PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Nggak usah minta maaf, cukup kembali lagi ke sisiku dan aku akan baik-baik saja."
-Senja dan Seberkas Cerita-
Menurut observasi Senja selama 11 tahun bersekolah ada tiga macam alasan mengapa guru mengulur jam pelajaran sehingga waktu istirahat menjadi berkurang. Alasan pertama, si guru tidak sengaja, mungkin karena tidak mendengar bunyi bel istirahat. Pak Darwan atau yang dijuluki saudara tiri Charles Darwin oleh anak-anak tentu tidak termasuk dalam kategori ini. Bel istirahat sudah berbunyi semenjak lima menit yang lalu tetapi Pak Darwan masih betah mencoret-coret papan tulis dengan beragam jenis rumus yang membuat kepala Senja hampir meledak. Bukan sekali dua kali anak-anak menyindir Pak Darwan agar segera menyudahi sesi mengajarnya, namun si bapak tampak tidak peduli.
Alasan kedua, si guru sengaja karena materi pelajarannya nanggung buat dijelasin di pertemuan selanjutnya. Alasan ini juga tidak cocok dengan keadaan sekarang. Pasalnya, materi fluida yang sedang dijelaskan didepan merupakan bab baru, yang mana masih ada sekitar lima sampai tujuh lembar lagi untuk selesai. Alasan ketiga, si guru sengaja ingin mengerjai muridnya. Kalau untuk alasan yang satu ini, semua murid dikelas Senja pasti setuju. Bapak saudara tiri Charles Darwin yang mengajar fisika bukannya biologi ini memang punya kebiasaan suka mengulur waktu mengajar. Jangan salah paham sama tampilan fisiknya yang bisa dibilang fresh from the oven alias masih muda dan fresh graduate, nyatanya guru satu ini kalau untuk urusan membuat murid jengkel setengah mati adalah juaranya.
Setelah negosiasi antara ketua kelas dan Pak Darwan -karena sindiran kelima kalinya juga tak membuahkan hasil- akhirnya sesi mengajar Pak Darwan pun disudahi. Guru itu tak lupa memberi hadiah berupa pr sebanyak lima soal yang harus dikumpulkan paling lambat lusa. Memang kelihatannya sedikit, namun jika namanya fisika, soal lima buah itu paling tidak membutuhkan jawaban yang kalo dijabarkan bisa sampai menghabiskan empat halaman kertas folio. Huh, rasanya Senja ingin resign saja saat pelajaran fisika.
Tepat ketika Pak Darwan keluar dari ruang kelas, Senja buru-buru mengambil lks biologinya yang sengaja diletakkan di loker meja agar bisa dibaca diam-diam selama pelajaran Pak Darwan lalu menaruhnya asal diatas meja yang masih penuh dengan berbagai buku fisika. Waktu istirahatnya tinggal sepuluh menit dan membereskan mejanya terlebih dahulu hanya akan membuang-buang waktu. Senja memang tidak sepandai Farel yang selalu masuk peringkat lima paralel sekolah, namun Senja berusaha untuk tetap belajar kalau ada ulangan. Walaupun nilainya selalu berakhir di angka tujuh atau delapan.
"Ke kantin yuk, Ra!" ajak Kelvin.
"Aduh, enggak deh. Gue belum selesai belajar," jawab Senja.
"Yaudah, tapi belajarnya diluar yuk. Itu meja lo masih berantakan gitu, gak enak diliatnya, Ra."
Senja mengangguk. Ia mendekap lksnya didada serta membawa stabilonya kemudian mengikuti Kelvin keluar kelas.
"Gue beliin susu kotak bentar," izin Kelvin.
Senja duduk di bangku taman yang terbuat dari semen begitu Kelvin pergi. Ia dengan telaten membaca buku lksnya sambil sesekali mencoret-coretnya dengan stabilo warna kuning neon pada kata-kata yang dianggap penting.
"Hai, Sen!"
Sebuah sapaan mampir di pendengaran Senja membuat aktivitasnya terhenti. Ia menoleh untuk menemukan sang pelaku yang tidak lain adalah Farel.
"Eh, elo Rel,"
Farel melirik buku yang tergeletak di pangkuan Senja sebelum ikut mendudukkan dirinya. "Lo mau ulangan biologi?" tanya Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...