26. Adaptasi dengan Kehilangan

9 3 2
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

“Jangan menghilang tanpa sepatah kata
Sebab hadirmu bukan hanya menyisakan cerita
Adapula lara yang terselip disana.”

-Senja dan Seberkas Cerita-

Enam hari. Waktu yang terlampau singkat untuk membuat hidup Senja jungkir balik. Setelah kepergian Kelvin yang entah kemana dan untuk apa, segala hal menjadi berubah bagi Senja. Dan perubahan itu tentunya bukan bergerak ke arah yang baik melainkan sebaliknya.

Senja tidak baik-baik saja. Pun dengan hidupnya, pikirannya, bahkan hatinya. Ia berantakan. Kelvin begitu berarti untuk dirinya meskipun cowok itu belum lama kembali menjejaki hidup si gadis lalu sekarang meninggalkannya. Tanpa aba-aba. Tanpa sempat memberi Senja waktu untuk lagi-lagi harus beradaptasi dengan yang namanya kehilangan atau lebih tepatnya ditinggalkan oleh orang yang sama.

Senja merindukan Kelvin begitu besar sampai rasanya sesak jika harus mengingat kenangan mereka yang tidak seberapa banyak. Senja rindu celotehan cowok itu yang begitu percaya diri mengatakan dirinya tampan. Ia rindu dibuat tersipu dan salah tingkah oleh gombalan Kelvin yang kelewat cringe. Ia rindu mendapat spamchat yang isinya tidak penting namun sanggup bikin ia melek hingga tengah malam hanya demi meladeninya. Selamat Kelvin, kamu telah berhasil menyulut kerinduan di hati Senja dan lupa menyerahkan penawarnya.

“Hoy Sen, lo nggak pulang?” tanya Agnes sambil melambaikan tangannya didepan wajah Senja.

Lamunan Senja buyar seketika. Ia mengerjapkan mata berulangkali sebelum membalas pertanyaan cewek yang saat ini tengah sibuk membenahi tali ranselnya.

“Emang udah waktunya pulang ya?”

Agnes menepuk dahi mendengar pertanyaan Senja. “Bel udah bunyi daritadi Senja, lo sih kebanyakan ngelamun,” cetus Agnes.

Senja diam enggan menimpali cibiran Agnes karena yang sahabatnya katakan itu benar. Ia memang banyak melamun tadi. Pikiran Senja ruwet sampai-sampai untuk berkonsentrasi pada pelajaran saja susah.

“Sen, gue pulang dulu ya. Tiger udah nungguin, ntar kalo kelamaan bisa diamuk gue,”

“Oke.”

“Bye Senja, jangan pulang sore-sore!” pesan Agnes kemudian beranjak darisana.

Senja berdehem mengiyakan. Ia memasukkan perlengkapan yang tercecer diatas meja ke dalam tas. Setelah beres, Senja menyambar ponsel, mengutak-atiknya sebentar guna memesan ojek online.

Jika biasanya ada Kelvin yang akan mengantarnya pulang, sekarang ia harus membiasakan untuk pulang sendiri. Sebenarnya bisa saja Senja meminta diantar sahabatnya yang lain, toh mereka pasti tidak akan menolak, tetapi Senja sedang tidak ingin dibombardir berbagai pertanyaan apalagi yang berhubungan dengan Kelvin.

Senja berjengit kaget ketika tiba-tiba Oksan sudah berdiri di hadapannya.

“Sen, ikut main ke rumah Arjun, yuk!” ajak Oksan.

Gadis berkuncir satu itu menjawab sembari bangkit dari kursi. “Eh enggak deh. Gue mau pulang,” tolaknya secara halus.

Sejujurnya Senja merasa tidak enak terus-terusan menolak ajakan sahabatnya untuk main atau sekedar nongkrong di cafe seperti yang biasa mereka lakukan.

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang