PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Saatnya menyerah pada orang yang tidak pernah menempatkan kita pada daftar prioritasnya,"
-Senja dan Seberkas Cerita-
Senja tidak henti-hentinya mengutuk Kelvin yang berada diseberang telepon. Cowok itu benar-benar menyusahkan Senja seharian ini. Mulai dari tugas kelompok prakarya yang seharusnya dikerjakan berdua, tetapi yang terjadi hanya Senja saja yang mengerjakannya. Sedangkan Kelvin jangan ditanya, ia malah bermain game Mobile Legend bersama dengan Edgar sialan itu. Ingin Senja melaporkan tindakan semena-mena Kelvin pada Bu Putri, guru mata pelajaran prakarya mereka, namun keinginan itu harus di urungkan karena Bu Putri sedang ada keperluan sehingga tidak mengajar dan memberi tugas pada murid-muridnya untuk melanjutkan membuat terrarium.
Senja berjalan sebal sembari menempelkan ponselnya di telinga. Ia sedikit kesusahan karena harus memegang ponsel dan membawa tas kresek hitam berisi sebuah toples kaca. Di ujung telepon, Kelvin tertawa terbahak mendengar umpatan demi umpatan yang Senja layangkan padanya. Huh, Senja akan merajam sahabatnya itu nanti, lihat saja.
"Sialan ya lo, gue kerepotan kaya gini tapi lo malah ketawa nggak jelas, cepetan samperin gue bantuin bawa barang-barang terkutuk ini," omel Senja. Terdengar helaan nafas dari Kelvin sebelum mengiyakan perintah Senja.
Melanjutkan kesialan Senja berikutnya, ia harus rela kembali ke kelas guna mengambil perlengkapan terrarium yang Kelvin tinggalkan. Sahabatnya itu seakan mengerjai Senja dengan menyuruh cewek itu berbalik ke kelas padahal keduanya baru saja sampai di parkiran. Entah sengaja atau tidak Senja tetap tidak terima, disini Kelvin yang salah karena melupakan tugas kelompok mereka namun Senja lah yang harus mengambilnya. Dan bodohnya Senja hanya menuruti kemauan Kelvin.
Senja memutuskan sambungan teleponnya. Dia kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam. Setelah itu, Senja melanjutkan langkah. Sampai di koridor, Senja berpapasan dengan Nandia. Senja menautkan alisnya melihat wajah suram Nandia. Dapat Senja lihat dengan jelas bekas air mata di setiap sisi pipi gadis itu, juga rambutnya yang sedikit acak-acakan. Satu yang menyita perhatian Senja, kala matanya tidak sengaja menemukan sebuah luka sayatan di pergelangan tangan kiri Nandia. Luka itu masih mengeluarkan darah, dan kelihatannya Nandia tidak mempedulikannya. Nandia seperti ingin menyembunyikan luka itu. Usahanya gagal, Senja terlanjur melihatnya.
Rangkaian kalimat yang Senja coba suarakan terhenti di lidah begitu melihat Nandia yang acuh ketika lewat di depannya. Cewek itu tak menyapa atau sekedar melempar senyum. Bahkan untuk melirik saja tidak. Senja berusaha memaklumi. Kondisi cewek itu sungguh kacau dan ini kedua kalinya Senja melihatnya seperti itu. Sekarang dan tadi pagi. Pikiran Senja bercabang. Luka sayatan di pergelangan tangan Nandia mengalihkan fokusnya. Ia bertanya-tanya apa penyebab luka itu.
"Ngelamun aja, kesambet baru tau rasa lo," bisik Kelvin tepat di telinganya.
Senja terperanjat. Ia menggerakkan tubuhnya geli karena bisikan halus dari Kelvin yang menurut Senja seperti suara roh halus dalam serial tv yang sering ditonton bundanya. Kelvin tertawa terbahak membuat Senja geram. Dia lalu menjitak kepala Kelvin hingga si empunya mengaduh kesakitan.
"Aww, sakit elah," kata Kelvin sambil mengelus-elus kepalanya yang menjadi santapan jitakan Senja.
Senja menyahut, kini gilirannya tertawa. "Rasain, emang enak,"
Senja memberikan tas kresek yang semula ia bawa ke tangan Kelvin yang bebas. Kelvin yang sibuk mengelus elus bekas jitakan Senja, refleks menerima tas kresek hitam itu. Senja menjulurkan lidahnya, selanjutnya ia pergi meninggalkan Kelvin yang baru sadar bahwa Senja sedang balas dendam dengan mengerjai ia balik.
"Dasar, sahabat jahannam," teriak Kelvin membuat Senja diam-diam menyunggingkan senyum.
-Senja dan Seberkas Cerita-
"Rel, lo beneran udah putus sama Nandia?"
Senja langsung menghampiri Farel ke kelas cowok itu setelah mendengar kabar kalau sahabatnya itu sudah putus dengan Nandia. Senja tidak tahu pastinya siapa yang menyebarkan berita itu, yang jelas ia sungguh kaget begitu mendengarnya.
"Iya," jawab Farel singkat. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel sedikitpun.
Senja membulatkan matanya. Jadi kabar yang sedang berhembus itu benar adanya. Kabar perihal putusnya Farel dan Nandia memang menjadi topik hangat di SMA Angkasa. Tak sedikit yang mendukung hubungan Farel dan Nandia, bahkan ada beberapa yang secara terang-terangan menyetujui hubungan keduanya. Alasan yang sering dipakai adalah karena keduanya sangat cocok, Farel ganteng dan Nandia cantik, selain itu mereka berdua juga pintar. Benar-benar masuk kedalam kriteria relationship goals. Ya begitulah pendapat anak-anak SMA Angkasa. Mendengar kabar berakhirnya hubungan mereka, membuat banyak anak SMA Angkasa yang kecewa.
"Kenapa?" tanya Senja menghiraukan tatapan dari Arjun dan Oksan yang juga berada di dalam kelas, serta Kelvin yang ikut dengannya.
Farel menengadahkan wajahnya menatap Senja, kedua tangannya masih memegang ponsel. "Kenapa apanya?" tanyanya balik dengan raut muka yang tampak meremehkan Senja.
Senja mendengus, "Kenapa lo bisa putus sama Nandia?"
"Karena kita ngerasa kalau udah nggak cocok aja," balas Farel santai. Cowok itu tampak baik-baik saja, seolah tak terjadi hal seserius ini sebelumnya. Farel kembali melanjutkan gamenya yang sempat ia tunda.
Senja membuang muka kesal. Alasan klise Farel sungguh tak membuatnya percaya sedikitpun. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya diam. Terutama Arjun dan Oksan yang sudah menanyai Farel sebelumnya. Dan jawaban Farel sama, ia dan Nandia merasa kalau sudah tidak cocok jadi putus.
Melihat Senja yang berapi-api, Kelvin lantas menepuk bahu cewek itu. Berniat memberi sedikit kesabaran lewat tepukannya. Namun, usaha Kelvin tak berpengaruh banyak. Senja malah semakin kesal hingga ia menggebrak meja Farel. Untung kelas Farel sedang sepi hanya mereka berlima yang ada disana. Coba bayangkan kalau kelas sedang ramai mereka berlima pasti menjadi pusat perhatian.
"Rel, jangan bohong. Alasan lo itu murahan banget tau nggak,"
Farel meletakkan ponselnya. Ia menatap Senja datar. Tak ada sedikitpun emosi melalui tatapan tersebut.
"Terserah, Sen. Emang gitu kok kenyataannya. Kalo emang udah ngerasa nggak cocok satu sama lain, ngapain harus di pertahanin," jelas Farel lembut.
Emosi Senja sedikit mereda, ia mengambil duduk di samping bangku Farel yang kosong. Ia menggenggam tangan Farel. Dalam hati, Senja menyesal telah membentak Farel seperti ini. Sebagai sahabat, ia seharusnya membantu Farel bangkit dan kembali tersenyum seperti semula. Bukannya, malah membentak atau berprasangka yang tidak-tidak.
Farel memang tampak baik-baik saja, namun Senja tau bukan seperti itulah yang sebenarnya. Farel terluka, ia sedang bersembunyi di balik topengnya untuk kelihatan baik-baik saja. Senja merengkuh tubuh Farel. Ia memeluk tubuh sahabatnya. Setelah kesehatan Ira yang menurun, Farel kini kembali merasakan sedih akibat putus dengan Nandia. Farel cowok yang kuat, ia pasti bisa bangkit lagi, Senja percaya itu. Dibalik punggung Senja, Farel meneteskan air mata. Tidak cukup deras sampai-sampai tidak ada yang tahu kalau ia sedang menangis.
Melihat Senja dan Farel, ketiga sahabatnya –Kelvin, Arjun dan Oksan- tersenyum. Mereka merasa bahagia sekaligus lega karena baik Senja maupun Farel kembali seperti semula. Jujur, mereka sempat takut kalau Senja tersulut emosi tadi, dan akibatnya persahabatan mereka harus merenggang. Syukurlah hal itu tidak terjadi, Farel dan Senja sudah cukup dewasa untuk bisa menyelasaikan masalah picisan seperti ini.
Bersambung...
Bagaimana pendapat kalian setelah membaca cerita ini?
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ya...
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...