga sahabatnya duduk melingkar di kursi teras. Farel sibuk mengamati Arjun yang sedang tergesa-gesa menyalin pr miliknya, sedangkan Oksan tampak santai menikmati sesi bermain game pagi.

Tidak ada yang menyadari kehadiran Senja hingga ia berdehem. Sontak ketiga sahabat itu berbondong-bondong memusatkan perhatian pada si gadis yang menjadi satu-satunya perempuan dalam circle pertemanan mereka.

"Kenapa kesini?" tanya Senja.

Ia berjalan ke salah satu kursi yang masih kosong. Mendudukkan dirinya dan mulai memasang sepatu yang sedaritadi ditenteng.

"Mau jemput lo," jawab ketiga sahabatnya bersamaan.

Oksan melock ponsel, memasukkannya ke kantong lantas berdiri. "Kita berangkat sekolah bareng," terangnya.

Cowok irit bicara itu menarik paksa buku tugas Farel yang tergeletak di meja lalu mengangsurkan kepada pemiliknya. Arjun kontan melotot.

"Eh eh, gue belum selesai nyalin, malih," kata Arjun sambil berusaha meraih buku Farel kembali.

"Derita lo, salah siapa nggak ngerjain pr di rumah," balas Oksan sengit.

Bibir Arjun mengkerut. Ia beralih menatap Farel, meminta belas kasih Farel agar diizinkan untuk melanjutkan kegiatan menyalin pr nya. Farel mengendikkan bahu, kemudian memasukkan bukunya ke tas membuat harapan Arjun pupus.

Sial sekali nasib Arjun. Tugas tersebut akan dikumpulkan pada jam pelajaran pertama, mana ia baru menulis setengahnya. Dengan wajah dongkol, Arjun membereskan buku dan pulpen hasil meminjam Oksan untuk dimasukkan dalam tas.

"Udah yuk berangkat," ajak Farel.

Senja mengangguk. Ia bangkit. Sedikit merapikan roknya yang mungkin kusut. Pagi tadi ia bangun sedikit terlambat. Seragamnya belum disetrika dan tidak ada orang dirumah untuk dimintai tolong menyetrikakan. Adiknya sudah berangkat pagi buta karena bertugas piket, pun ibunya pergi ke rumah nenek semalam setelah mendapat kabar jika penyakit si nenek kambuh. Untung saja, seragamnya masih pantas dipakai walaupun belum tersentuh setrika.

Senja mengunci rumahnya. Setelah itu ia mengikuti langkah ketiga sahabatnya. Mereka berempat serempak berhenti, memandang tiga kendaraan didepannya secara bergantian. Dihalaman rumah Senja terparkir dua buah motor milik Arjun dan Oksan serta sebuah mobil kepunyaan Farel.

"Sen, bareng gue aja," tawar Oksan.

"Sama gue dong. Gue udah bela-belain kesini cuma buat lo, masak lo berangkatnya bareng si biji ketumbar," balas Arjun tak mau kalah. Ia mendelik kearah Oksan. Masih kesal dengan perbuatan Oksan tadi.

Tangan Arjun menunjuk vespa warna kuning. "Tuh, vespa gue baru dicuci. Mengkilat. Kinclong kaya yang punya. Yuk sama gue,"

Arjun pun menggandeng tangan Senja.

"Heh, mentang mentang motor lo bersih trus mau boncengin Senja gitu. Nggak bisa, lo berangkat bareng gue," timpal Oksan. Ia menggandeng tangan Senja satunya dan menggeretnya ke motor sport merah miliknya.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang