PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Bunga yang tadinya harum semerbak nyatanya juga mampu layu dalam sekejap. Bukankah kamu tahu apa bunga yang aku maksud? Iya, kebahagiaanlah nama bunga itu,"
Erythrina Hernandia
"Setiap manusia punya porsinya sendiri untuk bahagia maupun bersedih. Takdir tidak sekejam itu untuk membiarkan manusia nelangsa didalamnya, pada masanya ia akan mengulurkan tangannya menuntun kita untuk beralih pada kisah selanjutnya,"
Senja Rahina
-Senja dan Seberkas Cerita-
Nandia melirik kepada Farel yang tengah meminum segelas orange juice miliknya. Diperhatikannya garis wajah Farel yang tegas. Kulit cowok itu putih bersih dengan rambut hitamnya yang terpangkas rapi. Walaupun begitu tetap tidak menghilangkan sisi maskulin sosok dihadapannya. Hati Nandia bergemuruh, darahnya mendesir melihat angin yang menerbangkan rambut Farel. Mereka berdua memang memilih tempat outdoor di cafe itu, alasannya Farel lebih menyukai tempat yang terbuka. Nandia hanya bisa mengangguk menuruti permintaan cowok yang telah dua tahun menjadi pacarnya itu.
"Aku tau aku ganteng, gak usah diliatin terus," kata Farel membuyarkan lamunan Nandia yang telah melanglang buana. Nandia menjadi salah tingkah sendiri. Pipinya bersemu merah karena malu.
Farel mendongakkan kepalanya,manik mata keduanya bertemu tatap cukup singkat karena Nandia segera menundukkan kepalanya. Apa kabar hati Nandia yang mudah sekali baper dengan pacarnya sendiri.
"Dimakan dong makanannya jangan dianggurin terus, kasian,"
Nandia mengalihkan pandangannya pada sepiring spaghetti bolognese yang masih utuh, sama sekali belum ia sentuh. Memandangi Farel membuatnya lupa untuk memakan makanannya. Farel terkekeh melihat Nandia yang sepertinya baru sadar bahwa makanannya masih utuh. Ia tidak bisa mengontrol tangannya hendak mengacak puncak kepala Nandia.
"Makanya sayang, jangan liatin aku mulu jadi lupa sama makanannya kan," nasehat Farel.
Nandia masih saja membeku tiap kali kata keramat itu terlontar dari mulut Farel. Kata itu seakan memiliki mantra tersendiri yang mampu menyihir raga Nandia. Jantungnya berdetak lebih cepat, tidak dapat ia pungkiri bagaimana bahagianya ia memiliki Farel sebagai pacarnya.
Setelah adegan memalukan menurut Nandia, keduanya makan dalam diam. Farel dengan macaroni schotelnya dan Nandia dengan spaghetti bolognesenya. Tiba tiba sebuah suara menghentikan kegiatan keduanya, keduanya menoleh dan mendapati Senja sedang berdiri disana sembari mengulum senyum.
"Halo, lagi ngedate ya? Sorry gue ganggu. Tadi gak sengaja gue lewat didepan trus liat kalian, yaudah gue samperin aja. Hehehe,"
Senja kemudian mengambil duduk disebelah Farel. "Geseran dong, Nyet," ucapnya.
Farel menggeser posisi duduknya memberikan ruang untuk Senja duduk disampingnya. "Kok lo bisa disini?"
"Ya bisalah, Senja gitu," jawabnya kemudian mengambil alih macaroni schotel milik Farel yang masih tersisa setengah. Gadis itu menyendokkan macaroni schotel milik sahabatnya itu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Farel menghela nafas. Gadis disampingnya ini memang selalu berbuat seenaknya.
"Dateng dateng main serobot makanan orang," cibir Farel. Senja nyengir menampilkan deretan gigi putihnya.
"Yaelah, gue laper Rel" Senja melanjutkan makannya yang tertunda mengabaikan tatapan dari Nandia maupun Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...